
POV Riska
15169Please respect copyright.PENANAblqCqUWbRp
Entah sejak kapan aku mulai merasa... berbeda. Mungkin sejak sering ngobrol sama Nina. Mungkin sejak dia pertama kali nyeletuk soal "kenikmatan dunia yang belum pernah kurasakan". Awalnya aku selalu menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama, pikiranku mulai berani bertanya-tanya sendiri.
15169Please respect copyright.PENANA4m2N76fDjj
Apa iya selama ini aku terlalu kaku? Terlalu menjaga diri sampai lupa bagaimana rasanya jadi perempuan seutuhnya?
15169Please respect copyright.PENANAxaln48aNKZ
Nina selalu bilang aku terlalu ‘rapi’. “Ris, kamu tuh kayak istri ideal di buku nikah. Tapi hidup ini bukan buku nikah doang,” katanya sambil tertawa.
15169Please respect copyright.PENANACjKqy5DeDZ
Aku cuma tersenyum waktu itu. Tapi kalimatnya itu—entah kenapa—menancap dalam. Mungkin karena aku tahu, di balik semua tawa dan senyumku di rumah... aku juga sering merasa kosong. Hambar.
15169Please respect copyright.PENANAUsCllAhH1H
15169Please respect copyright.PENANAzYckRO7Nbg
---
15169Please respect copyright.PENANAlnEVaaAaps
Pekerjaan makin padat akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, makin sering juga aku berada di ruangan Pak Arman. Atasanku itu memang kharismatik. Pembawaannya tenang, rapi, suaranya berat tapi lembut. Dulu aku nggak terlalu memerhatikan, tapi sekarang—aku mulai sadar kalau dia sering... terlalu dekat.
15169Please respect copyright.PENANAXt0MzNtq92
Hari ini misalnya, waktu aku nyodorin laporan, dia berdiri di sampingku dan tangannya sempat menyentuh pinggangku.
15169Please respect copyright.PENANAqOicMzPdTu
“Sori, Bu Riska,” katanya cepat, tapi dengan senyum yang... entah kenapa bikin jantungku berdetak lebih cepat.
15169Please respect copyright.PENANAW4uf8aqmBG
Aku cuma mengangguk dan berusaha fokus ke kertas. Tapi kulitku masih terasa hangat di bagian yang dia sentuh.
15169Please respect copyright.PENANA2yVyUoCV4Y
15169Please respect copyright.PENANAV99Qp5ZbQ3
---
15169Please respect copyright.PENANA0hYCv1ueBi
Sore itu, aku lembur bareng dua staf cowok: Rio dan Dimas. Mereka berdua tipe yang suka bercanda, agak genit tapi belum pernah sampai kelewatan—setidaknya sebelum hari ini.
15169Please respect copyright.PENANAnhO5Nztej3
Aku berdiri sambil merapikan map di lemari dokumen. Saat aku balik badan, Rio yang lewat terlalu dekat dan bahunya menyenggol dadaku. Sekilas aja, tapi cukup bikin aku kaget dan salah tingkah.
15169Please respect copyright.PENANAgUZV6gMut1
“Eh, maaf Bu... nggak sengaja,” katanya cepat, walau dari matanya aku tahu dia sadar apa yang barusan terjadi.
15169Please respect copyright.PENANAzFKsSucFH2
Aku senyum kaku, “Iya, nggak apa-apa.”
15169Please respect copyright.PENANAGgqdiS0QDx
Beberapa menit kemudian, saat aku jongkok untuk ambil berkas dari rak bawah, Dimas lewat di belakangku dan—aku nggak yakin—tangannya sempat menyentuh bokongku. Lembut, seolah ‘tanpa sengaja’, tapi cukup terasa untuk bikin tubuhku menegang.
15169Please respect copyright.PENANAOvzhedSFPS
Aku berdiri cepat, pura-pura nggak terjadi apa-apa. Tapi dalam hati... ada sesuatu yang berdesir aneh. Rasa bersalah, tentu saja. Tapi juga rasa hangat yang susah dijelaskan.
15169Please respect copyright.PENANAB2LuYnyEV9
15169Please respect copyright.PENANAs19zA1B0DS
---
15169Please respect copyright.PENANAl9P5zYonI8
Di kamar mandi kantor, aku menatap wajahku di cermin. Kenapa jantungku masih berdebar?
15169Please respect copyright.PENANAIXhEm2GQeQ
Aku menutup mata. Di benakku, terbayang lagi kalimat Nina.
"Ris, kadang tubuh kita bisa jujur. Kalau kamu ngerasa geli, panas, atau bahkan basah... itu bukan dosa. Itu naluri."
15169Please respect copyright.PENANAR74rLFGB4N
Aku sempat ketawa waktu dia ngomong gitu dulu. Tapi sekarang—aku mulai paham maksudnya.
15169Please respect copyright.PENANAlqXYl2uEtJ
Aku nggak cerita apapun ke Mas Jaka malam itu. Aku cuma bilang lelah. Dia tampak perhatian seperti biasa, bikinkan teh, pijitin pundakku.
15169Please respect copyright.PENANAu2D9qzVPmb
Aku merasa bersalah. Tapi juga... merasa punya rahasia yang anehnya bikin deg-degan.
15169Please respect copyright.PENANA8yjf3s1Kcc
15169Please respect copyright.PENANAHUobvpgWN4
---
15169Please respect copyright.PENANAbehfq5rcLK
Beberapa hari kemudian, aku duduk makan siang bareng Nina di pantry. Dia seperti biasa, langsung ke topik vulgar.
15169Please respect copyright.PENANAqNCInRlZwB
“Tadi aku mimpi, Ris. Mimpinya... duh, gila.”
15169Please respect copyright.PENANAwkB8hBzjOe
“Mimpi apa lagi?”
15169Please respect copyright.PENANAiJVfAgGld5
“Dua cowok ngapain aku bareng-bareng. Salah satunya punya batang segede botol minum kantor. Aku kebangun sambil megap-megap. Terus, saking panasnya, aku sampe harus... ya, bantu diri sendiri.”
15169Please respect copyright.PENANAXs76VyLYL5
“Nina!” Aku tertawa malu-malu.
15169Please respect copyright.PENANA34SgW1uDRv
Dia malah ketawa lebar. “Kamu kapan terakhir mimpi basah, Ris?”
15169Please respect copyright.PENANAOMZgMjTR2Z
“Aku... nggak pernah.”
15169Please respect copyright.PENANAs5Fp6UlWs3
“Pantesan. Ris, tubuh kamu tuh nunggu disentuh lho. Kamu harus nyobain sesuatu yang beda. Kalau bukan sama suami ya... minimal di khayalan dulu.”
15169Please respect copyright.PENANAkYtUaNeXer
Aku menggeleng. Tapi senyumku nggak hilang. Dalam hati, aku tahu aku mulai terpengaruh.
15169Please respect copyright.PENANAISE5X2KgNg
15169Please respect copyright.PENANAYCdAAAtNLd
---
15169Please respect copyright.PENANAxsTRBTIBR4
Hari-hari selanjutnya, sentuhan-sentuhan ‘tidak sengaja’ itu makin sering terjadi. Kadang dari Pak Arman, kadang dari Rio atau Dimas. Entah kenapa, aku tidak lagi merasa sebersalah dulu. Kadang aku malah membiarkan. Menikmati. Diam-diam berharap mereka melakukannya lagi.
15169Please respect copyright.PENANALIfdbsH8i0
Aku tahu itu salah. Tapi... tubuhku terus merespons. Semakin disentuh, semakin penasaran.
15169Please respect copyright.PENANA4HVoKUSP6R
Malam-malamku bersama Jaka tetap hangat. Tapi pikiranku mulai terbang ke arah lain. Kadang aku menutup mata saat kami bercinta dan membayangkan suara berat Pak Arman atau tangan kasar Rio. Dan saat gairah itu datang... aku merasa bersalah sekaligus hidup.
15169Please respect copyright.PENANANfrfIxXOZj
15169Please respect copyright.PENANAsI3ugZycQv
---
15169Please respect copyright.PENANAyen9Qquf03
Aku belum berani melangkah lebih jauh. Belum tahu apakah aku akan... menuruti rasa penasaran ini sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—aku tidak lagi sama seperti dulu.
15169Please respect copyright.PENANATqlJhhIEIG
Dan aku belum siap membiarkan Jaka tahu semua ini.
15169Please respect copyright.PENANAPgE6QTZnUO
Belum.
15169Please respect copyright.PENANAhaxz48xzAC
15169Please respect copyright.PENANAye4GGA7gaI
---