Mungkin kata maaf tidak akan cukup untuk memaafkan kesalahanku selama ini.
“Renan”
Semua orang pasti memiliki kesalahan, begitupun dengan dirimu. Jangan menyalahkan diri sendiri, karena semua manusia yang bernafas di bumi ini pasti pernah berbuat salah, begitupun dirimu
“Kiran”
Renan terdiam seribu bahasa dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia masih tak habis pikir dengan kesalahan fatal yang telah ia lakukan. Dia hanya berharap semua fakta yang ia dengar ini adalah mimpi belaka, namun pada kenyataannya ini nyata dan fakta adanya. Apakah dengan perbuatan yang telah ia lakukan ini masih bisa termaafkan olehnya. Perasaan bersalah selalu menghantuinya. Diapun selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ia sadar semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini, baik yang menimpanya atau orang lain, murni adalah perbuatan dirinya sendiri. Ialah yang menciptakan semua masalah ini.
Sahabat yang selama itu ia cari, orang yang paling ia sayang setelah mamanya, seseorang yang selama ini ia tunggu selalu berada disisinya. Kenapa dia tidak pernah menyadari keberadaan gadisnya selama ini, padahal ia dan gadisnya itu saling berdekatan. Betapa terpuruknya dia saat ini tentang kenyataan bahwa orang yang ia sayangi itu adalah orang yang ia sakiti selama ini. Seseorang yang harusnya ia lindungi dan sayangi ada tepat di hadapannya, tapi kenapa matanya buta akan hal itu. Dulu ia berjanji kepada gadis kecil itu, ia tidak akan pernah membuatnya menangis atau sakit karena sikapnya, tapi kenyataannya air mata kesedihan itu ada karena ulahnya selama ini. Kenapa takdir mempermaiknannya seperti ini.
Ingatan tentang bagaimana ia membentak, mengatai, bahkan menyakiti gadis yang sekarang terbaring lemah tak berdaya dengan mata yang masih setia tertutup selalu bermain-main dipikirannya saat ini. Sesadis dan sejahat itukah dia kepada gadis itu. Apakah ini yang dinamakan karma yang terjadi kepada dirinya? Semua orang telah memperingatinya, orang tuanya, sahabat-sahabatnya pun telah memperingatinya, bahkan adeknya sendiri sangat dekat dengan gadis itu. Bahkan sang adeklah yang hanya memanggil dengan nama khusus yang selalu ia lontarkan kepada gadis itu ketika kecil. Panggilan khusus yang diberikannya kepada gadis itu, sekarang digunakan oleh adeknya sendiri untuk memanggil Kiran, tapi kenapa212Please respect copyright.PENANAnGhmDg1p6t
dia tidak juga menyadarinya.
Semua orang sudah mengatakan jika ini bukanlah salahnya. Disini takdirlah yang ikut berperan dalam kehidupan manusia ini. Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berdo’a untuk kesembuhan gadisnya. Ia bertekad jika Kiran membuka mata nanti, ia akan memperbaiki semuanya. Ia tidak peduli dengan pandangan Kiran kepadanya bagaimana. Ia akan memperjuangkan semua haknya termasuk gadisnya.
Renan sangat hancur pada saat ini. Semua orang yang melihat ini sangat iba kepadanya. Bahkan orang tuanya pun sangat bingung dengan keadaan anaknya sekarang ini. Renan tidak mau melakukan apa-apa, makanpun dia tidak mau, sehingga dirinya menjadi sedikit kurus, muka yang kusut. Ketika di suruh makan, ia akan marah dan berkata ia akan makan jika Kiran bangun, karena Kiran di sana pasti juga tidak makan.
Renan selalu setia berada di samping Kiran, ia tak pernah melepaskan genggamannya terhadap tangan mungil dan dingin itu. Dokter yang memeriksa pun sedikit kesulitan untuk memerika Kiran, namun ia juga mengerti apa yang sedang dirasakan pemuda ini. Dokterpun dapat melihat jika pemuda yang selalu berada disamping pasiennya ini sangat mencintai pasiennya ini. Ternyata seorang Kiran sangat berpengaruh besar terhadap dirinya. Mereka hanya bisa berdo’a agar Kiran segera membuka matanya, sehingga Renan tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri.
Sabtu, 11 Juli 2020
ns160.79.108.122da2