Merubah Kepolosan Istriku - Malam yang Terbuka, Pagi yang Membakar

Malam yang Terbuka, Pagi yang Membakar

Jun 29, 2025

928

3 Mins Read

932Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVTwUoFHhUT

Malam itu terasa berbeda. Udara kamar masih hangat, sisa dari percumbuan kami yang terhenti bukan karena bosan, melainkan karena sesuatu yang lebih menggoda.

Tubuh istriku, Siska, masih dibalut sisa keringat. Rambutnya acak-acakan, pipinya merah, dan napasnya belum stabil. Selimut tersingkap setengah, memperlihatkan lengkungan punggung dan garis kulit yang seolah memantulkan cahaya lampu tidur yang temaram.

Aku masih berbaring, pura-pura tertidur. Tapi mataku mencuri pandang ke arahnya. Siska duduk di pinggir ranjang sambil mengecek ponselnya.

Tiba-tiba ia menoleh padaku.

“Pah... Bryan ngajak VC.”

Nada suaranya ringan, seperti bertanya bolehkah membeli es krim di siang bolong.

Aku pura-pura kaget, “VC? Sekarang?”

Siska mengangguk, bibirnya basah karena digigit perlahan.

“Tapi ngga aku bales. Kan kita lagi… ya, tahu sendirilah.”

Aku tertawa kecil.

“Ya kalo kamu mau, jawab aja. Aku juga mau pipis dulu. Lagian dia cuma bisa lihat kamu, bukan sentuh.”

Mata Siska melebar sedikit, penuh ragu tapi penasaran. “Papa serius?”

Aku bangkit dari ranjang, menahan senyum. “Serius. Tapi, satu syarat...”

Dia menatapku curiga. “Apa?”

“Jangan bohong. Apa pun yang kamu rasain nanti, kamu ceritain ke aku. Deal?”

Siska terdiam sejenak. Lalu ia tersenyum, kali ini senyum yang belum pernah kulihat sebelumnya campuran antara geli, berani, dan sedikit bangga.

“ok papa sayang,” jawabnya pelan.

Aku keluar dari kamar, tapi tak benar-benar pergi ke toilet. Aku hanya duduk di balik pintu, nyaris tanpa suara, telingaku menangkap gumaman samar dari dalam.

Setelah beberapa detik hening, kudengar suara khas notifikasi panggilan masuk. Lalu… nada suara Siska yang berubah.

“Hei, Bryan…” sapanya pelan. “Yes, I’m alone now…”

Nada itu ya Tuhan tak lagi terdengar seperti istri kantoran yang pendiam. Nada itu penuh bisikan manja, rasa percaya diri yang baru tumbuh, dan... ya, aroma wanita yang sadar dirinya cantik.

“why you are sweating, Siska,?” suara Bryan terdengar samar.

Siska tertawa. “It’s hot here… and I just… you know…”

“A little workout?”

“Kind of,” jawabnya sambil terkekeh, entah apakah dia menatap kameranya atau membetulkan rambutnya.

Aku bisa bayangkan ekspresi wajahnya. Pipinya memerah, bibirnya digigit, matanya separuh menantang. Bukan Siska yang dulu. Ini versi dirinya yang mulai percaya bahwa dia menarik bukan cuma untukku, tapi untuk mata asing ribuan kilometer jauhnya.

Beberapa menit berlalu. Percakapan mereka terdengar seperti gatal yang tak terjilat. Siska bicara dengan gaya sok polosnya, Bryan tertawa dan memuji.

“You’re the most beautiful Asian girl I’ve ever seen.”

“I’m not even wearing makeup,” jawab Siska.

“That’s why I love it.”

Aku tidak bisa menahan diri. Keringatku sendiri mengucur, bukan karena panas, tapi karena rasa aneh yang mengaduk-aduk cemburu, penasaran, dan gairah yang tak bisa kusebutkan dengan kata-kata biasa.

Lalu kudengar sesuatu yang membuat jantungku berpacu.

“Do you want to see what I’m wearing?”

Itu suara istriku. Lembut, tapi jelas.

Aku hampir membuka pintu, tapi menahan. Ini bukan soal kepercayaan, tapi tentang eksperimen paling jujur yang pernah kami jalani.

Aku tahu dia sedang bermain api, dan aku… ya, aku malah menyiramkan bensin ke sana.

Lima belas menit berlalu.

Aku menunggu.

Tapi Siska belum memanggilku kembali.

Penasaran, aku membuka sedikit celah pintu. Cahaya layar notebook memantul di wajahnya. Tubuhnya masih di tepi ranjang. Selimut hanya menutupi bagian bawah, bahu dan lehernya basah oleh peluh.

Tangannya menyentuh layar, seolah menyapa bayangan Bryan di seberang dunia.

Dan aku tahu.

Dia menikmati ini.

Bukan hanya karena tubuh Bryan atau rayuan murahan dari bule yang sedang kesepian. Tapi karena untuk pertama kalinya, Siska merasa seksi. Cantik. Didambakan tanpa syarat. Bukan sebagai istri, bukan sebagai sekretaris yang harus sopan, tapi sebagai wanita.

Dan aku? Aneh tapi nyata, aku bahagia melihat dia terbakar gairah.

932Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqcOCoBxUJN

ns216.73.216.206da2

0 likes Suggest Edits

Be the first to like this issue!

Malam yang Terbuka, Pagi yang Membakar

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: