
Malam merambat pelan, Aisyah duduk bersila di tempat tidur anaknya, mendengarkan dengan penuh kasih cerita riang sang buah hati tentang pelajaran di sekolah. Tangannya yang lembut sesekali membelai rambut kecil itu, sementara di sudut lain pikirannya, bayang-bayang Bayu dan Adi terus mengintai.
365Please respect copyright.PENANA4lHPCb2XIn
"Kamu mama ajarin yang baik-baik, eh mama diajarin nakal sama orang lain," batinnya, tersenyum getir saat anaknya tertawa polos.
365Please respect copyright.PENANAX3nDeYRmgU
Matanya tak sengaja melirik ponsel yang terbaring diam di samping bantal. Tak ada notifikasi. Tak ada cahaya yang menyala. Hanya kegelapan yang menyergap, sama seperti keraguan yang terus menggerogoti hatinya. Setelah memastikan anaknya terlelap, Aisyah berjalan ke kamarnya sendiri. Baru saat itulah ia memberanikan diri mengambil ponsel dan ternyata ada satu pesan dari nomor tak dikenal.
365Please respect copyright.PENANATYaa6uH6SH
"Apakah ini Bayu? Atau Adi yang sedang menyamar?" pikirnya, jari sudah mengetuk layar dengan sikap masa bodoh. Ia pun membuka pesan tersebut
Pesan dari Bayu:
"Aisyah, ini nomor aku, Bayu. Maaf, aku sama sekali tidak paham mengapa kamu bisa mengira aku adalah Adi. Dan kenapa sampai kamu apus segala Aplikasinya?"
Aisyah (mengernyit, jari menari cepat di atas layar): "Karna aku memang sudah berniat menghapus aplikasi itu. Lagi pula kamu pikir aku bodoh? Gaya bicaramu, cara kamu memanaskanku, semuanya terlalu mirip dengan Adi. Aku nggak percaya ini kebetulan."
Bayu (diam sejenak sebelum membalas) : "Kalau aku bilang iya, apa bedanya? Kamu tetap akan meragukanku. Tapi percayalah, aku bukan Adi."
Aisyah (suara dalam hati mulai gemetar): "Buktikan. Videocall sekarang. Aku mau lihat wajahmu."
Bayu (menghindar): "Aku lebih suka tetap begini. Identitas asliku nggak penting. Yang penting, kita berdua puas dengan apa yang terjadi, kan?"
365Please respect copyright.PENANA5vTf9Kf7Pu
Aisyah (mulai kesal, jari mengetik lebih kasar): "Nggak, Bay! Aku nggak mau main petak umpet lagi. Kalau kamu benar-benar bukan Adi, tunjukkan dirimu. Atau aku akan berhenti."
Bayu (berusaha menenangkan): "Kamu nggak akan bisa berhenti, Aisyah. Kamu butuh aku untuk mendapatkan Adi."
Aisyah (tertawa getir, emosi mulai memuncak): "Percaya diri banget kamu?! Emang kamu ngerasa aku gak bisa dapetin Adi dengan caraku sendiri?"
Bayu (masih berusaha menenangkan): "Kalau kamu memang bisa sendiri seharusnya kamu sudah mendapatkan Adi jauh sebelum kenal aku"
365Please respect copyright.PENANA0SWhjbDhJs
Aisyah cukup kesal membaca balasan dari Bayu, karna memang benar, jika tanpa Bayu, hubungannya dengan Adi tak pernah selangkah lebih dekat, lebih intim. Terbukti, untuk pertama kali dalam hidupnya Aisyah memberanikan diri mengirim foto telanjang kepada seorang pria.
Bahkan mantan suaminya saja tidak pernah mendapatkan hal itu darinya, ketika mereka masih menjadi sepasang suami istri. Aisyah pun menghela nafas, dan jemarinya kembali mengetik perlahan,
365Please respect copyright.PENANAM0yMqfxEgQ
Aisyah: "Kalau aku kasih pilihan ke kamu, kita videocall tanpa perlu kelihatan wajah gimana?"
Bayu: "Maksud kamu?"
Aisyah (kembali menarik nafas panjangnya, lalu kemudian ia mengetik): "Ayo kita videocall seks sebagai bukti kalau kamu memang bukan Adi, aku mainin memek aku, kamu mainin kontol kamu, aku gak mau kamu ngirimin foto kontol kamu, bisa aja itu dari google"
Bayu: "Kamu gila Yah! Itu bukanlah sebuah solusi, kamu benar-benar sudah gila Adi ya sampai kamu segininya?!"
365Please respect copyright.PENANAp8ywRN2F9V
Aisyah (mengeram marah, ia mengetik kasar dengan jemarinya): "IYA AKU UDAH GILA KAMU KAK! KAMU BIKIN AKU SANGE, FRUSTASI DAN SEBAGAINYA, AKU UDAH NGERASA JADI LONTE KARNA KAMU KAK! KENAPA SIH KAMU GAK BISA NGASIH HATI KAMU KE AKU? AKU KURANG KASIH APA LAGI SIH UNTUK KAMU?!"
“AKU UDAH RELA KALAU KAMU MAU PAKE AKU KAK, BENERAN AKU GAK AKAN NOLAK KALAU KAMU MAU NGAJAK NGENTOT AKU, KARNA AKU SUKA KAMU, JADI UDAH PLEASE BERHENTI PURA-PURA JADI ORANG LAIN, AKU PERCAYA KAMU ADI KAK!!”
365Please respect copyright.PENANA5SaqlfD18G
Aisyah mencurahkan segala emosinya kepada orang Bayu—Adi, tidak peduli mana yang benar, karna saat ini yang ia butuhkan adalah sebuah kejujuran dari orang yang dia ajak bicara.
365Please respect copyright.PENANAelSRE896i0
Bayu: "Aisyah! Dengerin aku baik-baik! Kita tuh mainan dating apps yang dimana pasti ketemu orang-orang random, dan gak mungkin kita mencari orang dengan sangat spesifik yang kita cari dari aplikasi itu. Gak mungkin aku ini adalah Adi, Yah… Coba kamu pikirkan baik-baik, kalau aku memang Adi, bagaimana caranya aku bisa mencari kamu dari aplikasi dating apps? Harus berapa ratus atau berapa ribu kali aku swipe sampai akhirnya aku benar-benar ketemu profile kamu?! Udah deh kamu kenapa jadi gila gini sikapnya…"
365Please respect copyright.PENANAjjNi8HDR6X
Melihat situasi ini, Bayu berusaha untuk menenangkan Aisyah, ia berharap Aisyah sadar bahwa apa yang ia pikirkan tentang dirinya adalah Adi itu tidak benar. Keheningan pun datang disela-sela pergulatan emosi mereka berdua.
Namun ada pesan yang kembali masuk ke ponsel Aisyah, ternyata itu pesan dari Adi.
Aisyah menatap layar ponselnya, air matanya seketika jatuh di atas keyboard ketika ia membaca pesan yang masuk dari Adi:
Adi: "Kalau mau aku seriusin, besok kita ketemu. Tapi syaratnya aku rekam pas kamu lagi aku pake. Kalau kamu ga mau? Ya udah, cari cowok lain aja yang mau sama lonte hijab kayak kamu."
365Please respect copyright.PENANAGa04IhTspV
Seketika itu juga, dunia Aisyah runtuh, Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan, membasahi pipi yang semalam tersipu malu saat mengirim foto-foto nakalnya. "Kenapa aku sampai segininya?" bisiknya dalam hati. Dia ingat betul bagaimana Adi memujinya, merayunya, membuatnya merasa istimewa sebelum akhirnya menghilang begitu saja, dan saat ini muncul hanya untuk memberi syarat yang lebih keji.
365Please respect copyright.PENANAQzE6cQu2Jv
"Aku udah kirim foto bugil, bahkan pose mesum… tapi tetap aja aku cuma dipandang sebagai mainan?" bisiknya getir.
365Please respect copyright.PENANAZIG1H6lqbb
Dia mengepal tangan, marah pada dirinya sendiri. Marah karena bodoh. Marah karena tetap mengejar seorang Adi yang hanya mempermainkannya. Tidak ada cinta yang berbalas disana. Baginya saat ini sudah tidak ada bedanya, mana yang benar-benar “Adi”.
365Please respect copyright.PENANAuFhb3Vhx4D
“Kamu dari awal udah mencoba ngerusak aku, baiklah aku akan beneran jadi rusak sekalian" akhirnya Aisyah mengirim pesan lagi kepada Bayu, kepada nomor yang mengatakan dirinya adalah Bayu.
Karna barusan Adi mengatakan akan mengajaknya ketemu, maka ia mencoba menjawab ke persona Adi yang ada dibalik “Bayu” ini
365Please respect copyright.PENANADFxy7fwGAH
Aisyah: "Kalau kamu nggak mau videocall, ketemu aja langsung yuk. Aku rela, Bay. Aku rela kamu pake aku semau kamu. Tapi aku harus tahu—kamu Adi atau bukan?"
Ponsel kembali diam. Bayu tak langsung merespons. Aisyah menatap layar kosong, dadanya sesak antara kemarahan dan keinginan yang tak terbendung. Sedangkan disebrang sana, Bayu juga jadi frustasi atas sikap Aisyah.
“Baiklah kalau itu yang kamu mau Aisyah.” ucapnya sebelum ia mengetik untuk membalas pesan dari Aisyah.
365Please respect copyright.PENANAYPtL5FQrgr
Bayu: "Kamu benar-benar nggak bisa diatur, ya? Baiklah. Tapi ingat kalau kita ketemu, nggak ada jalan kembali untuk kamu."
Aisyah menatap pesan itu, bibirnya bergetar. Ia tahu ini mungkin kesalahan besar. Tapi di tengah kegilaannya, satu hal yang jelas:
Ia lebih takut kehilangan “Bayu” daripada kehilangan dirinya sendiri, ia memang mencintai Adi, tapi hatinya sudah memantapkan untuk memilih “Bayu” yang sebenarnya adalah “Adi” baginya.
Bayu: "Besok aku akan datang ke kotamu, aku harap besok kamu bolos kerja! Tunggu kabar dari aku Yah."
Aisyah: "Dengan senang hati aku akan menanti kabar dari kamu Mas.”
365Please respect copyright.PENANArIx0kfs3bU
***
365Please respect copyright.PENANAGDKE3WyVDG
Sejak subuh tadi, Aisyah sudah terbangun dan merasa tidak tenang, ia kembali mengingat apa yang terjadi semalam. “Sudah benarkah pilihanku ini? Sudah tepatkah?” ucapnya.
365Please respect copyright.PENANA8MiaXOBzld
Ia melirik lagi ponselnya, tidak ada tanda pesan yang masuk dari Adi, ia semakin yakin bahwa Bayu adalah Adi. Ia meyakini bahwa Adi membeli nomor baru dan menyamar jadi seseorang yang bernama Bayu.
Waktu berjalan terus dan selama itu pula Aisyah merasa semakin gelisah, hatinya berdebar dengan kencang, membawa sebuah rasa takut dan menyesal atas keputusannya menantang sebuah pertemuan. Ia pun sudah meminta izin kepihak sekolah bahwa ia tidak bisa masuk mengajar karna ia terkena demam setelah seminggu full aktif membuat soal dan mengajar intens untuk persiapan ujian sekolah.
365Please respect copyright.PENANA7ynznS4ykR
Untungnya pihak sekolah mengerti, karna memang Aisyah merupakan guru yang cukup dipandang kinerja kerjanya. Dan bagi Aisyah itu adalah alasan yang paling masuk diakal untuk membuat dirinya bolos mengajar untuk hari ini, lagipula besok adalah hari sabtu. Ia yakin pertemuannya dengan Bayu—Adi ini akan berakhir diranjang, dirinya merasa siap dan tidak mengingat sudah lama sekali dirinya tidak melakukan hubungan seks.
365Please respect copyright.PENANAN6gvD4ZnBM
Pikirannya berkelana, apa yang akan ia lakukan jika seandainya tebakannya benar, bahwa Bayu adalah Adi? Ia pasti akan menjadi liar untuk Adi sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Adi. Untuk memperlihatkan bahwa dirinya pantas memiliki Adi dan hanya satu-satunya yang dapat memuaskan Adi.
Pikirannya terus berkelana hingga akhirnya pesan dari Bayu muncul
365Please respect copyright.PENANA3yxsOM2qcg
Bayu: "Kamu suka kan, jadi anak nakal?" Bayu, yang kini tak lagi menyembunyikan nada manipulatifnya, mulai bermain lebih kotor.
"Kamu butuh lebih dari sekadar pesan, kan? Butuh tangan kuat yang bikin kamu benar-benar takluk," godanya, membuat Aisyah menghela napas berat.
"Bayangkan aku sebentar lagi ada di sana, menahanmu, memaksamu mengakui betapa kotornya keinginanmu menjadi seorang lonte, menjadi pemuas nafsu untuk aku." tulis Bayu.
365Please respect copyright.PENANAXxbyb9Zl2i
Aisyah menelan ludah, ucapan Bayu selaras dengan pikiran nakalnya beberapa menit lalu. Tubuhnya merespons setiap kata. Tanpa sadar, tangannya mulai meraba dadanya, membiarkan imajinasi Bayu menguasainya.
365Please respect copyright.PENANACCQKnwVncs
Aisyah: "Bayu... Aku nggak tahan lagi. Setiap kali kau ajak main begini, aku jadi kayak perempuan murahan. Bahkan sekarang... aku merasa seperti lonte yang hanya mikir satu hal."
Bayu: "Oh? Lonte yang mana? Yang nurutin nafsunya sendiri, atau yang mau nurutin apa yang aku suruh?"
Aisyah: "Dua-duanya. Aku nggak mau mikir lagi. Aku cuma mau kamu perlakuin aku sesukamu Kak. Kamu paksa aku ngakuin kalau aku memang pantas cuma buat dipake."
Bayu: "Baru kali ini aku dengar kamu jujur. Jadi selama ini kamu cuma pura-pura alim, ya? Padahal dalam hati, kamu pengin dihina, dikasih perintah, ditundukin sama lelaki yang bahkan belum pernah kau lihat secara langsung?"
365Please respect copyright.PENANAMxVK4Fd7S3
Aisyah: "Iya! Iya, aku nggak mau bohong lagi. Aku lelah. Sekarang... tolong, kak Adi. Aku nggak kuat. Bilang aja apa yang harus aku lakukan. Bahkan kalau kamu mau suruh aku ngomong kotor. Bakalan aku buktiin ke kamu!"
Bayu: "Sebentar lagi kita akan ketemu, aku bakal bikin kamu kecanduan aku. Kamu siap?"
Aisyah: "Aku mau, aku mau kamu buat aku benar-benar tak berdaya kak Adi."
Bayu: "Aku udah gak peduli kalau kamu masih nganggep aku Adi, Yah. Aku tahu kamu udah gila Adi."
“Tapi kamu sadar, kan? Sekali kamu masuk ke kamar hotel yang aku pesan, siapapun sosok aku, tidak ada jalan keluar untukmu Aisyah."
365Please respect copyright.PENANAZDaCOqa6U4
Aisyah menggigil membaca balasan Bayu, entah karena takut atau gairah yang tak terbendung. Di kepalanya, hanya ada satu keinginan sekarang: Ingin bersetubuh, dipuaskan, dihancurkan.
Dan entah mengapa, ia tak peduli lagi apakah Bayu dan Adi adalah orang yang sama. Yang ia masih percayai, bahwa “Bayu” adalah “Adi”, ia percaya bahwa Bayu adalah calon kekasih yang selama ini ia idam-idamkan.
365Please respect copyright.PENANAdNrY9QzHi3
Aisyah: “Gapapa kak kalau kamu masih mau berpura-pura kalau kamu bukan Adi, aku akan ikut permainan kamu, aku suka kok, kamu bikin memek aku berdenyut kak.”
Bayu: "Dasar lonte! Satu jam lagi aku sampai, siap-siap early check-in, ini alamatnya! Segeralah datang!”
Aisyah menatap pesan itu, nafasnya tersengal. Di kepalanya, suara kecil masih berteriak agar dia berhenti, tapi keinginannya jauh lebih kuat.
365Please respect copyright.PENANA0UEgAfLML2
Dengan gemetar, jarinya mengirimkan sebuah deklarasi,
Aisyah: "Aku... aku cuma lonte yang butuh dikasih tau siapa tuannya..."
Dan saat itu, ia tahu—tidak ada jalan kembali dari kenistaan ini.
365Please respect copyright.PENANADe1qwdDqtp
***
365Please respect copyright.PENANATZxouk8QKs
Jam 09:12
Aisyah berdiri di depan pintu kamar hotel itu, kamar 208. Napasnya berat, dia tidak tahu apakah ini akhir—atau awal yang lebih gelap untuknya. Sudah tidak ada jalan kembali, ia pun dengan begetar mengetuk pintu kamar itu.
Tak lama pintu terbuka, Aisyah pun segera masuk dengan perasaan yang semakin berdebar, kepalanya menunduk melihat kearah lantai karna ia tak sanggup melihat kearah sosok yang akan ada di balik pintu itu. Setelah melewati daun pintu tersebut, terlihat sosok seorang laki-laki berbadan tegap, dengan perut agak buncit dari sudut matanya, dan benar saja ketika ia mengangkat kepalanya,
(Napasnya berat, jari gemetar) "Jadi benar... kamu bukan Adi?" ucap Aisyah ragu-ragu.
365Please respect copyright.PENANAmAUztMcYvj
"Bukan. Aku sudah mengatakannya dan meyakinkan kamu kalau aku bukan Adi. Tapi kamu sendiri nggak peduli, kan?” balas Bayu santai.
Aisyah menatap Bayu, air matanya meleleh, "Aku... aku nggak tahu lagi… Kamu gak bohongkan? Kamu gak lagi jebak aku kan?!”
Bayu pun mencengkram dagu Aisyah dan menekan tubuhnya kearah dinding, “AKU UDAH BILANG KALAU AKU BUKAN ADI! DAN KAMU MASIH NGOTOT KALAU AKU ADALAH DIA! DAN SEKARANG AKU TERIMA TANTANGAN KAMU UNTUK KETEMU DAN KAMU BILANG AKU BOHONG, NGEJEBAK KAMU?!”
365Please respect copyright.PENANAQyJQaRKpWv
Aisyah mulai menangis, ia menyesal atas keputusannya. Bahwa ternyata, pria yang ia kira duga adalah Adi, ternyata benar-benar orang lain.
“Kamu yang minta untuk ketemu aku, kamu pun bilang kamu akan rela aku nyetubuhin kamu, bahkan kamu gak akan nolak apa yang aku suruh. Akan aku buat kamu ngelupain Adi" ujar Bayu menekankan.
Aisyah menatap dalam-dalam mata Bayu, air mata terus mengalir, ia sudah kalah, ia tahu ia tidak mampu lari dari situasi ini. Ia sadar, ketika ia memasuki kamar ini, dirinya akan menjadi milik siapapun yang ada di dalam kamar ini.
"Mas.. hiks..hiks.. Aa..aku nggak mau mikir lagi... Perlakukan aku kayak lonte. Pokoknya... buat aku lupa semuanya."
365Please respect copyright.PENANAFCQ0QE0a5U
Bayu menarik wajah Aisyah untuk mendekat kearahnya "Bilang—'Aku cuma perempuan murahan yang pantas dipake siapa aja.”
Air mata Aisyah semakin mengalir deras, ia ingin berteriak, lari dari permainan kotor ini. Tapi disisi lain... ia sudah terlalu jauh, sudah bukan menjadi Aisyah yang mampu menjaga martabatnya.
Dengan gemetar, ia mulai mengucapkan perintah Bayu.
"Aku... aku cuma perempuan murahan yang pantas dipake siapa aja..."
365Please respect copyright.PENANAp1zU9ZkIOJ
Dan entah mengapa, mengakuinya justru membuatnya perlahan terbakar nafsu yang bangkit seketika. Mungkin efek dari doktrin yang sering dilakukan oleh Bayu dan saat ini hasilnya terlihat dari respon Aisyah. Di matanya, Bayu sangat mendominasi dan itu membangkitkan sisi terpendam Aisyah.
365Please respect copyright.PENANAHzjv3Q6mpu
“Bay… aku rela jadi apa aja yang kamu mau. Lonte kamu, budak seks, terserah. Aku udah ga peduli lagi. Aku udah kotor, sejak aku kirim foto bugil buat Adi, aku ngerasa udah gak ada harga diri lagi. Jadi yaudah… rusakin aku aja sampe kamu puas. Tapi… janji ya? Jangan tinggalin aku seenaknya kayak dia yang sering ngilang.”
365Please respect copyright.PENANAafTywm8IZp
“Aku—" Aisyah menelan ludah., mempersiapkan hatinya untuk benar-benar dimiliki Bayu, meski hatinya kacau.
"Aku nggak peduli apa-apa lagi. Sekarang, please... suruh aku melakukan sesuatu. Apa saja. Aku mau jadi milikmu hari ini."
Bayu pun mengusap sisa-sisa air mata di wajah Aisyah, "Baik. Buka baju. Perlahan. Dan katakan ‘Aku cuma lonte yang butuh dikasih tau siapa tuannya’ seperti yang kamu bilang tadi pagi.”
365Please respect copyright.PENANAgaQjNbmUj7
***
365Please respect copyright.PENANAxoaO5SpQlV
Jam 10:20
365Please respect copyright.PENANA53kFGBYaVX
Bayu menatap Aisyah yang tergeletak lemas di atas ranjang, tubuhnya masih berkeringat dari sebuah pertempuran penuh birahi, "Masih belum cukup, lonte?" ujarnya kasar, sambil menarik rambut Aisyah hingga kepalanya terjungkal ke belakang.
Aisyah mengerang, tapi bukan protes—ia merintih karena ingin lebih, "Bay... aku nggak tahan... tapi jangan berhenti..."
Bayu tertawa pendek, lalu menamparnya keras, tapi tidak cukup untuk melukai. Hanya cukup untuk membuat Aisyah terengah, "Kamu nggak pantas minta apa-apa. Kamu cuma boleh nerima apa yang gue kasih."
Dengan gerakan kasar, Bayu membalikkan tubuh Aisyah, menekan wajahnya ke kasur. Tangannya mencengkeram pinggul Aisyah, memaksanya melengkung—posisi yang membuat Aisyah tak punya kendali sama sekali.
"Bay—tunggu—!" Aisyah mencoba memohon, tapi tubuhnya justru merespons, semakin basah, semakin siap.
Bayu tidak memberi waktu. Dengan satu hentakan kasar, ia memaksa masuk, membuat Aisyah menjerit. Tapi jeritannya berubah jadi erangan panjang, campuran antara sakit dan kepuasan yang tak tertahankan. Dinding-dinding vaginanya pun mencengkram erat batang penis Bayu.
365Please respect copyright.PENANAz6G5y6I1qR
"Sial... baru satu ronde ini memek udah ketagihan ya?" desah Bayu, napasnya berat di telinga Aisyah. "Dasar lonte... udah mulai gak bisa lepas dari kontol gue."
Aisyah menangis, tapi tidak melawan. Tangannya mencengkeram sprei, mulutnya terbuka dalam erangan tak terkontrol, "Ampun, Bay... tapi jangan berhenti... tolong...!"
Bayu mempercepat ritme, setiap dorongan lebih keras dari sebelumnya. Aisyah terguncang, tubuhnya bergetar liar, tapi ia tidak ingin ini berakhir.
365Please respect copyright.PENANAPIjF1aXY2i
"Kamu mau apa, Aisyah? Bilang!" bentak Bayu, sambil menarik rambutnya lagi.
"Aku mau... aku mau dipake terus... jadi lonte kamu... jangan berhenti, Bay...!" Aisyah menjawab, suaranya pecah antara isak dan kepuasan.
365Please respect copyright.PENANAFQDx7gnxDq
***
365Please respect copyright.PENANAzHNmTwMlgL
Jam 12:08
Aisyah terlentang di atas kasur, rambutnya sudah acak-acakan, tubuhnya lemas tapi masih meronta-ronta seperti ikan yang kehausan udara, "Udah puas?" tanya Bayu dengan nada mengejek.
"Nggak… belum puas…" desisnya, suaranya serak. "Aku mau lagi, Bay… tolong…" Aisyah menggeliat, kakinya masih gemetar.
365Please respect copyright.PENANALqriUNymZS
Bayu mendekat, jarinya menarik dagu Aisyah dengan kasar, "Lonte muslimahku masih laper ya? Padahal tadi udah nangis-nangis minta berhenti."
Aisyah mengangguk cepat, matanya berkaca-kaca tapi penuh keinginan.
Bayu tertawa, lalu mendekap erat wajah Aisyah, "Bilang... Bilang dengan jujur. Apa yang kamu mau?"
Aisyah menggigit bibirnya, tapi kata-kata itu keluar dengan sendirinya—tanpa malu, tanpa ragu, "Aku mau kontol kamu, Bay… aku mau kamu masukin lagi… tolong… aku nggak tahan…"
365Please respect copyright.PENANAZBoryaVxQM
Bayu memandangnya dengan tatapan penuh nafsu, ia pun berdiri turun dari kasur dan berjalan kesamping Aisyah, "Kamu sadar nggak, kalau kamu sekarang udah nggak bisa hidup tanpa ini?" ucap Bayu sambil menggenggam batang kejantanannya.
Aisyah menggeleng, tubuhnya sudah bergerak sendiri, merangkak mendekatinya seperti peminta belas kasih, "Aku nggak peduli… pokoknya jangan berhenti… aku mau selalu jadi lonte kamu…"
365Please respect copyright.PENANACLiztCo9k5
Bayu menarik napas dalam, lalu menatapnya dengan pandangan yang membuat Aisyah menggigil. Bukan karena takut, tapi karena gairah yang meluap, "Kalau gitu.." Bayu menarik kepala Aisyah. Tak perlu menanti lanjutan kalimat Bayu, Aisyah langsung membuka mulutnya.
365Please respect copyright.PENANA0IiMCAeqUM
Bayu pun menindasnya lagi, membenamkannya ke dalam dunia yang nantinya hanya berisi erangan, desahan, dan kepuasan tanpa batas.
365Please respect copyright.PENANAMA5KFE6GiV
***
365Please respect copyright.PENANAtcq0i6V29i
Jam 15:40
Bayu mendengus puas, lalu menancap lebih dalam, membuat Aisyah menjerit lagi—jeritan yang berakhir dalam desahan panjang, tubuhnya kejang-kejang di antara rasa sakit dan nikmat yang tak tertahankan.
Ketika akhirnya Bayu melepas semua di dalamnya, Aisyah hanya bisa tergeletak, napasnya tersengal-sengal, matanya kosong, tapi bibirnya tersenyum.
"Kamu udah hancur, dan kamu suka banget, ya?" bisiknya sambil menepuk pipi Aisyah dengan kasar.
365Please respect copyright.PENANAt1yryXKFGz
Aisyah mengangguk lemah. Ia tidak menyesal. Bahkan, dalam hati kecilnya, ia berterima kasih pada Bayu—karena akhirnya, ia merasa "berguna, dibutuhkan, diinginkan" setelah sekian lama.
Tubuhnya lemas setelah permainan brutal Bayu. Nafasnya masih tersengal, kulitnya bersimbuh peluh, tapi matanya masih penuh keinginan. Bayu duduk di sampingnya, menatapnya dengan tatapan puas tapi masih menyimpan nafsu yang belum sepenuhnya terlampiaskan.
"Bay… aku… aku nggak bisa berenti…" ucap Aisyah dengan suara parau, masih ngos-ngosan.
365Please respect copyright.PENANAVmzjg91y21
Bayu mengusap rambut Aisyah yang basah, senyum menantang, "Tadi siapa yang bilang bisa dipake semau aku?"
Aisyah merintih, tubuhnya bergerak lemah mencari sentuhan Bayu lagi, "Aku mau lagi… tolong, Bay… hancurin aku lebih dalem. Aku nggak tahan… tadi enak banget…"
Bayu menarik dagu Aisyah, memaksanya menatap matanya, "Bilang. Bilang kalo kamu cuma lonte aku. Bilang kalo kamu rela diginiin kapan aja aku mau."
Aisyah menggigit bibir, tapi matanya tak bisa bohong—ia menginginkannya, "Aku… aku lonte kamu, Bay. Aku rela diginiin kapan pun kamu mau… pokoknya jangan berenti…"
365Please respect copyright.PENANAp7jJzJqwFI
Bayu tersenyum, tangan mulai menyusur ke bawah, menyentuh vagina Aisyah yang penuh dengan spermanya,
"Baru setengah hari kamu udah begini? Kamu tau kan, aku belum puas banget ngerusak kamu. Aku mau denger kamu teriak lagi. Mau nggak?"
Aisyah pun mengangguk cepat, nafasnya memburu, "Mau… aku mau, Bay! Aku mau kamu rusakin aku lebih dalem! Aku nggak mau berenti!"
365Please respect copyright.PENANA1RGqNhMJtv
Bayu mendesah puas, ia pun kembali menindih tubuh Aisyah, "Lonte emang harus patuh."
Aisyah merasakan tangan Bayu mencengkeram, memaksanya menyerah sepenuhnya. Ia mengerang, tapi kali ini—ia tak melawan. Bahkan, tubuhnya merespons dengan liar, seolah memang diciptakan untuk dinikmati sekejam ini.
"Bay… aku… aku bakal jadi apapun yang kamu mau… pokoknya jangan tinggalin aku…" ucap Aisyah dengan suara terisak, tapi penuh kepuasan.
"Tenang, sayang. Kamu udah milik aku sekarang Yah. Aku bakal pake kamu, sampe kamu lupa siapa diri kamu sebelum kenal aku." jawab Bayu sambil mendesah di telinganya, lalu menggigit lembut.
365Please respect copyright.PENANAcBhO0awor9
Dan di tengah desahan, erangan, dan cengkeraman yang semakin brutal, Aisyah tersadar, ia sudah jatuh ke jurang, tapi entah mengapa… ia sama sekali tidak ingin diselamatkan.
365Please respect copyright.PENANAhXXLTFivtq
Aisyah tidak lagi memikirkan Adi. Tidak lagi memikirkan harga dirinya. Satu-satunya yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Bayu, kontol Bayu, dan bagaimana caranya agar ia bisa terus merasakan ini selamanya. Ia mengakui bahwa ia tidak lagi punya harga diri.
Dan ia tidak mau kembali. Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah menjadi tempat Bayu melampiaskan nafsunya—kapan pun, di mana pun.
365Please respect copyright.PENANAYLPLlHUKCe
Dan Bayu?
Ia hanya tersenyum, karena permainannya berhasil merusak seorang perempuan menjadi barang miliknya. Meskipun tidak ada dalam rencananya untuk memiliki Aisyah, tapi ia tidak akan melepaskan kesempatan ini, memiliki budak seks.
"Aku nggak mau jadi perempuan baik-baik lagi, Bay…" bisik Aisyah di antara napasnya yang masih tersengal. "Aku mau begini selamanya… jadi milik kamu sepenuhnya."
365Please respect copyright.PENANAS2uI05QTeB
Bayu hanya tertawa, sebelum kembali membenamkannya ke dalam dunia tanpa batas.
365Please respect copyright.PENANAEJcRajdIGA
365Please respect copyright.PENANALnz7qd05GX
TAMAT
ns3.149.230.209da2