
Hubungan transaksional antara Ario dan Nadira berjalan seperti benang halus yang dirajut diam-diam.
35Please respect copyright.PENANASylIeoi6Ac
Ario dengan informasi yang dia gali, Nadira dengan tubuhnya yang selalu siap membayar, meskipun mereka tak pernah merasakan cinta, tapi juga tak sanggup menyebutnya sekadar pelampiasan.
Di antara percakapan sunyi, desahan malam, dan tumpukan dokumen investigasi, mereka membentuk semacam simbiosis mutualisme. Saling mengisi, saling menuntut, tapi juga saling menjaga.
35Please respect copyright.PENANAuVfTMMxDIA
Mereka cukup cermat. Tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada gosip beredar. Tidak ada lirikan aneh dari rekan kantor. Dan yang terpenting, tidak ada jejak yang membahayakan mereka. Malam sebelumnya, Ario lembur hingga lewat tengah malam. Ia tenggelam dalam tumpukan data, berbekal kopi dan deduksi sederhana. Pukul 01.07 dini hari, sebuah pesan ia kirim ke Nadira:
35Please respect copyright.PENANA96DylwoTqr
Ario: “Nad. Kayaknya gue nemu sesuatu. Masih belum final, tapi kayaknya ada celah buat dikejar. Kita bahas dikit aja besok di kantor ya?”
Nadira: “Gue tunggu. Beneran, Yo. Lu gak tahu betapa berartinya ini buat gue. Nanti siang kita bahas.”
35Please respect copyright.PENANAsmRWUC5Uep
Nadira menutup ponselnya, lalu melangkah ke arah lemari pakaiannya. Ia membuka salah satu laci dan mengangkat sepotong lingerie hitam dengan renda halus yang dulu dibelikan Bima saat mereka di Singapura. Ia menatapnya lama, lalu tersenyum samar.
35Please respect copyright.PENANAMLuIn7lPQc
“Reward buat lo besok, Yo,” gumamnya pelan sambil meletakkan pakaian itu di bawah bantal, menyimpannya untuk rencana esok.
35Please respect copyright.PENANANcs6HERmtF
***
35Please respect copyright.PENANAbwt4Uxti61
Keesokan harinya, Nadira datang ke kantor dengan suasana hati yang lain dari biasanya. Bukan hanya karena kabar dari Ario, tapi karena sesuatu yang ia simpan diam-diam: rasa antisipasi.
Dina langsung menyapanya saat ia datang ke meja. “Wah, aura positifnya balik lagi nih. Nadira udah bener-bener kayak dulu.”
35Please respect copyright.PENANAPslt4xuYEz
Rani ikut mengangguk sambil menyeruput teh. “Tuh kan, gue bilang juga. Lo cuma butuh waktu. Liat deh, sekarang lo kayak fresh banget.”
35Please respect copyright.PENANAVKc5drkNPo
Nadira hanya terkekeh kecil. “Tidur cukup doang, mungkin.”
35Please respect copyright.PENANAXlk3CbZZI9
Tak lama, Ario masuk dengan penampilan seperti biasa, kemeja gelap dibalik jaket tipis, rambut masih sedikit berantakan, tapi sorot matanya tampak menyimpan sesuatu. Nadira dan Ario saling melempar senyum singkat—sepotong senyum yang hanya mereka pahami.
35Please respect copyright.PENANAmuLVFzKJrZ
Dina menyenggol Rani. “Tuh liat, Yo. Kayaknya lo juga lebih semangat hari ini. Jangan-jangan kalian lagi bikin podcast bareng nih.”
Ario tertawa kecil, “Iya, podcast investigasi tengah malam.”
35Please respect copyright.PENANA8Rpdg55o8S
Mereka tertawa bersama. Tapi hanya Ario dan Nadira yang tahu bahwa investigasi itu bukan candaan.
35Please respect copyright.PENANAnrm7s5Npyw
Jam makan siang tiba. Nadira mengirimkan pesan ke Ario:
Nadira: “Ke library ya. Tempatnya sepi. Kita bahas di sana.”
Ario: “Otw.”
35Please respect copyright.PENANA6BWMgteGhY
Di ruang perpustakaan kantor yang memang jarang digunakan, Ario sudah lebih dulu duduk di kursi belakang dekat jendela. Begitu Nadira masuk, ia mengangkat map yang sudah dipenuhi sticky notes.
35Please respect copyright.PENANA51UoFnSA0p
“Jadi…” Ario mulai menjelaskan, suaranya rendah. “Gue nemu beberapa alur dana dari cabang vendor, tapi masuknya ke rekening yang gak tercatat atas nama perusahaan.”
“Maksud lo, rekening pribadi?”
35Please respect copyright.PENANAN7WlmOtCZ9
“Ya. Atas nama pihak ketiga. Tapi yang lebih aneh, approval-nya pakai otorisasi Bu Ratih. Tandatangannya sama persis. Gue udah cocokin sama dokumen lama.”
Nadira menahan napas. “Ini bisa jadi bukti kuat, Yo.”
35Please respect copyright.PENANAh2lG4TPt1G
“Masih belum cukup. Tapi ini pintu masuk. Kita butuh akses ke catatan meeting internal direksi sama laporan audit asli. Yang gak dirilis ke kita.”
Nadira menunduk, berpikir. “Gue bisa coba minta keuangan kirim soft file-nya, bilang aja buat pelengkap arsip kantor. Lo analisa lagi ya?”
35Please respect copyright.PENANAKGEEE498GU
Ario mengangguk. “Gue siap.”
35Please respect copyright.PENANADjOtQcj7hm
Nadira mendekat, lalu membisikkan sesuatu sambil mengemasi dokumen.
“Pulang kantor, ke tempat kita biasa. Gue mau kasih lo ‘reward’.”
35Please respect copyright.PENANAN6GxrB5Eg4
Ario melirik dengan tatapan penasaran. Nadira hanya tersenyum, lalu berbalik meninggalkan ruangan.
35Please respect copyright.PENANABirC9hEzcG
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.35Please respect copyright.PENANA62T5EcGATC