Ketika ku buka mataku kaulah yang pertama aku lihat. Aku serasa mimpi saat kau berada disekitar ku. Apakah ini nyata?
“Kiran”
Ini nyata, akulah yang ada dihadapanmu saat ini. Ini bukanlah mimpi. Jika ini mimpi, aku tidak ingin bangun lagi. Jika hanya dimimpi aku bisa melihatmu telah kembali. Aku ikhlas untuk tidak bangun lagi
“Renan”
Hari ini tepat 3 minggu Kiran tertidur dan enggan untuk membuka matanya. Akhirnya siang ini ia ikhlas membuka matanya untuk melihat dunia kembali. Semua orang yang ada di sana sangat bahagia. Mereka semua meneteskan air mata sembari mengucap syukur atas sadarnya Kiran. Kiran bahagia saat ia membuka matanya semua orang yang ia sayang ada di sana. Mulai dari kedua orang tuanya, kedua orang tua Renan, kakaknya, sahabat-sahabatnya, bahkan Renan pun ada di sana.
Hanya saja yang ia lihat Renan sedang tertidur di sampingnya dengan tangannya berada di genggaman Renan dan Renan membenamkan wajahnya diantara tangan dan badanya. Renan sendiripun tidak terganggu dengan kehebohan yang ada di sana. Ia masih setia dengan tidurnya, apapun yang ada di sana tidak mengusiknya sedikitpun. Bahkan ketika dokter memerika kondisi Kiranpun ia tidak terganggu sama sekali.
Saat dokter akan memerika Kiran, mama Rina akan membangunkan Renan tapi di cegah oleh Kiran. Kiran tau Renan sangat lelah saat ini, bahkan kebisingan yang terjadi diruangan inipun tidak membuatnya terbangun. Kiran senang jika saat ini Renan berada sangat dekat dengannya. Ini seperti mimpi melihat Renan sedekat ini dengannya.
Setelah dokter pergi dari ruangannya. Kiran mulai menanyakan apa yang tejadi kepadanya dan kenapa dia berada di sini. Bundanya menjelaskan semuanya, mulai dari kecelakaan, Luna yang sudah mendapatkan balasannya, Renan yang selalu berada di sampingnya, dan Renan yang tidak mau makan sebelum dirinya sadar. Ia merasa bersalah jika saja dirinya bisa cepat kembali, ia tidak akan melihat kondisi Renan seperti ini. Ia meminta sahabatnya untuk membelikan makanan untuk Renan, jika Renan bangun nanti, ia akan memaksa Renan makan. Tidak peduli jika ia mau atau tidak.
Satu jam berlalu setalah kesadaran Kiran. Renan akhirnya bangun. Ketika dia mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya dia ketika matanya bertemu dengan bola mata Kiran. Kiran yang sedang berbaring menghadap ke arahnya, menatap Renan dengan tatapan sendu. Renan berpikir jika hanya mimpi, sehingga air matanya turun tanpa diminta, ia masih menatap gadis yang sedari tadi tak beralih menatapnya. Tangannyapun masih setia menggenggam tangan kecil itu. Kiran yang melihat Renan masih meneteskan air matanya. Tangannya tergerak utuk menghapus air mata yang turun dari kedua bola mata Renan. Renan yang merasakan sentuhan Kiran tersadar ternyata ini bukan mimpi, ini semua nyata. Ia langsung mengenggam tangan Kiran yang masih setia menghapuskan air matanya.
Semua orang melihat yang melihat itu ikut menangis bahagia dan mereka pergi meninggalkan mereka berdua. Mereka ingin memberikan kesempatan kepada dua orang anak manusia itu untuk melepas rindu dan menyelesaikan masalah mereka selama ini. Semua orang kecuali Renan berpamitan pulang untuk bersih-bersih, mereka janji nanti akan ke sini lagi.
Sekarang tinggallah mereka berdua di kamar itu. Tidak ada yang mau membuka suara. Renan masih setia mengenggam tangan mungil itu dengan tatapan tak pernah beralih dari gadis itu, begitupun Kiran. Setalah menunggu beberapa saat akhirnya, Kiran mulai bergerak untuk duduk. Dengan sigap Renan membantu Kiran duduk, karena Kiran masih216Please respect copyright.PENANA6nyMFmfHRn
sedikit lemas.
Setelah Kiran duduk dengan sempurna yang bersandar ke kepala ranjang, Rena langsung memeluk tubuh mungil gadis itu. Kiran yang dipelukpun tidak memberontak sedikitpun. Kiran semakin membenamkam wajahnya di dada bidang cowok tersebut. Renan semakin mengeratkan pelukannya, yang sesekali mengecup puncuk kepala Kiran. Kiran yang merasakan itu memejamkan matanya dan semakin membenam kan kepalanya didada bidang itu. Renan tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf kepada Kiran. Renan juga membenamkan kepalanya di bahu Kiran.
Kiran yang merasakan bahunya basah karena tangisan Renan sedari tadi dan tak henti-hentinya melafalkan kata maaf, mulai mengurai pelukannya. Dengan cepat Kiran menghapus air mata Renan. Renan tetap mengucapkan kata maaf, Kiran menangkup wajah Renan sehingga pandangan mereka bertemu. Kiran tersenyum dan berkata denga lirih “Jangan minta maaf lagi. Kakak gak salah. Aku gak pernah marah sama kakak. Jika kakak masih minta maaf, aku tidak akan pernah menerima permintaan maaf kakak lagi. Renan yang mendengar itu hanya mengangguk dan kembali membawa tubuh kecil itu kedalam dekapannya.
Kiran kembali membenamkan wajahnya di dada bidang tersebut. Renan mengucapkan terimakasih sembari mengecup puncuk kepala Kiran, sedangkan Kiran hanya mengangguk dan semakin membenamkan kepalanya di dada bidang itu. Tanpa Kiran sadari ia telah meneteskan air matanya yang telah membasahi baju Renan. Renan yang merasakanitu, langsung mengurai pelukannya dan menghapus air mata Kiran dengan jari-jarinya dan berkata “Jangan nangis lagi, kak Re ada di sini”. Kiran hanya mengangguk. Setelah itu Renan mencium kening Kiran penuh kehangatan, sedangkan Kiran menutup matanya. Tangan Renan masih saja mengenggam tangan mungil itu.
Setelah Renan melepas ciuman itu. Kiran berkata dengan lirih “Kak.. makan dulu. Kata bunda kakak gak216Please respect copyright.PENANAjKjxT0VyHY
mau makan kalau aku belum bangun, sekarang aku udah bangun kakak makan ya” Kiran menatap Renan dengan wajah sendu dan memohon. Renan yang melihat itu hanya mengangguk.
Walaupun tubuhnya masih sedikit lemas, Kiran tetap menyuapi Renan dengan telaten. Ia masih setia mengenggam salah satu tangan mungil itu. Makan yang disuapi oleh Kiran dilahap habis oleh Renan. Sesekali Renan memegang pipi chubby Kiran, tapi Kiran tidak sedikitpun terganggu dengan ulah Renan itu. Mungkin secara perlahan kebahagian itu akan datang menghampiri mereka. Mungkin sebentar lagi waktu akan berpihak kepada mereka. Kita tunggu saja.
Sabtu, 11 Juli 2020
ns3.142.211.95da2