
Suasana kantor hari itu agak berbeda.
60Please respect copyright.PENANATRVSb8azjj
Dengan jadwal yang sudah dipadatkan dan pekerjaan yang mulai rampung, akhirnya Nadira dan teman-teman kantornya memutuskan untuk mengambil cuti panjang untuk menikmati long weekend. Setelah hampir sebulan merencanakan, mereka akhirnya sepakat untuk pergi bersama ke Bali. Nadira tak pernah begitu antusias dengan liburan, apalagi yang melibatkan rekan kerja, tetapi kali ini terasa berbeda. Ada keinginan untuk melepaskan diri dari rutinitas dan bersenang-senang tanpa beban.
60Please respect copyright.PENANAbgDD8zDB9C
Setibanya di Bali, Nadira merasa semangatnya kembali berkobar. Selama beberapa minggu terakhir, rutinitas kantor, tekanan pekerjaan, dan interaksi yang cukup formal dengan rekan-rekan kerjanya mulai membuatnya merasa jenuh. Hari ini, liburan yang sudah direncanakan sejak lama akhirnya tiba. Nadira tidak perlu lagi memikirkan deadline atau laporan yang menumpuk, dan bisa benar-benar menikmati waktu dengan teman-temannya.
60Please respect copyright.PENANAwttzcQoRHQ
Dina, yang paling gencar merencanakan, sudah mulai berteriak kegirangan saat mereka menginjakkan kaki di Bandara Ngurah Rai. "Akhirnya! Long weekend yang kita tunggu-tunggu!" ujarnya dengan senyum lebar, membalikkan tubuhnya ke teman-temannya yang sedang mencari tempat duduk.
60Please respect copyright.PENANARiWKjVdfVE
Nadira hanya tersenyum tipis, menatap ke luar jendela, menikmati semilir angin yang mengalir masuk. Bukan karena ia tidak menikmati liburan ini, tetapi ada perasaan campur aduk yang ia pendam. Kali ini, liburan bukan hanya sekadar pelarian, tetapi juga kesempatan untuk mengenal lebih dalam dirinya—jauh dari kesibukan kerja dan dunia profesional yang biasanya ia jalani.
60Please respect copyright.PENANANmXdmLNviH
Mereka berempat, Nadira, Dina, Ario, dan Rani, tiba di Bali pagi-pagi sekali setelah penerbangan yang cukup panjang. Meski lelah, semangat mereka tidak luntur. Begitu keluar dari bandara, udara Bali yang hangat dan segar langsung menyambut mereka. Nadira merasa angin laut yang lembut menyentuh kulitnya, dan keheningan pulau itu mengingatkannya pada kenangan masa lalu yang penuh dengan kebebasan.
60Please respect copyright.PENANA1afeLtBe2P
"Yuk, kita langsung ke villa dulu aja. Baru nanti bisa eksplor ke pantai atau ke tempat wisata lainnya," ajak Ario, dengan antusias.
60Please respect copyright.PENANADYbHrvPGMd
Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di vila yang mereka sewa di kawasan Seminyak, Bali. Vila itu memiliki desain modern namun dengan sentuhan Bali yang kental. Dindingnya berwarna putih bersih, dengan kolam renang pribadi di halaman belakang. Di dalam villa, setiap kamar dilengkapi dengan fasilitas mewah yang membuat Nadira merasa seolah-olah sedang berada di tempat yang jauh lebih tenang dan menyenangkan dibandingkan dengan rutinitas di kantor.
60Please respect copyright.PENANABfhoEF1KWU
Mereka semua berkumpul di ruang tamu besar, berbicara tentang rencana untuk hari-hari berikutnya. Nadira duduk di pojok sofa, menatap layar ponselnya, sedikit sibuk dengan pemberitahuan yang masuk, namun tak bisa menghindari obrolan riang dari teman-temannya.
60Please respect copyright.PENANAzCgpF1Ifar
"Besok kita coba watersport! Banana boat, jet ski, atau apapun yang ada airnya, pokoknya kita harus coba!" kata Dina dengan bersemangat, seperti biasa.
Nadira mengangguk ringan, meskipun ia lebih suka menikmati pemandangan sambil bersantai di pinggir pantai. Ia tidak terlalu suka olahraga air, tapi kali ini ia merasa harus mencoba sesuatu yang baru, mengikuti apa yang teman-temannya inginkan.
60Please respect copyright.PENANAr7iGdgOhSG
"Dan setelah itu, kita makan seafood di Jimbaran!" lanjut Ario, yang selalu memiliki rekomendasi kuliner terbaik. "Pasti bakal jadi highlight trip ini."
"Seafood di Jimbaran? Sounds perfect," jawab Nadira dengan senyum tipis, meskipun pikirannya masih tertuju pada sesuatu yang lebih pribadi.
60Please respect copyright.PENANAedFHp1o6DW
Setelah beristirahat sejenak, mereka semua memutuskan untuk menjelajahi Bali. Pertama-tama, mereka menuju ke Pantai Kuta yang terkenal, tempat yang selalu ramai oleh wisatawan. Nadira merasa senang dengan suasana yang berbeda dari biasanya. Laut yang biru dan pasir yang lembut membuatnya merasa tenang. Mereka menikmati waktu mereka dengan bermain air, berfoto bersama, dan hanya duduk di pantai sambil menikmati keindahan matahari yang mulai terbenam.
Nadira tidak bisa menahan senyum ketika melihat wajah teman-temannya yang begitu ceria.
60Please respect copyright.PENANAr46vxLhi5n
Rani tampak sibuk bermain pasir, sementara Dina dan Ario sibuk mengambil foto. Nadira memilih untuk duduk di tepi pantai, menyandarkan tubuhnya di atas handuk, membiarkan dirinya tenggelam dalam suasana.
60Please respect copyright.PENANAKR6c7Kv86Y
"Mau ikut surfing, Nad?" tanya Dina, yang sudah siap dengan papan selancar.
"Kayaknya belum deh, gue cuma mau nikmatin suasana dulu," jawab Nadira, sambil tersenyum. Ia merasa sangat bahagia, walau dalam hati ada sedikit kekhawatiran yang datang tanpa alasan yang jelas.
60Please respect copyright.PENANAc3n05GefRl
Setelah beberapa jam di pantai, mereka menuju ke restoran seafood yang terkenal di daerah Seminyak. Nadira sangat menikmati makanannya—grilled fish, nasi goreng Bali, dan tentu saja, sate lilit yang pedas. Malam itu, mereka juga makan malam dengan menu seafood yang melimpah. Udang bakar, cumi, ikan gurame, semuanya disajikan di atas meja kayu panjang. Makanan di Bali memang selalu bisa membuat perasaan menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
60Please respect copyright.PENANAGD8I8I5RLk
Nadira menikmati makanan itu, meski di dalam hatinya masih ada perasaan berbeda. Ia merasa sedikit aneh. Di satu sisi, ia merasa nyaman di tengah keramaian ini. Selama makan malam, mereka saling bercanda, berbagi cerita ringan, dan mengobrol tentang banyak hal, mulai dari cerita-cerita di kantor hingga pengalaman lucu semasa kuliah.
60Please respect copyright.PENANA80ePT3qnuo
"Ngomong-ngomong, lo udah pernah ngerasain liburan yang bener-bener santai kayak gini, Nad?" tanya Ario, sambil menikmati ikan bakar.
Nadira tersenyum, mengingat-ingat kehidupannya selama ini. "Mungkin waktu kuliah, tapi entah kenapa setelah mulai kerja, semua jadi lebih sibuk. Ini liburan pertama gue yang benar-benar buat diri sendiri."
60Please respect copyright.PENANAQtg7U0sf4p
Setelah makan, mereka kembali ke villa dan memutuskan untuk bersantai di ruang tengah. Beberapa botol wine sudah terbuka, dan suasana semakin santai. Mereka berbaring di sekitar kolam renang, menikmati musik yang mengalun lembut, dan berbicara tentang berbagai topik yang lebih pribadi.
60Please respect copyright.PENANAgRtP9wGKuy
"Lo pernah ngerasain nggak sih, kayak punya perasaan yang nggak bisa dijelaskan?" tanya Dina dengan serius, sambil memegang gelas wine di tangannya.
"Apa maksud lo?" jawab Nadira, penasaran.
60Please respect copyright.PENANAyok2MRZ72G
Dina tersenyum, "Ya, kayak ada sesuatu yang terpendam, tapi nggak tahu mau disebut apa. Gue sering ngerasain itu, terutama saat kayak gini. Kita lagi di tempat yang jauh dari rutinitas, tapi gue malah mikirin hal-hal aneh."
Ario yang mendengar itu langsung menimpali, "Jangan mikir aneh-aneh, Dina. Yang penting kita nikmatin aja waktu di sini."
60Please respect copyright.PENANAhDxdPY5Qd5
Namun, Nadira merasa ada sedikit kebenaran dalam perkataan Dina. Memang, di Bali yang penuh dengan keindahan ini, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya.
Suatu perasaan yang tidak dapat ia jelaskan, yang membuatnya tidak bisa sepenuhnya bebas menikmati liburan ini.
60Please respect copyright.PENANAn2ydwURYpe
Mungkin itu karena kehidupan pribadinya yang masih penuh dengan pertanyaan—tentang hubungan, tentang keintiman, dan tentang dirinya sendiri.
60Please respect copyright.PENANAPBPYkOMQJb
Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan bermain kartu, sebuah cara untuk lebih mendekatkan diri. Ketika permainan selesai, mereka memutuskan untuk bermain truth or dare untuk mempererat keakraban.
Nadira tidak begitu suka dengan permainan yang terlalu mengarah ke hal-hal pribadi, tetapi untuk kali ini, ia setuju. "Baiklah, tapi jangan terlalu gila ya," ujarnya, sambil menatap teman-temannya dengan penuh perhatian.
Permainan pun dimulai. Dina memilih truth pertama, dan Ario langsung memberikan pertanyaan yang cukup ringan, "Apa hal paling aneh yang pernah lo lakuin di depan orang banyak?"
Dina menjawab dengan tawa, "Ya, waktu itu gue nyanyi dangdut di tengah keramaian saat lagi mabuk. Semua orang pada lihat, tapi gue gak peduli."
60Please respect copyright.PENANApgBzRJO93u
Semua tertawa, dan giliran beralih ke Nadira. Ia memilih truth, berharap pertanyaannya tidak terlalu mengganggu. "Okay, Dira. Pertanyaan buat lo, siapa orang yang pernah membuat lo merasa sangat istimewa?," tanya Ario, dengan senyum nakal.
Nadira terdiam sejenak. Pertanyaan ini agak mengarah pada hal-hal pribadi, dan meskipun ia sering dianggap sebagai pribadi yang tangguh di kantor, kali ini ia merasa canggung.
"Gue nggak tahu. Mungkin orang tua gue, karena mereka selalu jadi tempat gue pulang. Tapi kalau soal cinta... gue belum ngerasain yang kayak gitu," jawabnya hati-hati.
60Please respect copyright.PENANAda7OBowuwb
Dina tersenyum kecil. "Lo pasti akan ngerasain kok, Dira. Kalau waktunya tepat, semua akan datang dengan sendirinya."
Sekarang giliran Dina untuk memilih. "Oke, Ario, giliran lo. Truth or dare?"
60Please respect copyright.PENANAZ7fv1s52Bk
Ario memilih dare, dan Dina dengan semangat memberi tantangan yang cukup aneh, "Lo harus joget ala Michael Jackson di depan kita semua selama dua menit!"
Perasaan Nadira sedikit lebih lega setelah Ario beraksi.
60Please respect copyright.PENANACnZRyOX04F
Tawa meledak dari semua orang, dan malam itu berlanjut dengan berbagai tantangan lucu dan kebersamaan yang semakin erat. Mereka berbagi cerita—tentang masa depan, tentang mimpi, bahkan tentang hubungan pribadi yang kadang-kadang mereka rahasiakan. Tapi Nadira tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya, seperti sebuah ruang yang belum tersentuh. Malam itu, Nadira tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya terus berputar tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama permainan tadi. Ia merasa ada ketidaknyamanan yang tak bisa ia jelaskan. Di satu sisi, ia merasa bebas di Bali, namun di sisi lain, ia juga merasa ada perasaan yang mulai berkembang dalam dirinya. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
60Please respect copyright.PENANAE2okk3gc9b
Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamar villa. "Mungkin aku hanya butuh waktu untuk menemukan siapa yang bisa mengubah pandanganku tentang hubungan dan cinta," gumamnya pada diri sendiri.
60Please respect copyright.PENANA6ADiA5qy8S
Akhirnya, Nadira tertidur, meninggalkan perasaan yang masih terkatung-katung dalam pikirannya. Namun, di balik semua kebingungannya, ia tahu bahwa Bali telah memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar liburan biasa.
Sebuah kesempatan untuk melepaskan diri dari kerumitan hidup dan memikirkan kembali apa yang benar-benar ia inginkan.
60Please respect copyright.PENANASpThTxS9xM
****
60Please respect copyright.PENANATY6yvDSVee
Pada hari kedua, mereka melanjutkan petualangan ke pantai. Mereka mencoba berbagai jenis olahraga air, dari banana boat hingga jet ski.
60Please respect copyright.PENANAotkZyoE4n9
Nadira, meskipun semula enggan, akhirnya ikut mencoba banana boat. Terkejutnya ia, ternyata olahraga itu menyenangkan dan membuatnya tertawa lepas. Ia merasa sejenak terbebas dari segala tekanan yang ada di hidupnya. Sesekali, ia melihat teman-temannya, yang juga tampak gembira—Ario yang berteriak kencang saat terjatuh dari banana boat, Dina yang tersenyum lebar saat naik jet ski bersama Ario, dan Rani yang sibuk bermain air sendiri sambil foto-foto.
60Please respect copyright.PENANAYSDrrGDuGM
Setelah menjalani hari penuh dengan tawa dan kesenangan, mereka selanjutnya memilih untuk menikmati kuliner lokal yang terkenal. Mereka berkeliling pasar, mencoba berbagai jajanan, dan menikmati makanan khas Bali yang menggugah selera. Nadira, meskipun cukup selektif dalam memilih makanan, merasa sangat terbuai oleh suasana pulau itu. Bau rempah-rempah, udara tropis yang lembut, dan kebersamaan dengan teman-temannya yang membuatnya merasa lebih bebas dari tekanan pekerjaan.
60Please respect copyright.PENANABXp4G9tZNm
Setelah makan siang yang lezat, mereka kembali ke villa, di mana sore itu mereka memutuskan untuk bermain permainan santai di sekitar kolam renang. Ario dengan energinya yang tak pernah habis, memutuskan untuk melanjutkan permainan truth or dare yang semalam mereka mulai.
60Please respect copyright.PENANAjvs3AiekSH
"Alright, siapa yang mau melanjutkan?" tanya Ario dengan senyum nakal, matanya berkeliling mencari target.
"Lo, Dira. Ayo, giliran lo," ujar Dina, mendorong Nadira yang sedang duduk dengan tenang sambil memandangi kolam renang.
60Please respect copyright.PENANAfWolFIYW06
Nadira menghela napas, memutuskan untuk melanjutkan permainan itu meskipun rasa tidak nyaman sedikit menyelimutinya. Ia memilih truth lagi, berharap pertanyaannya tidak terlalu mengarah pada hal-hal pribadi.
"Okay, Dira, ini pertanyaan berat," kata Dina sambil memikirkan sesuatu. "Lo ngerasain first kiss lo berkesan ga? Kalau iya, ceritain dong."
60Please respect copyright.PENANAq0bTeCI79v
Nadira tertawa kecut, sedikit canggung. “Well, ya, pertama kali itu pas kuliah, tapi... itu nggak pernah bener-bener bikin gue... merasa spesial, kalau bisa dibilang. Cuma biasa aja.”
Semua tertawa kecil, tapi Ario sedikit menyenggol, "Yah, sayang banget. Kalau gue sih, udah ngerasain yang lebih dari itu." Ario melirik Dina dengan nakal, yang langsung membalas dengan ejekan.
60Please respect copyright.PENANAYjZz4YY1Ww
Sekali lagi, Nadira merasa sedikit janggal kepada mereka berdua sejak kemarin, tapi rasanya tidak perlu tahu lebih jauh. Tapi di sisi lain, ia merasa heran mengapa cerita-cerita seputar hubungan pribadi itu selalu membuatnya merasa sedikit cemas. Mungkin karena selama ini ia selalu menjaga dirinya, menghindari hubungan yang bisa mengarah pada hal-hal yang lebih dalam. Pacaran di masa kuliah adalah satu-satunya pengalamannya, dan bahkan itu pun tak pernah sampai pada hal yang lebih intim.
60Please respect copyright.PENANA2T1gLPTMzj
Pindah ke giliran Dina, ia memilih dare, dan Ario yang selalu suka tantangan memberinya tugas yang cukup unik. "Lo harus berenang di kolam renang villa ini sambil nyanyi lagu dangdut keras-keras!" Dina mengekspresikan ekspresi terkejut, tapi akhirnya melakukannya dengan penuh semangat. Gelak tawa mereka memenuhi ruang villa, dan suasana menjadi semakin ceria.
60Please respect copyright.PENANAmY8GVZpfyQ
Di tengah tawa itu, Nadira merasa semakin nyaman. Namun, malam itu, saat mereka berbaring di sekitar kolam renang, Ario mengusulkan permainan lain. "Gimana kalau kita main permainan lebih seru lagi, truth or dare-nya dipertajam? Kalau pilih truth, jawabannya harus lebih lepas, dan kalau pilih dare, harus melakukan tantangannya tanpa terkecuali, tentu aja masih dalam batas wajar."
60Please respect copyright.PENANAej0e3dwXTa
Semua orang menyetujui, dan permainan dimulai dengan banyak candaan dan sedikit saling menggoda. Sementara itu, Nadira lebih banyak diam, mendengarkan jawaban dari teman-temannya yang lebih terbuka tentang kehidupan pribadi mereka.Tentang kisah asmara, tentang kegelisahan, bahkan tentang pengalaman mereka yang lebih intim. Dalam hatinya, Nadira merasa aneh tapi sedikit tersentuh, lebih dari itu, ia merasa seolah-olah ada bagian dari dirinya yang belum pernah ia ungkapkan kepada siapapun. Sesuatu yang ia simpan rapat-rapat.
60Please respect copyright.PENANAxelKA7jb0F
Sekarang giliran Nadira. Semua mata tertuju padanya, dan Ario dengan ceria bertanya, “Nadira, truth or dare?”
60Please respect copyright.PENANAoapW6likw3
Nadira sedikit ragu, namun akhirnya memilih “truth.” Dia tahu, dengan memilih truth, kemungkinan pertanyaan yang lebih berat akan datang. Dan memang benar, Ario tidak membuang kesempatan itu.
“Oke, Nadira, pertanyaan yang agak dalam nih. Pernah gak kamu merasa tertarik sama seseorang di kantor, tapi kamu gak pernah berani mengungkapkannya?” tanya Ario, menatap Nadira dengan penuh rasa ingin tahu.
60Please respect copyright.PENANAPl8GEtFaLX
Nadira terdiam, merasa sedikit terganggu oleh pertanyaan itu. Meski ia merasa nyaman dengan teman-temannya, ia masih ragu untuk mengungkapkan perasaannya yang lebih dalam, terutama yang berhubungan dengan ketertarikannya pada seseorang di kantornya.
60Please respect copyright.PENANALXg3uJEsHV
“Ada sih, tapi itu cuma... perasaan yang biasa aja,” jawab Nadira dengan cepat, mencoba menutupi kegugupannya. “Cuma, gue gak pernah berpikir lebih jauh. Gue merasa, ya udah, cukup jadi teman kerja aja.”
Namun, teman-temannya tampak tidak begitu percaya dengan jawabannya. Mereka menyeringai dan melontarkan beberapa godaan ringan. “Aduh, Dira, masa lo gak pernah mikirin soal itu?” tanya Rani dengan sedikit kelakar. “Kamu kan sering dideketin, coba deh cerita lebih banyak!”
60Please respect copyright.PENANAy8bBZ953SC
Nadira hanya tertawa kecil, merasa sedikit canggung. “Ya, mungkin pernah, tapi itu gak ada artinya buat gue. Banyak pria yang mendekat, tapi kalau gue gak merasa klik, ya gak akan gue tanggapi lebih jauh,” jawabnya, berusaha menjaga jarak dengan topik tersebut. Namun, dalam hatinya, Nadira tidak bisa menahan perasaan yang semakin mengganggu pikirannya. Ia memang sering didekati oleh pria, tetapi jarang ada yang benar-benar berhasil menarik perhatian hatinya.
60Please respect copyright.PENANAt3iP6INjn4
Hanya saja, ada satu sosok yang kadang membuatnya merasa berbeda—Bima. Hanya saja, ia tidak ingin terlalu jauh berpikir tentang hal itu.
60Please respect copyright.PENANAeiDf6U9xi6
Setelah beberapa giliran yang lebih ringan, permainan berlanjut ke pertanyaan yang lebih intim. Kali ini giliran Dina yang memilih “dare.” Semua orang menyeringai, menunggu tantangan yang akan diberikan.
60Please respect copyright.PENANAPmxSzIh1Lk
“Dina, gue tantang lo untuk memberi ciuman ke tangan Ario,” kata Rani dengan wajah jahil. Dina terlihat kaget, namun akhirnya melakukannya dengan sedikit gelak tawa.
60Please respect copyright.PENANAQnP8a9ydWx
Tindakan itu membuat suasana menjadi semakin santai, namun juga memperlihatkan sisi-sisi kebebasan yang mungkin sebelumnya tersembunyi di antara mereka. Semua tertawa, dan permainan pun semakin berlanjut.
60Please respect copyright.PENANAiVljdBXGzI
Setelah beberapa giliran permainan, Nadira mulai merasa bahwa ia bisa membuka diri lebih banyak lagi. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang ingin merasakan lebih dari sekadar ciuman pertama seperti yang pernah ia alami dulu. Ia sering membaca manhwa yang mengisahkan kisah-kisah penuh gairah dan romansa yang berlebihan, dan kadang-kadang, ia merasa terpesona dengan karakter-karakter yang bisa mengungkapkan perasaan mereka tanpa takut akan penilaian orang lain.
60Please respect copyright.PENANAjrO9N6AVzb
Di dalam hatinya, Nadira berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, ia juga bisa merasakan kedekatan itu, merasakan kebebasan untuk mengekspresikan perasaan yang selama ini terkubur dalam dirinya. Namun, ia juga menyadari bahwa ia harus berhati-hati. Perasaan itu bisa saja membawa masalah yang lebih besar jika tidak dikendalikan dengan bijaksana. Malam itu, setelah permainan berakhir dan semua orang mulai lelah, Nadira berbaring di tempat tidurnya, merenung. Ia merasa sedikit kebingungan, tetapi juga nyaman dengan kebersamaan yang mereka miliki selama liburan ini. Namun, jauh di dalam hatinya, ada dorongan yang mulai tumbuh, keinginan untuk sesuatu yang lebih, keinginan untuk merasakan lebih dari sekadar kehidupan sehari-hari yang terkendali.
60Please respect copyright.PENANAVTyw2vBkZV
Ia membuka ponselnya dengan perlahan dan mulai membaca manhwa yang sering ia nikmati.
Cerita-cerita itu membuatnya merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang ia inginkan dalam hidupnya, meskipun itu tidak selalu mudah untuk diterima atau dipahami.
60Please respect copyright.PENANAxN5Qz6k9mZ
“Hmm, pikiranku akhir-akhir ini kenapa kemana-mana terus ya,” gumam Nadira pelan, sebelum akhirnya terlelap dalam tidur yang tenang.
ns3.140.184.21da2