
POV Riska
15182Please respect copyright.PENANAybBLS9CEdE
Entah sejak kapan aku mulai merasa... berbeda. Mungkin sejak sering ngobrol sama Nina. Mungkin sejak dia pertama kali nyeletuk soal "kenikmatan dunia yang belum pernah kurasakan". Awalnya aku selalu menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama, pikiranku mulai berani bertanya-tanya sendiri.
15182Please respect copyright.PENANAGFGuPT4Hyg
Apa iya selama ini aku terlalu kaku? Terlalu menjaga diri sampai lupa bagaimana rasanya jadi perempuan seutuhnya?
15182Please respect copyright.PENANAdJvrJNlIN7
Nina selalu bilang aku terlalu ‘rapi’. “Ris, kamu tuh kayak istri ideal di buku nikah. Tapi hidup ini bukan buku nikah doang,” katanya sambil tertawa.
15182Please respect copyright.PENANAk50pIHD2yL
Aku cuma tersenyum waktu itu. Tapi kalimatnya itu—entah kenapa—menancap dalam. Mungkin karena aku tahu, di balik semua tawa dan senyumku di rumah... aku juga sering merasa kosong. Hambar.
15182Please respect copyright.PENANANj9BC73Q9p
15182Please respect copyright.PENANA08OadWWvOc
---
15182Please respect copyright.PENANAgKl4zGSJSS
Pekerjaan makin padat akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, makin sering juga aku berada di ruangan Pak Arman. Atasanku itu memang kharismatik. Pembawaannya tenang, rapi, suaranya berat tapi lembut. Dulu aku nggak terlalu memerhatikan, tapi sekarang—aku mulai sadar kalau dia sering... terlalu dekat.
15182Please respect copyright.PENANAHU9iooIxTu
Hari ini misalnya, waktu aku nyodorin laporan, dia berdiri di sampingku dan tangannya sempat menyentuh pinggangku.
15182Please respect copyright.PENANAz4wGYQnVQA
“Sori, Bu Riska,” katanya cepat, tapi dengan senyum yang... entah kenapa bikin jantungku berdetak lebih cepat.
15182Please respect copyright.PENANAwzFAMoT6ir
Aku cuma mengangguk dan berusaha fokus ke kertas. Tapi kulitku masih terasa hangat di bagian yang dia sentuh.
15182Please respect copyright.PENANAUofv6tPjVR
15182Please respect copyright.PENANABcdiGKCy86
---
15182Please respect copyright.PENANAIYWxlX11FG
Sore itu, aku lembur bareng dua staf cowok: Rio dan Dimas. Mereka berdua tipe yang suka bercanda, agak genit tapi belum pernah sampai kelewatan—setidaknya sebelum hari ini.
15182Please respect copyright.PENANACA130QoN20
Aku berdiri sambil merapikan map di lemari dokumen. Saat aku balik badan, Rio yang lewat terlalu dekat dan bahunya menyenggol dadaku. Sekilas aja, tapi cukup bikin aku kaget dan salah tingkah.
15182Please respect copyright.PENANAT9SDRN5pHK
“Eh, maaf Bu... nggak sengaja,” katanya cepat, walau dari matanya aku tahu dia sadar apa yang barusan terjadi.
15182Please respect copyright.PENANAv2FK4BKReY
Aku senyum kaku, “Iya, nggak apa-apa.”
15182Please respect copyright.PENANAUrLxnuj1nb
Beberapa menit kemudian, saat aku jongkok untuk ambil berkas dari rak bawah, Dimas lewat di belakangku dan—aku nggak yakin—tangannya sempat menyentuh bokongku. Lembut, seolah ‘tanpa sengaja’, tapi cukup terasa untuk bikin tubuhku menegang.
15182Please respect copyright.PENANAj9HrlSkaEA
Aku berdiri cepat, pura-pura nggak terjadi apa-apa. Tapi dalam hati... ada sesuatu yang berdesir aneh. Rasa bersalah, tentu saja. Tapi juga rasa hangat yang susah dijelaskan.
15182Please respect copyright.PENANAtc9JLzlrDZ
15182Please respect copyright.PENANABs9rYEPqa7
---
15182Please respect copyright.PENANAaNvMWbSVYd
Di kamar mandi kantor, aku menatap wajahku di cermin. Kenapa jantungku masih berdebar?
15182Please respect copyright.PENANAcnb7unsuff
Aku menutup mata. Di benakku, terbayang lagi kalimat Nina.
"Ris, kadang tubuh kita bisa jujur. Kalau kamu ngerasa geli, panas, atau bahkan basah... itu bukan dosa. Itu naluri."
15182Please respect copyright.PENANAux6o9vF5Nl
Aku sempat ketawa waktu dia ngomong gitu dulu. Tapi sekarang—aku mulai paham maksudnya.
15182Please respect copyright.PENANAkOGiZV7ngN
Aku nggak cerita apapun ke Mas Jaka malam itu. Aku cuma bilang lelah. Dia tampak perhatian seperti biasa, bikinkan teh, pijitin pundakku.
15182Please respect copyright.PENANAS85VxVNYsF
Aku merasa bersalah. Tapi juga... merasa punya rahasia yang anehnya bikin deg-degan.
15182Please respect copyright.PENANAlizFUoDRT6
15182Please respect copyright.PENANA42GcI7zJMg
---
15182Please respect copyright.PENANA1llv8XzlxV
Beberapa hari kemudian, aku duduk makan siang bareng Nina di pantry. Dia seperti biasa, langsung ke topik vulgar.
15182Please respect copyright.PENANArZ57BqOZTq
“Tadi aku mimpi, Ris. Mimpinya... duh, gila.”
15182Please respect copyright.PENANADnUI0vDquH
“Mimpi apa lagi?”
15182Please respect copyright.PENANAO3LZmlgGz5
“Dua cowok ngapain aku bareng-bareng. Salah satunya punya batang segede botol minum kantor. Aku kebangun sambil megap-megap. Terus, saking panasnya, aku sampe harus... ya, bantu diri sendiri.”
15182Please respect copyright.PENANA2rSjL3cJ7U
“Nina!” Aku tertawa malu-malu.
15182Please respect copyright.PENANAXgdsszVN5Q
Dia malah ketawa lebar. “Kamu kapan terakhir mimpi basah, Ris?”
15182Please respect copyright.PENANANS86dtgWuE
“Aku... nggak pernah.”
15182Please respect copyright.PENANAt8mlXmgh9E
“Pantesan. Ris, tubuh kamu tuh nunggu disentuh lho. Kamu harus nyobain sesuatu yang beda. Kalau bukan sama suami ya... minimal di khayalan dulu.”
15182Please respect copyright.PENANAGzIyechXYv
Aku menggeleng. Tapi senyumku nggak hilang. Dalam hati, aku tahu aku mulai terpengaruh.
15182Please respect copyright.PENANAcPxxB1AWHB
15182Please respect copyright.PENANAsvhAK8jcqu
---
15182Please respect copyright.PENANAGuqdXZsIIg
Hari-hari selanjutnya, sentuhan-sentuhan ‘tidak sengaja’ itu makin sering terjadi. Kadang dari Pak Arman, kadang dari Rio atau Dimas. Entah kenapa, aku tidak lagi merasa sebersalah dulu. Kadang aku malah membiarkan. Menikmati. Diam-diam berharap mereka melakukannya lagi.
15182Please respect copyright.PENANAX3Zv8HNcpG
Aku tahu itu salah. Tapi... tubuhku terus merespons. Semakin disentuh, semakin penasaran.
15182Please respect copyright.PENANAS9MtBaHV7f
Malam-malamku bersama Jaka tetap hangat. Tapi pikiranku mulai terbang ke arah lain. Kadang aku menutup mata saat kami bercinta dan membayangkan suara berat Pak Arman atau tangan kasar Rio. Dan saat gairah itu datang... aku merasa bersalah sekaligus hidup.
15182Please respect copyright.PENANAADTRIShLnT
15182Please respect copyright.PENANA6PaqKeNUYn
---
15182Please respect copyright.PENANAnUItuyt6Hi
Aku belum berani melangkah lebih jauh. Belum tahu apakah aku akan... menuruti rasa penasaran ini sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—aku tidak lagi sama seperti dulu.
15182Please respect copyright.PENANAnJkWqwaeRT
Dan aku belum siap membiarkan Jaka tahu semua ini.
15182Please respect copyright.PENANAMqghO1cH7l
Belum.
15182Please respect copyright.PENANA9RMmSNOOUV
15182Please respect copyright.PENANAlKDUpjezHW
---