x
Peluh yang Menggoda
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxCDrAUk7uK
Hari itu kantor terasa seperti oven. AC di lantai dua rusak sejak pagi, dan semua karyawan terpaksa bekerja sambil berkeringat. Riska duduk di mejanya, sesekali menyeka peluh dari leher dengan tisu. Jilbabnya terlihat lembap di bagian dalam, dan seragam kerjanya mulai menempel di kulit.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbb5lMqDBay
Ia gelisah, merasa tak nyaman. Bukan karena malu, tapi karena tubuhnya terasa gerah dan bau keringat mulai tercium oleh dirinya sendiri. Ia lupa memakai deodoran hari itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAdiWI2KYPq
Di seberangnya, Rian memperhatikan diam-diam. Pandangannya tajam, penuh niat tersembunyi.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5u6b6ZwzuG
> “Ris, ada waktu bentar? Gue bingung ngisi form buat laporan divisi. Bisa bantuin?”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjrg4ZIM1rB
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwOGvRALQox
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBAphN9PRgB
Riska menoleh dan mengangguk cepat. “Boleh, Mas.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBBGoJAwVzu
Rian membawanya ke ruang arsip kecil yang sepi dan agak gelap. Tak ada kamera, dan suara dari luar sulit terdengar. Riska berdiri di dekat rak dokumen, sementara Rian berpura-pura mencari berkas.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZa9bHW9UwK
> “Panas banget ya... sampe serasa mandi keringat.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡImnJjPzZWx
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUsA1XIdXni
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyynr0UIFiO
> “Iya, Mas... aku juga risih banget. Maaf ya kalau... bau.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0qhIyRX4i2
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMkQGSdtWhH
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTUKrfSjTZi
Rian tertawa kecil. “Justru... itu bikin kamu beda dari yang lain. Nggak semua cewek bisa kayak kamu—natural.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKckPxST4r6
Riska tersenyum kikuk. “Hehe... gitu ya...”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCEwBqYeIvL
> “Eh, kamu sering pegel-pegel nggak sih pas kerja duduk terus?”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuGZc5DnpMz
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxcDQLKl7Mz
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwBAjZqaS9p
> “Lumayan sih... kenapa?”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFeTue8ajFD
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW55gOKry5n
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAmk6YrVRAs
> “Gue pernah belajar dikit soal pijat ringan. Mau coba?”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBTErJRJHpv
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSs6YvHnTeC
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHvnXP4iwbU
Riska ragu. Tapi karena merasa nggak enak menolak dan karena Rian terdengar yakin, ia mengangguk pelan.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh92wb9y71t
> “Oke, tapi jangan keras-keras ya... aku gampang geli.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMAdjjD1A20
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfreflSBEoo
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTDhyEfB93Q
> “Tenang... gue pelan.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwyILi13Scj
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYlk0sdcUUi
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHDNSuOPG5j
Rian menyuruh Riska berdiri dan mengangkat tangan tinggi. Ia berdiri di belakang Riska, memandunya pelan seolah gerakan peregangan. Tubuhnya makin dekat... dan akhirnya menempel.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWjZYvgeAa2
Bagian bawah tubuh Rian menekan pantat Riska. Lembut, seperti sengaja tapi dibalut alasan profesional. Riska sempat kaget... tapi tidak bergerak. Ia bingung—harus menolak atau diam?
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeazSvH0MKM
> “Nah, titik tegangnya di sini...” bisik Rian sambil menekan lembut sisi tubuh Riska, dekat ketiaknya yang lembap.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9bNzyIyLZ5
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQVZ8RIKer2
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1NY5Z3SjCt
Rian pura-pura fokus, padahal ia sedang menghirup aroma tubuh Riska dari dekat. Peluh segar, asin, dan bau alami perempuan yang belum terkontaminasi parfum.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlvtgMhrUeu
> “Rileks ya, Ris... tarik nafas pelan...”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDKM5yPFJ6k
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuiY5zJ6U8Q
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmOCp9hLiFi
Riska menurut. Matanya merem. Nafasnya berat. Entah kenapa, tubuhnya terasa hangat. Ada getaran aneh di bagian bawah perutnya. Ia tak tahu... apakah ini salah?
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlRkSLVlwxB
Di belakang, Rian makin menekan bagian bawah tubuhnya, gerakan kecil dan pelan... cukup untuk mencari pelepasan. Napasnya mulai memburu. Riska bisa merasakannya—tapi tetap diam. Bingung. Antara takut dan... menikmati?
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEfgR1peM8w
Dalam hitungan detik, tubuh Rian menegang. Ia menahan erangan, lalu perlahan mundur satu langkah.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzjgALY8XtL
> “Sorry... tadi... kebablasan. Tapi kamu luar biasa, Ris.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡScb2aMtPnL
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2pT2QOKtWX
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJQADbawKbk
Riska tak menjawab. Tubuhnya gemetar. Di antara rasa bersalah... ada kenikmatan yang baru ia kenali.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡshSogxLCow
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAksfJRANFg
---
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7mJuA9aohY
Malamnya... di rumah
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjMk7X5VWUo
Riska duduk di ranjang, termenung. Jaka yang sedang mengganti baju, menatapnya heran.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk76skMYu5F
> “Kenapa, Sayang? Kamu diem banget.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ17T9vOez7y
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTX8qRmxft8
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEjTLb5EApP
> “Aku... aku tadi di kantor... digituin Mas Rian.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc750KFHfmY
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmPRFa6AtFu
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5jnRFd31yh
Jaka diam. Lalu duduk di sebelah Riska. “Digimanain?”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIuAksU7iop
Riska pelan-pelan cerita. Tentang ruangan kecil. Keringat. Sentuhan. Sampai tekanan dari belakang. Ia bahkan mengaku tak menolak, dan... menikmati. Wajahnya merah saat bilang itu.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQLIOk8sMpr
Jaka menunduk. Matanya kosong sebentar. Tapi bukan marah yang keluar—melainkan napas panjang dan lirih.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx2CBon8L2C
> “Pas kamu pulang tadi... aku cium badan kamu. Dan... aromamu itu... asli. Keringatmu. Asem. Tapi... aku malah bergairah.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJgZZpbt22F
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZQrnH4OePP
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhITeh01DKd
Riska menoleh, terkejut.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOc9a3nUmO3
> “Mulai sekarang... jangan pake deodoran lagi. Jangan tutupi baumu. Aku suka... kamu yang asli.”
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ682gMgXTOp
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaiLZR1qyTy
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1aOJ1Mf2Od
Ia mencium leher Riska—menempelkan bibir di kulit yang masih sedikit basah. Ia menjilat pelan. Riska merem, tubuhnya merinding.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhvkK1R0Y23
Untuk pertama kalinya... ia merasa dilihat sebagai perempuan. Bukan hanya istri. Tapi tubuh, aroma, dan gairahnya... diinginkan.
14098Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs2Fbe21EGb
Dan malam itu... dimulailah perjalanan baru yang lebih liar.
