Aku ikhlas jika sekarang pergi, karena sebelum aku pergi aku telah melihat matahariku yang akan selalu bersinar
“Agung”
Tiga hari sudah mereka menghabiskan waktu liburan di Yogyakarta begitupun Agung. Kiran lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Agung. Awalnya Kiran merasa tidak enak kepada teman-temannya, tapi teman-temannya mengerti dengan keadaan ini. teman-temannya hanya ingin Kiran melepas rindu dengan cara membiarkan Kiran menghabiskan183Please respect copyright.PENANACOdi879L7h
banyak waktu dengan Agung. Itu tidak dipermasalahkan sedikitpun oleh sahabat-sahabatnya. Hanya tawa dan senyuman kebahagianan yang selalu tercetak diwajah Kiran karena keberadaan Agung yang selalu ada disampingnya.
Hari ini, Kiran sedang duduk di beranda depan rumah sembari menunggu Agung datang, karena kemarin Agung ingin mengajak Kiran jalan-jalan sekedar menghabiskan waktu berdua. Kiran hanya menyetujui ajakan Agung. Oleh sebab itu, akhirnya Kiran berakhir di sini memainkan ponselnya sembari menunggu Agung datang. Namun, sudah satu jam menunggu, Agung masih tidak menampakkan batang hidungnya. Kiran juga sudah mengirim pesan kepada Agung hanya sekedar untuk menanyakan keberadaannya, tetapi hasinya nihil tak satupun pesan yang dibalas oleh Agung.
Vero yang semenjak tadi hanya memperhatikan Kiran, akhirnya menyerah untuk mengatakan semuanya kepada Kiran, karena ia tak tega melihat sahabatnya itu sedari tadi menunggu sepupunya yang tak kunjung datang. “Ki….lagi nunggu Agung ya?” kata Vero sembari duduk disampingnya, sedangkan Kiran hanya menganggukkan kepalanya. Vero kembali mengeluarkan suaranya karena sedari tadi Kiran hanya diam. “Agung ga akan datang Ki, karena….” Vero mengantungkan kalimatnya, sedangkan Kiran hanya mengangkat sebelah alisnya seakan menannyakan kenapa. “Huffff…, karena Agung sebenarnya lagi sakit. Dia ga bisa kemana-mana” kata Vero melanjutkan kalimatnya. Kiran akhirnya membuka suara “Sakit? Sakit apa? Perasaan kemaren Agung baik-baik aja, kenapa sekarang sakit?” Vero hanya diam terlihat dari wajahnya yang bingung,183Please respect copyright.PENANASyywf69qoU
antara mau jujur atau malah sebaliknya.
“Jantung, stadium akhir” lirih Vero yang masih didengar oleh Kiran. Kiran yang semula menatap lurus ke depan, langsung beralih menatap Vero dan langsung tertawa “Alah…. Bang ga usah bercanda tau. Gak lucu ah. Mana mungkin Agung sakit begituan. Orang dia sehat-sehat aja kok. Bercandanya gak lucu” kata Kiran kembali menatap lurus ke depan.
Vero menghela napasnya dengan berat dan beralih menatap Kiran dengan mata sendu dan berkata “Abang ga bercanda dek, buat apa abang bohong jika itu menyangkut nyawa orang. Apalagi ini sepupu abang sendiri”. Kiran membalas tatapan sendu itu dan menatap tepat dimanik mata Vero untuk mencari kebohongan, tetapi yang ia dapat adalah kejujuran, itu semua adalah nyata. Air matanya seketika jatuh tanpa diminta dan masih menatap Vero. Vero kemudian angkat bicara dengan memegang tangan Kiran “Temui Agung. Dari semalam penyakitnya kambuh. Bujuk dia mau ke rumah sakit. Abang Mohon”
Kiran masih saja diam membisu. Air mata itu sedari tadi tak mau berhenti. Penuturan Vero barusan seperti petir yang menyambar tepat di dadanya. Ia gak tau harus berbuat apa. Takdir apa yang sekarang sedang mempermainkannya. Banyak pertanyaan yang ada di otaknya membutuhkan jawaban, tetapi tak ada yang siap memberikan jawaban tersebut. Tatapannya semakin datar menatap lurus ke depan, sedangkan tangannya masih berada di dalam genggaman Vero. Tanpa ia sadari ternyata sedari tadi ia telah berada dipelukan Lisa. Lisa hanya bisa diam, melihat Kiran yang sedari tadi menangis tanpa suara.
“Dek, ayok temuin Agung. Dia pasti nunggu kamu. Kamu harus kuat, kalau kamu gini nanti Agung tambah sedih, lihat sahabatnya kaya gini. Kita ketempat Agung ya. hmmm…” kata Lisa membuka suaranya. Kiran hanya mengangguk kemudian langsung berdiri dibantu oleh Lisa. Mereka bertiga berjalan menuju mobil untuk pergi menemui Agung dengan Kiran yang masih berada dirangkulan Lisa.
Kiran tidak menyadari sedari tadi ada sepasang mata yang tak beralih sedikitpun menatapnya dengan tatapan sendu. Bahkan sepasang mata tersebut sudah menatapnya ketika Vero memberi tahu tentang Agung. Vero dan Lisa sudah menyadari keberadaan Renan yang mematung di depan pintu rumah sedari tadi, tapi mereka hanya membiarkan saja. Ya sepasang mata itu adalah milik Renan. Renan hanya mampu menatap. Dia sendiri bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang terjadi pada dirinya sehingga ia sangat sedih melihat gadis itu sangat terpuruk, bahkan sampai menangis dalam diam. “Kok gue lihat lo gitu, hati gue sedih ya. Lo menagis buat orang lain. Apa kalau gue ada di posisi Agung, lo juga kayak gitu, atau malah sebaliknya lo senang?” pikiran itu masuk tanpa Renan sadari.
Renan tersadar karena ada tepukan dari bahunya dan orang itu adalah Josua yang berkata “Dia gadis yang kuat. Sedih tapi masih bisa menyimpannya sendiri, ya walaupun kita tau apa yang ia rasakan sebenarnya, tapi dia gak mau membaginya dengan yang lain” setelah itu Josua berlalu pergi meninggalkan Renan yang masih mematung di depan pintu.
Sabtu, 20 Juni 2020
ns3.142.211.95da2