x
Sekarang aku sedang berdandan di depan cermin. Meskipun pada akhirnya wajahku kututup dengan cadar, tetap saja aku tak mau melihat orang-orang yang menatapku, memicingkan matanya karena aku tak menarik. Aku tetap memoles wajahku, mempercantik mataku dan memakai parfum favoritku. Membayangkannya saja, membuatku horny. Karena ada norma agama yang aku langgar seperti tabarruj.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkqxy017xeV
"Udah cantik kok, Sayang," kata Papa memelukku dari belakang sambil mencium tengkukku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwhnNeqZs2F
"Mandi sana! Udah jam segini lho..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ66czu2rqvw
"Bentar lagi ah... pengen peluk pacarku dulu," kata Papa sambil tetap memelukku dari belakang.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVCmZU4aXyo
"Aku kok deg-degan ya, Jo?" tanyaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaL4oPl7I8k
"Kenapa?" tanya Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfZBvQeMsgQ
"Aku kebayang di villa nanti..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFTYVlgq2dn
"Nggak perlu cemas, Sayang! Nanti yang perempuan bukan cuma kamu aja. Kita orgy... tapi mungkin, ada sedikit variasi kayak gangbang juga..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPnjTWQDzWA
"Bukake juga? Bukankah bukake tanpa penetrasi?" tanyaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxHiwIyouuf
"Bener, bukake cuma ejakulasi aja. Di muka, di dada..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ58ukxQEUxj
"Aku kebayang gangbang, Pa... Kenapa aku horny ya?" tanyaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDivlCIuDI
"Kamu suka digilir banyak laki-laki?" tanya Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHv9T9IAHXs
"Hehe, nggak sih..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡznKBZBc1Ln
"Horny juga nggak ngebayangin banyak laki-laki ejakulasi di wajahmu?" tanya Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIYAsKifhd9
Kugigit bibir bawahku, "Horny banget, Pa," kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjkd1kM5LUk
"Kelihatan kok... dari memek kamu yang basah ," kata Papa yang tangannya berada di balik dress panjangku yang tersingkap ke atas. Dengan tangan Papa masuk ke dalam celana dalam putihku yang tipis.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvV38XuBWDK
"Pa... udah ah!" kataku sambil memejamkan mataku menikmati colokan dua jari Papa ke dalam liang senggamaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeZiZAkKbS1
"Nanggung, Sayang... Memek kamu udah basah banget," kata Papa yang mencolok vaginaku lebih cepat.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmccd1XnSzF
"Sssssh, aaaahh... aku sampe, Pa," kataku dengan tubuh mengejang.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh2cxHRN2Pv
Lalu Papa menarik tangannya sambil menunjukkan jarinya yang basah padaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiETo0oNU0t
Dengan nafas yang masih memburu, kulirik Papa yang sedang menjilati jarinya yang berleleran cairan cintaku. "Pa... kotor, Pa."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡybrGZI4zfQ
Papa hanya tersenyum saja, sambil terus menjilati jarinya sampai bersih.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9sTiLlVN51
"Pa..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHaIpbHnMej
"Iya, Sayang?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgh0trzkrYL
"Apa yang bakal dibahas dewan direksi nanti ya?" tanyaku khawatir.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkwJw2By4uy
"Papa nggak tau, Fa..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJPvbLlX7cy
"Aku takut ketemu, Mama..." kataku menunduk.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbyIdwNB75e
"Kenapa?" tanya Papa yang sekarang melingkarkan tangannya ke pundakku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAuzZ6qDPrv
"Aku nggak siap, saat melihat Mama memperjuangkan Akbar buat posisi CEO," kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4mbIeMLDO2
"Siapkan hatimu, Fa! Kadang kenyataan emang sulit buat diterima," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR32cS5pM3w
"Udah, Pa. Udah aku siapin. Meski aku merasa sakit hati, tapi sama sekali nggak iri," kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9TInL5cWFR
Lalu Papa menarik tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Papa memegang pundakku sambil membungkuk, mendekatkan wajahnya di depan wajahku. Matanya menatapku dengan sorot mata menyelidik, "Papa tau... kamu berbohong," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgqaZg0bO6H
Saat Papa menatapku seperti itu, kutundukkan wajahku. "Aku nggak tau, Pa," kataku dengan menghembuskan nafas panjang.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkNswfce0vG
"Kamu iri, Fa? Iri karena posisi CEO bakal dipegang Akbar atau karena perhatian Mama ke Akbar?" tanya Papa menatapku dengan sorot mata menyelidik.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEE1DPs9Zfs
Kubuang muka ke samping, bukan karena jengah. Namun, dadaku pun semakin sesak. Aku tak tau, sebenarnya apa yang kuinginkan. Apakah aku cemburu? Aku sama sekali tidak tau.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXUfKHFLIiI
Kugeleng-gelengkan kepalaku, "Aku cuma nggak suka, Pa," kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLcBPl0kGAz
"Kalo kamu menginginkan posisi CEO, kamu bisa merebutnya saat Akbar menjadi suami kamu nanti!" kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6qbS6T8BFr
"Nggak, Pa. Aku nggak pengen posisi itu," kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIRtvL6qacx
"Kamu cemburu sama perhatian Mama ke Akbar?" tanya Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡudhbqFbhTF
"Aku nggak tau, Pa. Yang jelas dadaku sesak sekarang..." kataku dengan nafas berat.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfpODh8Hctc
"Jangan terlalu dipikirin! Papa bakal perjuangin kamu," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGzQxnIQUfC
"Peluk aku Pa!" kataku terisak.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCflhfpf92R
Papa memelukku sambil mengusap-usap punggungku. Saat aku melepas pelukan Papa, Papa menatapku hangat.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqVTdnzW5iD
"Jangan nangis! Ntar blush on'nya luntur lho," kata Papa sambil mengusap air mataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt3O4XYAfIC
Aku tersenyum mendengar candaan Papa,"Hihi, kenapa kalo luntur? Aku jelek ya?" tanyaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpNroyFaPwz
"Hehe, cantik sih," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRWafOShroY
"Beneran?" tanyaku sambil mengikat rambutku lalu aku memakai ciput.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeJ8fJHAhvX
"Iya, Sayang," kata Papa mengecup pundakku sambil memelukku dari belakang.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt2h7Izs2kc
"Sebentar ya, Pa. Aku pake hijab dulu!" kataku sambil memakai hijabku dan cadarku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxQTs79j8EO
Papa kembali memelukku, "Tetep cantik, meski keliatan matanya doang," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSQoYTeDSOg
"Udah ah, dipuji terus. Bisa terbang nanti..." kataku sambil tersenyum.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKpTwHRx7QQ
"Nggak apa-apa, nanti aku ikut terbang..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGvh1hq703v
"Mau ngapain?" tanyaku sambil merapikan cadarku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOVP4Dwolcx
"Nggak tau, emang mau ngapain?" tanya Papa berkelakar.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL4vOPHPKiF
"Hihihi, gimana sih? Gaje deh..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvAUOZ2E0Fa
"Ya udah, udah jam segini... Yuk berangkat!" kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLexmGNXpE1
"Gandeng!" kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI17hRSCSvQ
"Manja banget..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ97b6bXkUoS
"Bodo..." kataku sambil menggamit tangan Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJHC9VZDidU
***********
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwuRSae6qdA
Sesampainya di villa, banyak banget mobil-mobil mewah berjajar di pelataran. Kulihat, ada beberapa perempuan berpakaian kantoran turun dari mobil.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlGOERg1KRI
"Dia siapa, Pa?" tanyaku penasaran.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvhW3ZpH22O
"Pegawai, Papa..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP85tOCd9bM
"Cantik ya..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQJ5i90DY2O
"Ah masih cantikan kamu, Fa," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq9ffQyjrqe
"Alah gombal," kataku sambil menggamit tangan Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUW284uBEjV
Deg-deg'an juga sih, melihat kerumunan orang. Karena tak terbiasa juga dengan suasana formal seperti ini.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJYEDHGbJQG
Di dalam villa, aku berpapasan dengan Mama, namun saat aku memanggil Mama. Mama membuang muka. Kupanggil Mama berkali-kali, Mama tetap tak mau meresponku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO2FfmSLptI
Aku mengernyitkan dahiku. Rasanya sedih melihat Mama acuh padaku. Entah apa kesalahanku. Sampai Mama, dengan wajah dinginnya memandangku saja tak mau.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGqwVCp2X0t
"Fa... " Papa membuyarkan lamunanku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPhFg3RZQCL
"Iya, Pa?" tanyaku dengan senyum tertahan.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHXFhT08tx1
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Papa dengan wajah khawatir.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK1MAl9HJIN
"Nggak apa-apa, Pa," kataku tersenyum pura-pura.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiyFQi28KFn
Sekarang Papa membawaku ke kamar yang ada di dalam villa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPss5TuQzZa
"Papa tinggal dulu ya, Fa... buat meeting sama dewan direksi," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTdiyaXH1mK
"Iya, Pa..." kataku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR22HhnITAU
Setelah Papa pergi, aku mulai merasa sedih. Di hari pertamaku bukan kesan baik yang membekas. Justru kesan buruk yang menggores hatiku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl8ANgHTC03
**********
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMQplMqpPzP
Di hari pertama, kuhabiskan di kamar saja. Namun, aku tetap dilayani oleh pembantu yang aku tak tau namanya. Agak membosankan juga sebenarnya. Apalagi aku harus mengalami pengalaman yang membekas di hatiku. Seperti saat aku berpapasan dengan Mama kemarin...
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ72rHiJFz2
Hari ini, hari kedua aku berada di villa. Aku dengan stelan hijab dan cadarku berjalan menyusuri setiap pojok, di dalam ruangan villa. Hanya sekedar ingin menikmati suasana yang cukup klasik di dalam villa, yang menurutku lumayan berkelas. Dengan banyak perabotan antik dan pajangan seperti lukisan dan patung.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3q8QxVfAiS
Aku sempat kagum dengan Papa, ternyata Papa penggila seni juga. Saat aku membandingkan antara aku dengan Papa, tak ada sedikit pun kemiripan karena perbedaan antusiasme. Aku bukan penikmat seni, seperti lukisan atau pun patung. Namun, meskipun begitu aku juga memiliki kesamaan dengan Papa seperti sama-sama jago coding.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQU2h5Pkiaw
Saat aku sedang melihat-lihat lukisan yang kemungkinan adalah lukisan sureal. Aku dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba berada di belakangku. Setelah aku menoleh ke belakang, betapa terkejutnya aku. Ternyata itu Mama.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYLrhpRkKJl
"Halo nyonya, Johan!" kata Mama sinis.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyY68FOmnWh
"Mama apa kabar?" tanyaku dengan tetap elegan di depan Mama.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzzMc13QGeX
"Halah nggak perlu basa-basi!"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTy1QfIULNU
"Mama kok kasar gitu sama aku?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeYk02AC0IB
Dengan tangan terlipat di dada Mama mendekatiku, berdiri dengan jarak yang sangat dekat di depanku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKtMDC4NJPV
"Aku nggak pernah mengira, kalo sainganku adalah anakku sendiri..." kata Mama.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIM4NRDFCyf
"Apa maksud, Mama?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBYvWBLns3R
"Nggak perlu pura-pura! Pelakor..."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZB0d1IaZTN
"Pelakor? Aku ngerebut suami siapa, Ma?" tanyaku tak mengerti.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjcgE3Fp73R
"Masih pura-pura lagi..."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlJPAUkWfxk
Setelah cukup lama, aku baru memahami maksud Mama. "Merebut Papa dari Mama gitu?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyvWINfCXdc
"Ya..."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFSXRpHBM6d
"Mama masih berharap sama Papa? Apakabar sama suami baru Mama? Sadar Ma, Mama udah bercerai sama Papa" tanyaku tak kalah sinis.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6mRL3wgd48
Tiba-tiba wajah Mama berubah murung. Dengan gaun tradisional khas Tionghoa lengan panjang. Berhijab simpel dan high heels, Mama terlihat cantik. Namun, di wajahnya menyiratkan sesuatu yang tak kupahami.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡup09s7V6im
"Tapi, nggak seharusnya kamu melanggar batasan tabu...", kata Mama lirih lalu meninggalkanku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7xACA4paQJ
"Ma..." kataku memanggilnya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlqFXgup8J7
"Jangan panggil aku, Mama!"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWxOQUFqRSD
"Mama kenapa sih?" tanyaku dengan terisak.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtfqYf48gJ2
"Papamu emang nggak waras. Dia menikmati saat jadiin kamu obyek fantasy. Dan sekarang lebih intim dari itu, menyetubuhimu," kata Mama sinis.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBIF1EdHcj3
"Mama yang minta!" kataku dengan terisak.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEqaJKJg6Fe
Lalu Mama tersenyum sinis, "Sejak awal, aku nggak memandangmu seperti anak gadisku sendiri, meski kamu terlahir dari rahimku. Kamu mau tau kenapa? Kamu iblis kecil yang merebut cintaku, sejak pertamakali kamu lahir ke dunia."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ3Lu7JAFug
Aku langsung terperangah mendengar pengakuan Mama. "Mama cemburu aku terlahir ke dunia?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9Ffv8sqHBC
"Ya..." kata Mama.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEcxi9KwNbL
Setelah kepergian Mama, aku benar-benar tak mengerti. Kuresapi kata-kata Mama, ada sesuatu yang janggal. Sesuatu yang tak bisa kupahami sepenuhnya. Perasaan Mama yang sulit aku tembus. Bukan sekedar perasaan cemburu yang tak wajar. Namun, sesuatu yang tak mampu kujangkau. Tersembunyi, bahkan aku pun hanya bisa melihat selubungnya. Kata cemburu.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqUHKvk8wd1
Dengan langkah lemah, saat aku berjalan di depan sebuah kamar. Kudengar suara desahan perempuan dari dalam kamar. Namun, karena perasaanku sedang tak baik-baik saja. Aku mengacuhkannya dan kembali ke dalam kamar.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFKbGFChcu2
***********
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhaWH0GJrAf
Di hari ketiga, lagi-lagi Papa menghilang. Kesal, karena di hari kedua dan pertama juga begitu. Lalu kulangkahkan kakiku keluar dari kamar untuk mencari Papa, namun tak ada jejaknya. Kucoba menyusuri ruangan lain, namun tetap saja tak kutemukan. Agak frustasi sebenarnya, karena harus sendirian di dalam villa. Bukan karena takut sendirian, hanya saja aku kurang nyaman karena letak villa di tengah hutan, yang berada di puncak pegunungan. Aku sama sekali, tak menyukai suasana seperti ini. Karena memang sejak kecil aku tinggal di kota besar, yang sibuk dengan hiruk pikuknya. Bahkan di rumah pun, suasananya tak sesepi seperti di villa. Meski villa ini ukuran luasnya hampir sama dengan rumahku. Kesan tuanya yang aku tak suka. Seperti suasana zaman dulu, di era kolonial.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJx7qylbmSZ
Sekarang aku berdiri di luar ruangan dengan pintu besar. Kudengar sayup-sayup tak begitu jelas, seperti hari-hari sebelumnya. Bedanya hari ini, aku tak mendengar suara desahan, hanya orang yang sedang mengobrol saja. Karena penasaran, barangkali pesta itu diadakan disini. Kucoba untuk mendorong pintu di depanku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm6bmMzNhQX
Saat aku masuk ke dalam ruangan, aku benar-benar shock, melihat om-om yang aku temui kemarin dalam kondisi telanjang. Sesekali aku menelan ludah melihat penis mereka yang menggantung.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAuzb1PteVs
Kucoba susuri kamar dengan mataku, karena tujuanku untuk mencari Papa. Setelah kucari, kutemukan Papa sedang telanjang juga.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx5Gk8ao4ji
Saat aku masuk ke dalam, semua mata melihatku terkejut.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAFWF9AzCuu
"Loh, Farisha? Kok disini?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRKXRVcqr1h
"Kata kamu, Farisha udah pulang Jo?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqoPSdKUzes
"Oh, aku lupa. Kalo Farisha masih di kamar, haha," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz1bqmP37Gl
Kutarik tangan Papa, "Kenapa tinggalin aku?" tanyaku kesal.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlrqYDNXmVB
"Maaf," kata Papa sambil senyum-senyum sendiri.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡomZ7TvTqpW
"Jo? Mana Alya? Udah hampir setengah jam, nggak dateng-dateng," kata Om itu yang tiba-tiba membuatku kaget.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfDJRv7JWak
"Wah nggak tau juga. Aku juga nungguin," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEfrUrWGQqF
"Ya udah, aku hubungi aja!"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7jpgTG7OyA
"Halo, Al. Kamu gimana sih? Udah banyak yang nunggu sekarang."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGZYDFntxrc
"Loh, Om. Alya kan udah balik ke kota? Katanya setelah kemarin, Alya udah boleh pulang?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwCupGjQdOj
"Astaga, ini gimana." Kata om-om itu sambil melihat ke arah Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDbJ56TLUSM
Papa menatapnya hanya dengan cengar-cengir saja.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7v8QVNeIau
Om itu menatapku diam-diam. Karena aku tau, kuberi kode pada papaku, dengan menyenggol menggunakan lenganku. Kulirik Papa yang berada di sampingku, namun Papa hanya meresponku dengan tersenyum saja.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRkHsHWWGqt
"Masak kita harus pulang?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYu522JMR8S
"Ya nggak bisa. Kita udah buang-buang waktu hari ini."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWrBqf9CDjJ
"Iya, aku juga ngerasa rugi nungguin Alya berjam-jam."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDm8XSDiudx
Kulihat om-om di ruangan ini menggerutu. Ada wajah kecewa di wajah mereka. Mungkin acara ini, bagi mereka tak hanya sekedar acara perusahaan. Namun, cara mereka untuk lari dari kepenatan aktivitas mereka sehari-hari. Aku merasa kasian melihat mereka, meski sebenarnya mereka cabul juga seperti Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZlBnw9EGUJ
Sesekali kulirik Papa yang berada di sampingku, namun Papa tak bergerak sedikit pun. Kupikir acara hari ini akan dibatalkan, karena yang perempuan termasuk Alya sudah kembali ke kota.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRfShFXOACb
Aku sama seperti Papa, tubuhku sama sekali tak bergerak. Bahkan untuk memulainya saja aku tak sanggup. Dengan keringat yang mulai mengucur.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPgx7c2TUcs
"Kita pulang aja..." kata om-om itu yang mulai memakai pakaiannya kembali.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5z5yrYC7vx
"Ya udah lah, aku juga rugi waktu disini," kata om-om yang lain juga mulai memakai pakaiannya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX67dqBK5MU
Lalu disusul om-om yang lain lagi. Dalam pikiranku, acara ini batal. Kulihat om-om di sekitarku menatapku. Agak bergidik juga membayangkannya, karena jumlah mereka sekitar 10 orang lebih.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6j06lMq9W6
Papa yang tau aku dipandang cabul seperti itu hanya cengar-cengir saja. Kesal sih, melihat Papa. Ya meski aku sudah siap, jika aku bakal orgy di villa. Namun karena perempuan di villa hanya tersisa aku saja, tak mungkin orgy berlangsung. Karena orgy tak hanya fokus pada satu orang perempuan. Dan sekarang tinggal aku saja yang tersisa, yang mungkin terjadi aku akan digilir oleh mereka.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGTJ4rz52Dx
Membayangkan saja, aku meremas jari-jari tanganku karena perasaan tak menentu. Bagaimana tidak? Jika benar terjadi, om-om disini akan penetrasi ke dalam lubangku. Tidak seperti bukake, yang hanya ejakulasi di atas tubuhku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ51gQwWmdHM
Meski khawatir, karena ngeri membayangkan banyak om-om menggilirku. Namun, tak kupungkiri aku pun menikmati fantasyku. Seperti dadaku yang mulai mengencang, dengan ujung putingku yang mengacung. Sangat gatal, sampai aku membayangkan salah satu dari om-om memelukku dari belakang lalu memelintir putingku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOl8MfBBTiA
Sayang, fantasy liarku tak sinkron dengan kenyataan yang kuhadapi saat ini. Sama persis seperti ide gilaku yang tak bisa menjadi kenyataan.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy5wuWGj26B
Aku mengharapkan om-om di ruangan ini beraksi. Tak mungkin, aku menawarkan diri lebih dulu, karena egoku masih dominan. Maka dari itu, aku enggan merendahkan diriku sendiri untuk menggantikan Alya. Karena aku masih memikirkan reputasiku. Apalagi ini bukan sekedar have sex normal yang hanya satu cowok, satu cewek. Namun satu cewek, dengan banyak cowok.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDlVgSU8Q2M
Sesekali kulirik, mereka mengacuhkanku. Bahkan Papa pun, hanyut ke dalam obrolan. Kucoba sedikit menguping. Meski lirih, aku masih bisa mendengar apa yang sedang mereka obrolkan. Mereka membahas perusahaan, khususnya pergantian CEO. Seperti mengkritik keputusan Mama, yang gegabah mencalonkan calon menantunya daripada anak perempuan satu-satunya yang lebih memiliki kompetensi. Mendengar mereka, berada di pihakku, perasaan cemasku sedikit terobati. Aku senang mendapat dukungan, apalagi dukungan itu dari dewan direksi.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk8Bv08RLcm
Lalu satu persatu dari mereka duduk di atas matras yang berukuran besar. Mereka saling memberi isyarat melalui mata, lalu berbisik-bisik lirih. Jadi aku tak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Papa pun ikut duduk, sedangkan aku berada di samping Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKEIBZfzMRq
Mereka masih membahas seputaran bisnis, tak beralih untuk membahas topik yang berbeda. Sebenarnya aku cemas. Namun, lebih gelisah lagi saat om-om dewan direksi mengacuhkanku. Awalnya mereka sekedar melirikku, lalu menatapku dengan tersenyum. Lagi-lagi harapanku tak menjadi kenyataan. Persepsiku pun salah, karena mereka tetap memegang teguh integritasnya sebagai laki-laki terhormat.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNzu5NXAb9r
Papa pun demikian, berbeda 180° seperti Papa yang aku kenal. Saat di rumah Papa sering menggodaku, dengan memantik nafsuku. Dan pada akhirnya kita bercumbu.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjM22Jf4uYu
Yang aku alami akhir-akhir ini berbanding terbalik dengan prinsipku. Awalnya aku dominan, saat partnerku adalah papaku sendiri, prinsipku seketika runtuh. Membuat aku rela menyerahkan diriku, harga diriku dan hatiku. Bahkan aku tak bisa menolak saat Papa menawarkan ide gilanya padaku. Agar aku berada ke dalam dominasinya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4syBUfS3rm
Apakah ini bucin? Kupikir perasaan itu muncul saat aku merindukan Aldo atau perasaan intim bersama Pak Salim. Ternyata aku salah, karena aku masih bisa berpaling ke dalam pelukan Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkYpzCBNHGb
Kulihat salah satu om-om melihat jam di pergelangan tangannya. "Kayaknya aku harus segera pulang deh."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrYZBfN7EVk
"Kenapa buru-buru?" tanya om-om yang lain.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTUXij4TKFt
"Keputusan dewan direksi udah fix kan?" tanya om-om itu yang bernama Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtesoVepI9D
"Iya, keputusan sudah fix. Karena status quo ada di tangan Jenny pemegang saham terbesar. Jadi bisa memutuskan apa aja buat penggantian CEO," kata Om itu yang bernama Wijaya. Jenny adalah mamaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPGDhQkLlW6
"Tapi menurutku, keputusan Jenny terlalu ceroboh. Meski dia punya kuasa penuh atas keputusannya. Memilih orang yang nggak punya kapasitas untuk memimpin perusahaan itu gegabah," kata Om itu yang bernama Jansen.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtX9DJSOLeb
"Dia terlalu terbawa emosi... membawa urusan pribadi ke dalam urusan perusahaan," kata Om Wijaya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7CGRXePN1w
"Bukankah Jenny kayak gitu karena si tuan tanah itu? Aku pikir, ini bukan sekedar urusan emosional," kata Om Jansen.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFhsCQR2DF
Papa menghembuskan nafas panjang. "Masalah ini nggak sesederhana itu," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIUL32wPkCM
"Aku tau, Jo. Masalah ini hanya soal cuan," kata Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7bUvAvckxy
"Kalo Jenny mempertimbangkan masalah opportunitas. Apa opportunitas yang diambil Jenny dari Aziz?" tanya Om Jansen.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUuFsGDDcr8
"Aku nggak tau. Awalnya aku berpikir Jenny segampang itu dikuasai. Tapi, setelah aku sadar kalo Jenny itu perempuan cerdas dan dominan. Kutepis pikiran itu. Justru dugaanku, ada strategi bisnis dalam langkah catur Jenny yang nggak kuketahui," kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpmZrxd2R6E
Om Hendarto menatapku, "Kalo emang CEO harus diganti. Aku lebih memilihmu, Fa," kata Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbp7YNyKAYd
"Setuju... karena Farisha lebih punya kapasitas dalam memimpin perusahaan daripada Akbar. Apalagi si Akbar nggak punya basic bisnis apa pun," kata Om Jansen.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZvHaklMvp7
"Farisha cuma pekerja freelance, Om. Farisha nggak yakin bisa memimpin perusahaan sebesar ini," kataku merendah.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM2qMTh4NI6
"Kamu terlalu merendah, Fa. Om yakin kamu bisa sahebat Papa atau Mama kamu," kata Om Wijaya sambil menepuk pundakku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKtEFcxmUB5
"Bener..." kata Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSt8w59N5j0
Sekarang aku berada di tengah, dengan dikelilingi oleh 15 om-om setengah baya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSFr7292Bow
"Kita harus misahin urusan bisnis sama urusan yang lain. Jangan kayak Jenny, yang mencampur keduanya," kata Om Wijaya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1BuWGW09vV
"Setuju... apalagi sekarang waktunya seneng-seneng... hehe" kata Om Jansen.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8zSgDXl16h
"Gimana menurutmu, Fa?" tanya Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp5x435Encg
"Emm, maksudnya Om?" tanyaku pura-pura tak mengerti.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRBRrOJD9mO
"Ah coba jelaskan, Jo!" kata Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm1rpPckRET
"Hahaha, jadi dilempar ke gua," kata Papa tertawa ngakak.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkddZyRXNfP
Om Hendarto mendekatiku, lalu duduk di sampingku. Tangannya merangkul pundakku, dengan sesekali tangannya yang berada di bahuku meremas lembut.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr2m7uc8riv
"Om, tau hubunganmu sama papamu. Om, sih nggak permasalahin itu..." kata Om Hendarto.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd25rZfZbZx
Lalu Om Jansen duduk di sebelah kananku, "Nggak perlu khawatir. Kita dukung kamu sama papamu, toh kamu lebih baik daripada Jenny."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGeOqUiltsd
Mendengar ucapan Om Jansen, aku mengernyitkan dahiku. "Om, menormalisasi incest?" tanyaku mulai membuka suara.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI6innHE02T
"Bukan soal incestnya, Fa. Tapi soal hati, soal kecocokan," kata Om Hendarto sambil terus mengusap, meremas bahuku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUul6jniWMD
Sesekali kuembuskan nafas panjang, karena merasakan remasan pada bahuku. "Soal hati ya, Om? Normal nggak sih, Om. Mencintai tapi mengizinkan orang lain menyentuh orang yang dicintainya?" tanyaku sambil melirik Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7D4FkYnle2
"Aduh, kesindir gua, haha."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCy6wKYaqtH
"Mungkin Johan punya alasan, Fa," kata Om Jansen mengecup pundakku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRvM8UY1zAW
Nafasku sedikit memburu, padahal kita masih ngobrol biasa saja.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsqArqpmkIx
"Apa alasan rasionalnya, Om? Kecenderungan cuckold? Agak aneh sih, Om. Incest tapi cuckold," kataku dengan suara bergetar karena tangan Om Jansen melingkar ke pinggangku. Lalu naik ke sela-sela hijab menuju dadaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9LTxQYZ7lJ
"Nggak ada yang aneh, Fa. Yang penting consent kan? Kata Johan, kamu punya pandangan kayak gitu soal relationship?" tanya Om Hendarto ikut menyusupkan tangannya dari bawah hijabku. Lalu naik ke dadaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0BPRDLOvfu
Sekarang dadaku diremas dari kanan dan kiri. Mendapat sentuhan, remasan pada dadaku, libidoku mulai naik. Kutahan desahanku sedemikian rupa, dengan mata terpejam.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi4wx32EVtk
"Tapi, kamu cinta nggak sama Johan?" kata Om Hendarto berbisik ke telingaku yang tertutup hijab.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA6KPeg3ITY
Aku tak menjawab pertanyaan Om Hendarto. Karena antara nafsu, perasaan dan akal sehatku terasa saling bertubrukan. Nafsuku menghendaki untuk mengabaikan sikap Papa, yang tak cemburu melihatku dijamah orang lain. Hatiku mencoba menyangkal hasratku, yang menginginkan sikap Papa yang protektif padaku. Akal sehatku mencoba membatasi nafsu dan hatiku, bahwa aku sudah melewati batas tabu.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUKefOmwHXa
"Sssssh, aaaaah." Kurasakan tangan Om Hendarto sudah mulai masuk ke dalam dress panjangku dengan membuka kancing depanku satu persatu sampai sebatas perut. Setelah kancing dress panjangku sudah terbuka, tangan Om Hendarto berada di atas payudaraku yang masih tertutup tanktop dan bra.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6GBAenTzZ5
Om Hendarto kembali menanyakan pertanyaan yang sama, "Kamu cinta kan sama papamu?" tanya Om Hendarto lirih sambil mengecup pundakku yang masih tertutup hijab.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuksUyM93GZ
"Sssssh, aaaah." Lagi-lagi aku hanya bisa mendesah, tanpa membuka mulutku untuk mengakui bahwa aku memang mencintai Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0ObBnD3dJT
Kurasakan tangan Om Jansen mulai menurunkan tali tanktopku sampai tali tanktopku turun sebatas siku. Setelah turun, tangan Om Jansen menyusup dari atas braku, lalu jarinya mencari-cari putingku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbXkd5YsKYB
"Cinta seharusnya nggak dibatasi status apa pun, Fa," kata Om Jansen sambil memelintir putingku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMcjXnH9c7q
Kupejamkan mataku, menahan gejolak yang benar-benar merongrongku. Tabu masih membentengiku. Dan rasa malu mengunci mulutku untuk mengungkap perasaanku yang sebenarnya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwMOttIzmto
"Om, paham yang kamu rasain Fa," kata Om Jansen yang mulai mengeluarkan dadaku dari cup braku dan menarik tanktopku turun ke bawah.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8aCDRd4pHb
"Aku cinta sama, Johan Om," kataku sambil menahan nafsu dan cinta yang mulai meruntuhkan pertahanan akal sehatku, sedikit demi sedikit.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPSacPnXlXS
"Seberapa cinta kamu sama, Johan?" tanya Om Hendarto sambil menyibakkan hijabku ke belakang. Sampai dadaku yang semi terbuka terlihat.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1a7H1c18jA
"Nggak tau. Yang jelas aku cinta banget, Om," kataku sambil menahan desahanku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOKHUuYL46w
Om Hendarto mencoba menurunkan dress panjangku ke bawah. Dengan mengangkat tanganku untuk melepas lengan dress panjangku. Setelah terlepas dress panjangku turun sebatas perut.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCfrxEO7mdF
"Apa bukti cintamu, Fa?" tanya Om Hendarto sambil mengecup pundakku yang telanjang.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsLqgDsZoi3
"Aku bakal menuruti apa pun, yang dia mau," kataku sambil meneteskan air mata. Pedih rasanya hatiku. Karena seumur hidupku, aku tak pernah merasakan perasaan cinta. Apalagi cinta yang sedalam ini.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xV643Tlnx
Kurasakan, ada yang melepas kaitan braku dari belakang. Braku pun terlepas dengan sempurna.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeUaT76firf
"Bikin aku cemburu! Kamu bisa?"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwx7sF5CS3I
Kudengar suara Papa yang berada di belakang tubuhku, sambil memelukku. Dengan tangannya berada di perutku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRHh4fSVqgj
"Caranya?" tanyaku dengan menoleh ke belakang untuk menatap papaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaHvvfpx64U
Papa memagut bibirku, dengan hisapan dan pertemuan lidah. Lalu Papa melepas pagutan pada bibirku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTGaPMMZRA1
"Aku pengen kamu digilir seluruh dewan direksi. Trus meminum sperma mereka yang ditampung ke dalam gelas. Kamu bisa?" tanya Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKHjwlyMBhZ
Tangisku langsung meledak, dengan tangis yang terisak-isak. Papa benar-benar menjadikanku objek seksual. Namun, aku rela melakukan apa saja demi Papa. Karena aku sangat mencintainya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1DLZCo7WLr
Kuanggukkan kepalaku tanda setuju. Tubuhku pun diangkat ke tengah-tengah matras. Sekarang tubuhku sudah setengah telanjang, dengan dress panjangku yang sudah terlepas, jatuh ke bawah.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNWzIsy6fk7
Yang masih melekat di tubuhku hanya celamis, kaos kaki, celana dalam, hijab, ciput dan cadarku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdkJ1yrEMHP
Om Wijaya mendekat untuk menarik celamisku sampai terlepas. Saat celamisku terlepas, aku dikerubungi om-om dewan direksi.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxUUTlFnDem
Mataku nanar melihat om-om dewan direksi yang sudah telanjang bulat yang mengelilingiku. Mereka menyodorkan penisnya ke wajahku yang masih tertutup cadar.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQnd6yBTr3H
"Kulum!" kata salah satu dewan direksi.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeNCAiSM6ua
Dengan kasar om-om dewan direksi menyingkap cadarku, lalu memaksaku agar mengulum penisnya.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrFnyT5tv1B
Glok glok glok...
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKE99Wc4CyY
Belum sempat aku mengatur nafasku, wajahku ditarik ke samping kiri.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqrjKnNK5EA
"Kulum!"
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgQGNlEAdAF
Kupandang wajah om-om itu dengan memelas. Lalu cadarku ditarik dengan kasar sampai terlepas.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4pB7nZT3z7
Glok glok glok...
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr7X1wj1Dcu
Seperti sebelumnya, wajahku ditarik ke samping. Aku kembali mengulum penis yang berbeda.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGMgEcs7pfE
Kepalaku dipegang, lalu memompa mulutku dengan kasar.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCSVl6JkHzC
"Uhuk uhuk uhuk..." Aku tersedak saat penis itu terlepas dengan ludah yang berleleran dari mulutku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNAuKwfzLc8
Aku kembali mengulum penis yang berbeda. Pompaan pada mulutku tak kalah kasar dari yang tadi. Lalu berpindah ke penis yang lain, berpindah lagi sampai aku tak ingat sudah penis ke berapa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYWBAMF6Eky
"Uhuk uhuk uhuk..." Aku berkali-kali tersedak, sampai mataku terasa perih.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqfduCZO8vI
Lalu om-om dewan direksi mengelilingiku sambil mengocok penisnya di atas wajahku. Satu persatu ejakulasi, mengenai wajah, hijab sampai mengalir ke dadaku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl4dBEhb3X9
"Fa..." Papa memanggilku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXR53FyIyWJ
Papa memelukku dari belakang, "Maafin, Papa ya..."
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmPR2s5y6VH
Dengan terisak aku bertanya, "Nggak jadi gangbang?" tanyaku dengan wajah belepotan sperma.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2PxZS075yE
"Nggak!" kata Papa sambil mengusap-usap punggungku.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjSQXagARqz
"Kenapa?" tanyaku dengan menatap wajah Papa sendu.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8FmbMsJct1
"Aku nggak rela..." kata Papa.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcUMEelSpe8
"Tapi aku pengen mencobanya, Pa..." kataku tersenyum.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxkKguAZ8JV
Kulihat penis Papa yang layu, kembali menegang. Lalu om-om dewan direksi mengangkat tubuhku menjauh dari Papa. Aku diterlentangkan dan mereka menggilirku satu persatu.
2194Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMyIql6A01E
