Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDDSeavvHUY

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ99LOWckYQU

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtWaIOh3BFe

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvFfwBh3E1m

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYwlDEjd4SR

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfQGOtFLuDx

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz6aYq767ZB

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW19M1dv4n5

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwMqRPhLSrX

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡugOhVP5uBq

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzsNRCNhY6B

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSreB0z9qB3

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfJmZqV23m9

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5WVpDuqlYu

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDFMAkJ1572

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMEdhhhpDmo

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAl8sBMsAcH

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBIpT9zu7rs

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8sQAWGJxtu

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUEO6FhGaSw

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6PCDmHypr1

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAuFZStncSC

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡINfs3DapUJ

Dan dia suka itu.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYR8o6pQCSV

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE7i99Kpt4F

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ15wKsVTqsk

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm8YtD5oEyM

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4X3zv19WO3

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrWJwPHNehm

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRRo8cMbriN

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNJCquCc6dL

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh04M59Q4RS

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡskHhBkuzMJ

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBuLGDw40g6

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfWP4zGxyW3

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKlWHgijhVi

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCoDNgbYA5f

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXsutvNHW9n

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxrodneI0Ju

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUDULUNnoqR

23745Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiRqfdEM63T

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.166da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: