
"Mas, lepasin aku! Mas nyiksa aku tau nggak," kataku dengan muka lesu.
1998Please respect copyright.PENANA15l4Eqoeu8
Akbar tak merespon sama sekali. Sekarang ia sedang duduk di atas ranjang di sampingku sambil menatap layar laptopnya.
1998Please respect copyright.PENANA02Cdf5sjBx
"Mas, aku laper! Aku belum makan dari kemarin!" kataku sambil menggerak-gerakkan tangan kakiku yang terikat membentuk huruf X.
1998Please respect copyright.PENANAmS8akG7NZE
"Sebentar lagi dateng... aku udah pesen online," kata Akbar masih dengan wajah dingin. Sesekali Akbar meneguk kopinya di dalam cangkir.
1998Please respect copyright.PENANAKAeQUUp78r
"Mas tega banget sama aku sih... Aku mau pipis, Mas..." kataku.
1998Please respect copyright.PENANAXwPgKwl1C8
"Diem!" Akbar berdiri untuk melepas ikatan tangan dan kakiku. Saat Akbar memapahku, kucoba untuk melepas pegangan tangan Akbar dari tubuhku.
1998Please respect copyright.PENANAEUTLSMfkaD
"Aduh... " Aku terjatuh di atas lantai, dengan tubuh lemas dan kaki terasa lumpuh.
1998Please respect copyright.PENANAnq98se3b73
"Hehe, makanya kamu nurut kalo dibantuin jalan! Nggak usah sok jaim gitu, sok mandiri..." kata Akbar dengan senyum menyebalkan.
1998Please respect copyright.PENANAF9WMp9iCyh
Kupandang wajah Akbar dengan tatapan kesal. Andai saja tubuhku tak lemas, mungkin aku bisa kabur dari sini.
1998Please respect copyright.PENANAHcxYTpwAs4
"Nggak usah ngelihatin aku kayak gitu, Fa!" kata Akbar yang kembali memapahku.
1998Please respect copyright.PENANABuNGloW9F5
Kubuang mukaku saat Akbar memandangku dengan sinis. Sekarang aku berada di dalam kamar mandi, sedang jongkok, buang air kecil.
1998Please respect copyright.PENANAJCyFkZq6qz
"Ngadep sana, kambing!"
1998Please respect copyright.PENANA7J4AzB7sRD
"Hahaha, suami sendiri dikatain kambing. Udah buruan kencingnya! Abis ini kamu kudu mandi!" kata Akbar yang memegangi tubuhku karena kakiku terasa lumpuh.
1998Please respect copyright.PENANAndUo1LLRNp
"Trus ngapaian kamu disini? Katanya nyuruh aku mandi?" tanyaku dengan jutek.
1998Please respect copyright.PENANAG5va72242r
"Nggak usah sok kuat..." kata Akbar sambil melepas pegangannya pada tubuhku.
1998Please respect copyright.PENANAn8Pa9U86Ug
"Aduh..." lagi-lagi aku terjatuh.
1998Please respect copyright.PENANAlkg38BpOXi
"Kan udah aku bilang. Nggak usah jaim, sok kuat," kata Akbar meledekku.
1998Please respect copyright.PENANAG4UxRXnXkj
Kutatap Akbar dengan mata melotot, "Ini kan gara-gara kamu... Orang jahat," kataku terisak sambil mengusap air mataku yang menetes.
1998Please respect copyright.PENANAjtPrKUrtmv
Lalu Akbar jongkok di depanku sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku, "Kamu yang jahat... nympho."
1998Please respect copyright.PENANAmOzGV8FNwt
Kutepis tangan Akbar dari kedua pipiku, "Lepasin! Nggak usah ngatain aku!" kataku mulai emosi.
1998Please respect copyright.PENANAY5FLpNOHIt
"Kenapa? Sakit hati? Bukannya kamu kayak gitu, Fa? Berapa kontol yang masuk ke dalam lubangmu?" tanya Akbar dengan tatapan yang menusuk.
1998Please respect copyright.PENANAv5ItzZKF0e
"Bar.. kasiani aku! Tubuhku udah lemas banget," kataku mulai mengiba. Aku tak peduli Akbar meledekku dengan sebutan apa pun. Emosi hanya membuat tubuhku lemas.
1998Please respect copyright.PENANAASnAuRfWmD
"Hehe, sebenarnya aku kasian sama kamu, Fa. Nggak seharusnya aku menyiksa istriku sendiri," kata Akbar sambil melepas pakaianku. Lalu Akbar menggendongku ke dalam bathtub.
1998Please respect copyright.PENANA9pQrTC7wiR
Dalam hati, aku ingin memaki-maki Akbar karena sudah membuatku menderita.
1998Please respect copyright.PENANAct0ufFNxVC
"Aku tungguin disini! Cepet mandinya!" kata Akbar yang duduk di dekat kamar mandi sambil menutup gorden yang memisahkan antara aku yang berada di dalam bathtub dan Akbar yang duduk menungguku.
1998Please respect copyright.PENANA3jmEJB4Nb9
"Nggak bisa... aku cewek. Nggak bisa cepet mandinya."
1998Please respect copyright.PENANAQag3TVdqK6
*******
1998Please respect copyright.PENANAaaaJ64zvkM
Selesei aku mandi, Akbar menghanduki tubuhku. Tangannya yang sedang menghanduki tubuhku, tak bergeser dari dadaku. Yang tak berhenti mengelap lekukan dadaku. Naik ke atas sampai ke puting lalu berputar.
1998Please respect copyright.PENANAE4I7RBGwx1
"Cantik..." kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANADF6A3xg9sB
"Nggak usah cabul!" kataku kesal.
1998Please respect copyright.PENANA7eDrMWfKBD
"Haha, nggak ada yang salah, Fa. Suami muji tubuh istrinya sendiri," kata Akbar sambil tertawa.
1998Please respect copyright.PENANA7cb30r8bFz
"Tapi aku nggak butuh..." kataku sambil membuang muka.
1998Please respect copyright.PENANA6aucN3CASD
Akbar masih mengusap tubuhku bagian dada dengan handuk berkali-kali.
1998Please respect copyright.PENANAOm8RJtrdKL
"Udah ah, aku kedinginan!" kataku jutek.
1998Please respect copyright.PENANA8kVa7AhJ28
Akbar yang berada di belakangku mengambil kimono panjang dari capstok lalu membantuku memakainya. Dengan sedikit kasar, Akbar memutar tubuhku menghadap cermin.
1998Please respect copyright.PENANAHjRc9bwL23
"Lihat wajahmu!" kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANA46hmJNLZG1
Wajahku pucat, dengan lingkaran hitam mengelilingi mataku. Menatap penampilanku di cermin, aku terisak.
1998Please respect copyright.PENANARvqXrt1eK3
"Kenapa kamu nangis?" tanya Akbar sambil mengendus rambutku yang tergerai di punggungku.
1998Please respect copyright.PENANAqan5ygDaCg
Kuusap air mataku yang menetes di pipiku, "Kamu kejam!"
1998Please respect copyright.PENANAosBmtN5AHd
"Aku nggak kejam, Fa. Nggak mungkin aku kejam sama istriku sendiri," kata Akbar yang tersenyum di belakangku tanpa rasa bersalah.
1998Please respect copyright.PENANAEnxQy0gvy5
"Psikopat!" kataku dengan terisak.
1998Please respect copyright.PENANAUJiKURVFiW
"Hahaha, aku itu sayang sama kamu, Fa. Kamu tau apa yang aku inginkan? Aku ingin mendidikmu menjadi perempuan baik-baik," kata Akbar dengan senyum mengerikan.
1998Please respect copyright.PENANAEoOMP52AFd
Bulu kudukku bergidik melihat Akbar. Jantungku pun mulai berdetak kencang, seakan-akan memberi peringatan bahwa ada ancaman besar yang mengintaiku.
1998Please respect copyright.PENANAaUUBioSL44
Tangisku kembali meledak. Tubuhku pun tersentak-sentak karena tangisku tak bisa kubendung.
1998Please respect copyright.PENANALvMClVcMw2
"Aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain, Fa," kata Akbar yang memelukku semakin erat dengan senyum menyeringai.
1998Please respect copyright.PENANA8jCNSNvmLu
"Kenapa kamu siksa aku kayak gini? hiks hiks hiks" tanyaku terisak.
1998Please respect copyright.PENANAAh9WuNyqk4
"Karena aku sayang sama kamu, Fa," kata Akbar dengan senyum datar sambil menggendongku masuk ke dalam kamar.
1998Please respect copyright.PENANA527trBsVkL
Tubuhku kembali direbahkan di atas ranjang, lalu tangan dan kakiku kembali diikat.
1998Please respect copyright.PENANAqYKCXyfse8
"Aku nggak berangkat ke kantor dan memilih remote demi kamu," kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANA5xQPUVAbdE
"Demi nyiksa aku? hiks hiks."
1998Please respect copyright.PENANA7y3AIMFmbX
Kudengar bunyi bell dari depan gerbang. "Makananmu, udah dateng..." kata Akbar yang turun dari ranjang.
1998Please respect copyright.PENANAEseEcnw9ib
Setelah Akbar pergi, tangisku mulai mereda. Dan aku berpikir, tak ada gunanya terus-terusan bersedih. Tenagaku perlu diisi ulang, aku pun perlu makan juga.
1998Please respect copyright.PENANA5rFeTpQl4m
Akbar membuka pintu kamar, "Makan seadanya..." kata Akbar sambil menutup pintu kamar.
1998Please respect copyright.PENANAoKxw25nMZt
Ikatanku pun dilepas, namun hanya bagian tangan saja. Karena rasa lapar yang menderaku, aku tak lagi peduli dengan reputasiku. Lalu sebungkus nasi goreng yang masih dipegang Akbar kurebut, dengan buru-buru kumakan nasi goreng itu dengan lahapnya. Sesekali kulirik Akbar, kulihat Akbar menatapku.
1998Please respect copyright.PENANAaxIY89FnDA
"Kenapa liatin aku?" tanyaku.
1998Please respect copyright.PENANATE3gMAmGHr
"Nggak..." kata Akbar tersenyum.
1998Please respect copyright.PENANAb7iZZXLen9
"Kamu mau juga? Jangan ya, aku laper banget," kataku.
1998Please respect copyright.PENANAZmzgWqpvhX
"Nggak, itu buat kamu aja, biar kenyang. Aku taruh sini ya botol air mineralnya," kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANA85NLfmNfUF
"Iya..." kataku sambil mengangguk-angguk.
1998Please respect copyright.PENANAIg0ijYli4b
*****
1998Please respect copyright.PENANAW0YzUc6hRf
Sekarang hari ketiga pernikahanku. Kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya, dalam kondisi terikat di atas ranjang. Aku tak lagi hanyut ke dalam kesedihan. Bahkan, mencoba memberontak pun aku enggan. Tubuhku sudah lelah, apalagi Akbar hanya memberiku makan sehari sekali.
1998Please respect copyright.PENANAviNoujJY6Y
Baru saja tiga hari, tubuhku semakin kurus. Pipiku yang orang-orang bilang chubby, kini menjadi tirus. Dan mataku cekung, menandakan aku sangat kelelahan. Penderitaan yang aku rasakan terasa seperti pil pahit yang kupaksa telan, agar aku sembuh dari siksaan yang kuhadapi.
1998Please respect copyright.PENANA9d5jS7k3OP
Dari semua kegilaan yang aku terima dari Akbar, ada keanehan yang membuatku mengernyitkan dahiku. Sampai detik ini, Akbar belum menyentuhku sama sekali. Entah apa alasannya, aku tak bisa menerka.
1998Please respect copyright.PENANAAUEXRnbhto
Tak hanya itu saja, aku juga memikirkan Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Aku mengkhawatirkan mereka.
1998Please respect copyright.PENANAiCU4sPZQEM
"Sial!" kata Akbar masuk ke dalam kamar lalu membanting pintu kamar sampai aku tersentak kaget.
1998Please respect copyright.PENANAf69VXV3MWI
"Liat! Apa yang dilakuin pegawaimu!" kata Akbar sambil memegang mulutnya yang berdarah.
1998Please respect copyright.PENANAdRqyxVPN08
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
1998Please respect copyright.PENANAIvRDeFXJO6
"Aku dikeroyok Salim, Sukri sama Dirman, haha. Pegawai nggak tau diri dan ternyata mereka setia sama kamu!" kata Akbar yang kini membungkuk sambil memegang daguku.
1998Please respect copyright.PENANAP8D0I5cSAo
Tak kutanggapi pernyataan Akbar. Namun aku lega karena Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman baik-baik saja.
1998Please respect copyright.PENANArMBvU0zZpB
"Kenapa? Kamu suka liat aku dipukulin?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku.
1998Please respect copyright.PENANAlw9s9DIdsm
"Lepasin, Mas! Sakit," kataku.
1998Please respect copyright.PENANAsmSj6XenfH
"Sakit ya? Kamu kasih apa mereka sampai mereka setia sama kamu?" tanya Akbar sambil mendengus.
1998Please respect copyright.PENANAGZbRooDMN9
"Aku nggak kasih apa-apa..." kataku dengan suara lemah.
1998Please respect copyright.PENANA66LkAsOHGk
Lalu Akbar bangun dari ranjang, berdiri di samping ranjangku. "Baru kali ini aku dipukulin kayak gini. Berani-beraninya mereka mukul anak kyai," kata Akbar yang mulai sombong.
1998Please respect copyright.PENANAr23NffGOwq
Pintu kamarku pun didobrak, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman masuk ke dalam kamar.
1998Please respect copyright.PENANABY0CPYIxid
"Ci..." kata Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAdZwk0sHbuo
"Bajingan..." Pak Salim memukul Akbar. Disusul oleh Pak Sukri yang menyasar ulu hatinya. Yang terakhir Pak Dirman yang memukul hidung Akbar sampai darahnya mengucur.
1998Please respect copyright.PENANArmbCqIylCz
"Hahaha, ayo lawan aku, tua bangka!" kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAikIoklNth7
Satu pukulan mengenai Pak Salim, pukulan kedua mengenai Pak Sukri. Pukulan ketiga mengenai Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANApqSDWmwKJt
"Cih..." Akbar meludah ke tubuh Pak Salim yang mengegelepar di atas lantai.
1998Please respect copyright.PENANAfhe2ceQ8wW
Akbar tak henti-hentinya menginjak-injak kepala Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAnWuFJIUC9G
"Udah, Mas! Udah! Hentikan!" kataku terisak.
1998Please respect copyright.PENANAV3UW9NGo51
Kulihat ada lima orang berbadan besar masuk ke dalam kamar.
1998Please respect copyright.PENANAIhMKflwTH5
"Bawa mereka keluar!" kata Akbar memberi instruksi pada lima orang berbadan besar itu.
1998Please respect copyright.PENANA2IELwjrF1i
Kudengar suara lirih Pak Salim, "Maafin aku, Fa..."
1998Please respect copyright.PENANAV4P4t8e4nm
Air mataku menetes, muncul perasaan bersalah karena menyeret Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ke dalam masalahku.
1998Please respect copyright.PENANAmYyl9LBgMi
"Aku nggak bakal mecat mereka... Aku pengen tau, seberapa setia mereka sama kamu," kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAKWl3ZRCkNC
"Mas, kumohon! Jangan apa-apakan mereka lagi! Urusan Mas sama aku, Mas boleh ngelakuin apa aja ke aku!" kataku dengan terisak.
1998Please respect copyright.PENANAsmxJ9L2dFm
Akbar pun naik ke atas ranjang, dengan sedikit membungkuk. Mendekatkan wajahnya ke wajahku.
1998Please respect copyright.PENANA3yi59zBZOW
"Gimana rasanya?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya ke kedua pipiku.
1998Please respect copyright.PENANAIlq1GDmJv3
Lidahku terasa kelu. Bibirku pun sulit untuk mengucapkan satu patah kata. Namun, air mataku tak mampu kubendung, yang terus mengalir membasahi pipiku.
1998Please respect copyright.PENANAMXbNzvFAAE
"Jangan nangis, Sayang! Aku nggak berniat nyakitin kamu. Yang aku mau, kamu nurut sama aku..." kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAC7u18cVvsB
Dengan terisak aku membuka bibirku, "Aku nurut sama kamu, Mas."
1998Please respect copyright.PENANAubAzWAd4Ea
"Bagus..." kata Akbar dengan seringai menyeramkan.
1998Please respect copyright.PENANAn3uTSkKEgh
"Apa yang harus aku lakuin?" tanyaku lemah.
1998Please respect copyright.PENANAmAA6Qf7bLe
"Aku cuma mau, kamu jadi istri yang baik. Kamu nggak boleh melepas hijab cadarmu. Kamu harus tetap memakai celamis, handshock, kaos kaki kecuali di dalam kamar. Kamu nggak boleh memakai parfum, bahkan memoles wajahmu kecuali buat suamimu saja!"
1998Please respect copyright.PENANAhiDe3rVbP1
"Baik, aku patuh, Mas!" kataku pasrah.
1998Please respect copyright.PENANAaJ27BFywQO
*********
1998Please respect copyright.PENANAjoMscmw2ms
Sekarang hari ke empat pernikahanku. Aku berubah, tak seperti sebelumnya. Setiap hari, aku berteriak-teriak histeris karena trauma yang kualami. Kadang aku menangis di pojokan dengan menutup telingaku.
1998Please respect copyright.PENANApo4v0Cbby3
"Non..." kata Mbok Darmi sambil memeluk tubuhku.
1998Please respect copyright.PENANAH56CMIraY5
Tangisku terus terisak. Tubuhku pun terasa lumpuh.
1998Please respect copyright.PENANA47ErTW2Xgm
"Mbok... Aku takut!" kataku sambil memeluk erat Mbok Darmi.
1998Please respect copyright.PENANASJjERuG27b
"Maafin, Mbok ya Non. Mbok nggak bisa nolongin Non," kata Mbok Darmi ikut menangis sesenggukan.
1998Please respect copyright.PENANAWvDtnskhvr
Mbok Darmi mengangkat tubuhku, memapahku ke kursi sofa ruang tamu.
1998Please respect copyright.PENANAKbvVGpUyge
Di ruang tamu, aku menunduk dengan perasaan cemas yang menyiksa. Sesekali aku merapikan penampilanku, agar auratku tak tersingkap.
1998Please respect copyright.PENANAJFgxT1sjCx
Saat Pak Sukri mendekatiku lalu duduk di sampingku. Perasaan takutku mulai muncul, "Maaf, Pak... Permisi!" Aku pun berjalan ke depan meninggalkan Pak Sukri.
1998Please respect copyright.PENANAk5vTEqQZLh
Saat aku duduk di lantai teras rumah, kulihat Pak Dirman menatapku dari jauh. Perasaan takutku kembali muncul dengan kutundukkan pandanganku.
1998Please respect copyright.PENANAF06Z3Ufd2O
Pak Dirman mendekat, duduk di sampingku. "Cici nggak apa-apa kan?" tanya Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANA8BBYMlLXYD
"Aku takut, Pak..." kataku sendu.
1998Please respect copyright.PENANAIYG89my3TS
"Dek..." kudengar Akbar berada di belakangku. Tubuhku langsung menggigil seketika mendengar suara Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAe68tjt7RFv
"Maaf Pak," kataku sambil meninggalkan Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAW4L2vlDyg2
Lalu aku berjalan ke arah Akbar. "Iya, Mas..." kataku menunduk dengan perasaan takut.
1998Please respect copyright.PENANANdmNirkdcd
"Adek darimana aja tadi? Mas nyariin lho," kata Akbar dengan suara meninggi.
1998Please respect copyright.PENANAfXI6S2v1nv
"A... dek di depan Mas... duduk di teras," kataku tergagap.
1998Please respect copyright.PENANAOyXHnOmn53
"Jangan bo'ong!" kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAdA1EO7WG6X
Tangisku langsung meledak. Aku pun berlutut di depan Akbar. "Maafin, aku Mas!" kataku dengan terisak.
1998Please respect copyright.PENANAwEYRYZjry2
Lalu Akbar jongkok di depanku, sambil kedua tangannya masing-masing berada di kedua pundakku.
1998Please respect copyright.PENANAuGraJPZhRE
"Emang barusan, ngapain?" tanya Akbar sambil mengangkat daguku agar menatapnya.
1998Please respect copyright.PENANA8FneSovvnF
"A... aku... "
1998Please respect copyright.PENANAZqeOVHLsVv
"Ngapain? Nggak usah takut, Dek!" kata Akbar menyeringai.
1998Please respect copyright.PENANA28ILUDUtMP
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin aku lagi, hiks hiks."
1998Please respect copyright.PENANAoxGV3D0BRo
"Hahaha, nggak ada yang nyakitin kamu, Dek," kata Akbar sambil tertawa terbahak-bahak.
1998Please respect copyright.PENANAOJGPOihhBp
Pandanganku tetap menunduk. Aku takut Akbar menyakiti Pak Sukri dan Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAyxoTxRqK2P
"Hmm? Adek tadi sama siapa di teras?" tanya Akbar mengintimidasiku.
1998Please respect copyright.PENANAdikWFfR9nl
Lagi-lagi aku berlutut di depan Akbar, "Jangan sakitin siapa pun, Mas! Ini semua kesalahanku..."
1998Please respect copyright.PENANATjEbVWN7P9
"Udah! Aku nggak marah. Sama siapa Dek?" tanya Akbar sambil mengangkat tubuhku.
1998Please respect copyright.PENANAc6efshFlM5
"Sama Pak Dirman, hiks hiks," kataku sambil terisak-isak.
1998Please respect copyright.PENANAryyPglHF1m
"Aku nggak ngapa-ngapain, kamu Fa..." kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAkkNcw1WJ5n
Kutatap mata Akbar dengan mata berkaca-kaca.
1998Please respect copyright.PENANAYLrPIWsrEd
"Tapi kamu salah!!" kata Akbar berteriak.
1998Please respect copyright.PENANAMYu6owlzYb
Plak!
1998Please respect copyright.PENANA6uMdkX6UPJ
"Aduh..." aku terjatuh di lantai.
1998Please respect copyright.PENANAKF8aWT2J9U
Akbar menunduk, dengan wajah mendekat ke depan wajahku. "Jangan nangis, Dek! Mas sayang sama kamu," kata Akbar sambil mengusap air mataku.
1998Please respect copyright.PENANAwMO3L1ZmAw
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin Pak Dirman!" tanyaku mengiba.
1998Please respect copyright.PENANACTckX0K2Zj
"Kenapa nggak boleh?" tanya Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAoZxLjCw31N
"Aku yang salah," kataku masih terisak.
1998Please respect copyright.PENANAEm1IiK9X5t
"Oh, kamu mengakui kalo kamu salah? Kamu tau kan itu khalwat?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1998Please respect copyright.PENANAiIve6d4NS2
"Aku tau..." kataku terisak.
1998Please respect copyright.PENANAI1bwJeJAKh
"Ya bagus kalo kamu tau kalo kamu salah!" kata Akbar berdiri dengan emosi yang meledak-ledak.
1998Please respect copyright.PENANAOBO1WPsZCi
Pak Dirman berlari mendekatiku yang bersimpuh di atas lantai. "Cici nggak apa-apa?" tanya Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAuX7a2ScBjn
"Heh, tua bangka... Menyingkir dari istriku!" kata Akbar dengan emosi.
1998Please respect copyright.PENANAqh6Xe88ktS
"Jangan perlakukan Cici kayak gini Mas!" kata Pak Dirman berdiri sambil tangannya terkepal.
1998Please respect copyright.PENANAiIlzyg6Gb7
"Oh mau babak belur kayak kemarin lagi?"
1998Please respect copyright.PENANATolHSlAo90
"Nggak masalah, saya babak belur. Saya yang salah, jadi hukum saya! Jangan Cici Farisha!" kata Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAvxv2fMW9dr
"Saya nggak mau mengotori tangan saya buat mukul orang rendahan kayak kalian..." kata Akbar mendengus kesal.
1998Please respect copyright.PENANA7FmbzcqjO6
Pak Dirman memandang Akbar dengan mata berkaca-kaca.
1998Please respect copyright.PENANAIF4wjbyKL0
"Saya nggak masalah, Mas menghina saya. Tapi saya nggak rela Cici diperlakukan kasar," kata Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAjzodZx31CP
"Oh so sweet. Sebegitu setianyakah Pak Dirman sama istri saya? Pak Dirman dikasih apa sama istri saya?" tanya Akbar dengan nada mengejek.
1998Please respect copyright.PENANAsaxHbU6fCb
"Saya nggak dikasih apa-apa. Saya tulus, nggak mengharapkan apa-apa," kata Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAZdQS2G5QrS
"Hahaha, benarkah?" tanya Akbar sambil mendekat ke arah Pak Dirman lalu memukul perutnya.
1998Please respect copyright.PENANAA28P5QrcZs
Pak Dirman memegang perutnya karena kesakitan lalu tersungkur di atas lantai.
1998Please respect copyright.PENANAs1zvCYrPy8
"Hiks, Mas udah Mas!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar yang menendang-nendang tubuh Pak Dirman.
1998Please respect copyright.PENANAMYR2vrWsMG
Saat Akbar sedang menendang tubuh Pak Dirman. Pak Salim dan Pak Sukri datang mendekat.
1998Please respect copyright.PENANAbdWkQCpgKA
"Pak Dirman, nggak apa-apa Pak?" tanya Pak Salim.
1998Please respect copyright.PENANATx2PpTI3hR
"Saya nggak apa-apa. Yang penting Cici jangan sampe dipukulin lagi, Pak," kata Pak Dirman sambil memegang perutnya.
1998Please respect copyright.PENANAb1oMv5y5iJ
Melihat Pak Dirman kesakitan, aku tak tega. Aku tak peduli jika aku harus ditampar berkali-kali. Sekarang aku duduk di samping Pak Dirman sambil terisak-isak.
1998Please respect copyright.PENANALw5v8Sz4Ki
"Dek, apa-apaan kamu Dek!" kata Akbar mendekatiku sambil menarik tubuhku sampai aku terjengkang ke belakang.
1998Please respect copyright.PENANAlXQMocODeT
"Aduh..."
1998Please respect copyright.PENANA7ZdeFzSOnL
Pak Salim dan Pak Sukri mendorong tubuh Akbar sampai terdorong mundur. Akbar mulai dipukuli, dari wajah sampai perutnya.
1998Please respect copyright.PENANAVZYEV1zaCc
"Hahaha, baru kali ini aku tau, babu setia sama majikannya," kata Akbar sambil tertawa.
1998Please respect copyright.PENANApxyZzj8ree
Lima orang bodyguard Akbar masuk ke dalam rumah, untuk membantu Akbar.
1998Please respect copyright.PENANA64BxhNsA9S
"Udah! Kalian nggak perlu bantuin aku!" kata Akbar.
1998Please respect copyright.PENANArliNWRmayQ
Lalu Akbar mulai mendengus, Pak Salim ditonjoknya sampai sempoyongan. Setelah Pak Salim jatuh, giliran Pak Sukri dihajar habis-habisan. Mentalku yang rapuh, membuatku tak mampu berbuat apa-apa untuk menolong mereka.
1998Please respect copyright.PENANAVE3bySB2EG
"Udah Mas! Udah!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar.
1998Please respect copyright.PENANA5FgopV3gyy
"Udah kalian bubar!" kata Akbar berteriak.
1998Please respect copyright.PENANAt4B33ucpny
Pak Dirman bangun, dengan tangan memegang perutnya. Disusul Pak Salim dan Pak Sukri dengan tangan yang terkepal. Kelima bodyguard pun meninggalkan ruangan.
1998Please respect copyright.PENANAVCypbyONi4
Sekarang aku diseret Akbar dengan memegang tanganku ke lantai atas. Saat Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ingin mencegah Akbar, aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mereka patuh padaku.
1998Please respect copyright.PENANAdU2ttElS6E
Kuucapkan kata-kata lirih ke mereka, "Terima kasih, Pak."
1998Please respect copyright.PENANAfexqkhMkZF
"Sama-sama," kata mereka lirih.
1998Please respect copyright.PENANArGAoJzNgp5
Sesampainya di lantai atas, pintu kamar ditutup dengan keras. Lalu tubuhku diempaskan ke atas ranjang.
1998Please respect copyright.PENANATD9X6fiKrQ
"Udah waktunya, Dek," kata Akbar menyeringai sambil menelanjangi dirinya sendiri.
1998Please respect copyright.PENANAhBoSjpP7po
"Mas!" Aku yang masih memakai outfit lengkap sedang ditindih Akbar.
1998Please respect copyright.PENANANIrjuSRH67
Kulihat penis Akbar hampir seukuran penis Papa. Namun, nafsuku sama sekali tak terpicu, karena trauma yang kualami. Yang muncul justru perasaan takut, Akbar kembali memperlakukanku dengan kasar.
1998Please respect copyright.PENANAazMjLwHKst
"Kamu nggak perlu telanjang, Fa!" kata Akbar sambil tangannya menyibakkan dressku ke atas sampai ke perut lalu melepas celamisku dengan kasar.1998Please respect copyright.PENANA247CxTUE4f
1998Please respect copyright.PENANAEFwU1ELe7O
Dengan satu tarikan, celana dalamku pun turun sampai sebatas lutut. Entah kenapa otakku terasa dihijack, saat Akbar mulai penetrasi tanpa foreplay. Aku hanya bisa pasrah tanpa mencegahnya karena tubuhku membeku.
1998Please respect copyright.PENANAz8iYxTR3nO
Belum sempat penis Akbar masuk ke dalam lubang vaginaku, hanya sebatas menempel saja. Tiba-tiba Akbar mengejang. Lalu tubuhnya ambruk ke atas tubuhku.
1998Please respect copyright.PENANAWnYKyKcHBk
"Siyal!" kata Akbar merutuki dirinya sendiri.
1998Please respect copyright.PENANA6qAJXysWKQ
"Ejakulasi dini?"
1998Please respect copyright.PENANAlSGyGgl7MH
Ketakutanku yang awalnya membayangi pikiranku dengan awan gelap, mulai tersibak. Cahaya pun seakan memberiku ruang untuk bernafas. Bukankah ini sesuai rencanaku? Namun, aku tak pernah membayangkan akan mengalami siksaan fisik dan mental seperti ini. Meski mentalku terlanjur rusak, ada secercah harapan agar aku kembali ke sedia kala.
1998Please respect copyright.PENANAwkZzLzBAIc
Sekarang Akbar berguling ke sampingku. Kutatap wajahnya, Akbar pun membuang mukanya ke samping. Lalu pandanganku mengarah ke arah kelaminnya yang mulai layu.
1998Please respect copyright.PENANAVRuzCNc3ZK
"Mas, kok si Johny layu sih?" tanyaku yang sekarang duduk sambil memegang penis Akbar. Kucoba mengocoknya, namun penis Akbar tak kunjung menegang.
1998Please respect copyright.PENANAKil8v8zwfl
"Hei, kamu nggak nafsu sama Meymey ya John?" tanyaku sambil mengocok penis Akbar lalu kumasukkan ke dalam mulutku. Lembek di lidah, sama sekali tak membuatku bergairah.
1998Please respect copyright.PENANAewLluYkgFT
"Udah Dek! Nggak usah dikulum!" kata Akbar mendorong kepalaku, sampai penisnya yang aku kulum terlepas.
1998Please respect copyright.PENANAORkGf9uysB
"Kenapa, Mas?" tanyaku pura-pura polos.
1998Please respect copyright.PENANA6qErZRGNen
"Nggak usah ya nggak usah!" kata Akbar membentakku.
1998Please respect copyright.PENANAMt6briJxWF
"Ma'af!" kataku sambil menundukkan wajahku karena bentakan Akbar sempat membuatku down.
1998Please respect copyright.PENANAViML0ldy3c
Akbar kembali memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamarku.
1998Please respect copyright.PENANAm6NWkPRcgx
"Mas mau kemana?" tanyaku ke Akbar.
1998Please respect copyright.PENANAJ5E72DrZJn
"Nggak usah bawel! Bukan urusanmu, aku bakal kemana!" kata Akbar dengan nada emosi.
1998Please respect copyright.PENANAEvk1ELuXQt
Dalam hati aku tersenyum. Ternyata temperamen Akbar tak sebanding dengan arogansinya. Personalitasnya minus, yang sering main tangan pada istrinya sendiri. Belum lagi lemah di atas ranjang. Apa yang dibanggakan suami seperti itu. Posisi tinggi di perusahaan pun, karena orang dalam. Begitu juga previllage di masyarakat, hanya karena ia anak seorang kyai.
1998Please respect copyright.PENANAb5KddW5jgc
Entah kenapa mengulik keburukan Akbar membuatku ingin membandingkannya dengan Papa. Dari wajah, postur tubuh, kecerdasan, kesuksesan finansial dan cara memperlakukan lawan jenis. Papa tak pernah membatasi kebebasanku. Sedangkan Akbar hanya laki-laki patriarkis yang menganggapku seperti object yang tak memiliki perasaan. Yang bebas menyakitiku seenaknya.
1998Please respect copyright.PENANARhlCR74qLz
Maka, mulai detik ini kuputuskan bahwa aku harus pulih dari traumaku. Sudah cukup aku terpuruk berhari-hari. Lelahku harus terbayarkan, dengan cara bangkit dari mimpi burukku. Yang aku inginkan, aku lepas dari perasaan cemas dan takutku. Setelah itu, aku harus kembali ceria. Dengan pulihnya mentalku, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku juga bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi. Lalu apakah aku suka, mengungkap kelemahan Akbar? Ya meski mirip harapanku sebelum menikah. Namun apa gunanya? Mentalku sudah terlanjur hancur, begitu juga dengan orang-orang yang aku sayangi. Apa aku semakin benci pada Akbar? Ya, tak bisa kupungkiri. Aku sangat membencinya.
1998Please respect copyright.PENANAWLSpJ92jhc
Dan dibalik tubuhku yang lemah seperti sekarang, aku hanya bisa menggigil. Dengan memanggil-manggil nama papaku, karena aku sangat merindukannya.
1998Please respect copyright.PENANA0lCas2NSpx