Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvElQ5mgKc3

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ky99iZWrN

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQXHZd0feB7

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkijTKnCcqv

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6awvJgx2Qb

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdwOiSFsaOq

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbJpPzpJWNK

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnPwgjNMnVK

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGhtl3qqDF4

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ64mWJVjwo3

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fuCJE0eVc

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaaJtTTWgsh

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTliSnVA56c

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIGQs9BYTtG

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkKgL8UE0Df

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkBaPNeAZaX

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzTdsV5P79L

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡksiheVr3xy

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsaWfR3lAbG

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjHnDdAsGTt

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTlzYWNPmCu

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnFSf5uK0Kn

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcDskc7ubRt

Dan dia suka itu.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9wmQ2MCtfv

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKRcrHkFBuf

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFwtP7hQNw

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4LO6mZG3j8

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj3kt9lMn0q

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoFeHaS4okA

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0IHzy08DLg

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDMh1dYlnpG

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiepgxc4s26

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡedfNFc4cBZ

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡduZSzf5GoD

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQMLey0kheI

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5iGuQnVxaC

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡegNt3a5sYn

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkAfROqyFBq

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Cg0GBvsqB

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvT7t4R6YmE

25592Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvvZ0WrGbMq

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.251da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: