
Masih di Hari Yang Sama
Sore itu, Aisyah duduk sendirian di ruang guru. Sambil menatap buku nilai yang belum selesai diperiksa, pikirannya melayang—bukan ke pekerjaan, bukan ke kelas berikutnya—melainkan ke satu nama, Adi.
Sudah hampir setengah hari penuh Adi tak mengirim pesan lanjutan, setelah kiriman foto kejantannya kepada Aisyah. Baginya, percakapannya terasa menggantung, Aisyah menunggu dengan hati yang gelisah. Ia berharap setidaknya ada kalimat ringan, atau sekadar emoji penanda bahwa ia masih ada dalam pikirannya.
328Please respect copyright.PENANAMZlefDtzE6
Tapi yang ia dapat hanya sunyi.
328Please respect copyright.PENANA6XQ072os8C
Ponsel di tangannya terasa lebih berat dari biasanya. Berkali-kali ia membuka layar, hanya untuk menatap kosong, berharap ada notifikasi yang tak kunjung datang. Rasa tidak sabar mulai berubah menjadi kecewa.
Lalu, ia membuka percakapan dengan Bayu.
Aisyah: "Bayu… aku bingung. Kenapa ya, cuma aku yang kelihatan excited? Kenapa Adi malah biasa aja? Padahal dia udah tahu sisi lainku. Tapi malah dia yang menjauh."
Bayu membalas dengan nada tenang seperti biasanya.
Bayu: "Mungkin karena kamu terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti. Tapi aku mengerti, Yah. Kamu pengen dicintai, kan? Diterima… bahkan dalam sisi terdalammu."
Aisyah: "Iya. Bahkan saat banyak laki-laki ngedeketin aku, aku cuma pengen Adi. Gak tahu kenapa. Padahal dia datang dan pergi sesuka hati."
Bayu terdiam sebentar sebelum mengirim pesan yang lebih panjang.
Bayu: "Mungkin... karena dalam diamnya Adi, kamu merasa tertantang. Kamu pengen tahu, seberapa jauh kamu bisa buat dia balik dan benar-benar melihat kamu. Tapi kamu juga sadar, kamu sedang menggantungkan hatimu di tempat yang gak stabil."
328Please respect copyright.PENANAaypJXmNHIf
Aisyah membacanya perlahan, merasa seperti sedang dibuka satu per satu lapisan dirinya yang bahkan belum sempat ia pahami sepenuhnya.
Bayu: "Kamu tahu, kan? Kadang rasa ingin dicintai bisa berubah jadi rasa ingin dimiliki. Dan itu berbahaya kalau kamu gak hati-hati."
Aisyah: "Lalu aku harus gimana?"
Bayu, dengan caranya yang halus namun menusuk, memberi saran yang membuat Aisyah merenung dalam.
Bayu: "Biarkan rasa itu ada. Tapi jangan kamu serahkan semuanya ke Adi. Coba balikkan situasinya—bukan kamu yang menunggu, tapi kamu yang membuat dia penasaran. Tahan, kendalikan. Jangan kamu habiskan semua energimu untuk seseorang yang belum tentu menoleh ke arahmu dengan utuh."
328Please respect copyright.PENANAjQluKVDbDt
Kata-kata Bayu seperti menjatuhkan setetes air ke hati Aisyah yang sedang keruh. Ia tahu Bayu benar, tapi rasanya tidak semudah itu. Karena ketika hatinya tertambat, logikanya seringkali kalah.
Namun... ada satu bagian kecil dari dirinya yang mulai tergerak. Rasa penasaran Bayu terhadap bagaimana jauh Aisyah bisa menyerahkan dirinya secara utuh kepada Adi menjadi sebuah permainan psikologis yang Aisyah sadari kini sedang terjadi—dan anehnya, ia tak langsung menolak.
Ia ingin tahu, sampai sejauh mana ia berani berjalan demi perasaan yang belum tentu berbalas. Dan apakah benar, mengelola rasa bisa memberinya lebih dari sekadar harapan?
Di dalam hatinya, sebuah pertarungan sedang berlangsung: antara keinginan untuk dikejar dan rasa untuk menunggu.
Bayu: "Malam ini, kamu mau ngikutin permainan dari aku lagi?."
Seperti sebuah hantaman keras pada hati Aisyah, kalimat tanya dari Bayu membuatnya dilema. Ia tahu akan ada yang menarik untuk Aisyah nikmati setiap kali Bayu mencoba memainkan hasratnya, entah kenapa ia tidak ingin menolak.
Aisyah: "Terserah kamu mas, aku ngikut kamu aja." jawab Aisyah pasrah, karna sungguh hatinya saat ini memang terbagi dalam keinginan baru dan juga kebutuhan lama. Dan malam ini, ia akan memutuskan untuk terbawa arus lebih dalam…
328Please respect copyright.PENANAQY9EQaugbT
***
328Please respect copyright.PENANA5JpyxuCNs0
Malam pun datang. Hujan rintik turun pelan-pelan membasahi jendela kamarnya. Aisyah duduk bersandar di tempat tidur, ia sudah mengenakan daster longgar warna pastel. Rambutnya masih basah setelah mandi, dan aroma sabun melati menguar samar dari kulitnya. Lampu kamar sengaja ia redupkan, suasana tenang, tapi hatinya tidak. Sambil memeluk bantal, ia menatap ponselnya yang tergeletak di meja, berharap ada notifikasi. Hatinya sudah lama tidak sesibuk ini.
Ia pun mengambil ponsel itu dan menatap layar ponselnya. Tetap tak ada pesan baru dari Adi disana. Aisyah merasaa kecewa, kosong, seperti perasaan yang sudah terlalu sering diabaikan hingga ia tak tahu apakah masih layak berharap.
328Please respect copyright.PENANAu26h0lZQ9J
“Kenapa aku kayak gini, ya, Tuhan?” bisiknya lirih.
Tangannya perlahan membuka galeri foto. Ia menemukan potret dirinya dan anak laki-lakinya, sedang tertawa saat bermain sepeda minggu lalu. Di sana, senyumnya begitu tulus. Tapi malam ini, senyum itu terasa jauh.
Aisyah menghela napas panjang. Ia tahu dirinya kuat, tapi tak bisa menyangkal bahwa ia juga seorang perempuan biasa yang ingin dicintai, dipeluk, dan dianggap penting. Bukan karena citra atau status, tapi karena dirinya sendiri.
328Please respect copyright.PENANAD8dJdhgslC
Ia membuka aplikasi chat dan mengetik pesan ke Bayu:
328Please respect copyright.PENANAXkeD4TePEZ
Aisyah: “Aku sudah dirumah dan sudah beberes ya Mas, tapi jujur, aku merasa kosong, Bay. Bukan karena Adi gak balas. Tapi karena aku sadar… aku nunggu seseorang yang bahkan mungkin gak pernah niat hadir sepenuhnya."
Bayu tak langsung membalas. Tapi saat ia menjawab, pesannya pendek namun penuh makna:
Bayu: "Selamat datang nona Cantik, hmm kadang kita bukan butuh seseorang untuk datang, tapi butuh ruang untuk pulih."
Pesan itu membuat Aisyah menangis. Bukan karena sedih, tapi karena sepertinya baru kali ini ada yang benar-benar memahami luka yang tak pernah ia tunjukkan ke siapa pun. Ia sadar, dirinya belum sepenuhnya sembuh dari luka lama—dan Adi mungkin hanya bayangan pengalihan, bukan jawaban.
328Please respect copyright.PENANAUbs2KN6gyr
Perlahan, Aisyah mulai menulis di catatan ponselnya. Sebuah surat, tapi ia tak tahu akan dikirimkan ke siapa:
328Please respect copyright.PENANAjJlVkO4aUp
"Aku ini perempuan biasa. Aku tertawa, aku menangis. Aku pernah sangat kuat, tapi juga pernah jatuh sampai tak bisa berdiri. Aku ingin dipeluk tanpa dihakimi. Disentuh jiwaku, bukan hanya ragaku. Aku ingin tahu rasanya dicintai, tapi juga ingin merasa aman untuk mencintai. Apakah terlalu banyak jika aku minta itu semua?"
Air mata jatuh satu-satu. Tapi kali ini ia biarkan. Mungkin, ini caranya membersihkan ruang di hatinya agar bisa diisi oleh cinta yang lebih layak.
328Please respect copyright.PENANAHNE4rh85gV
Aisyah: "Mas Bayu, aku lagi nangis sekarang, aku bener-bener ngerasa sakit hati sama sikap Adi ke aku. Ini pertama kalinya aku ngirim foto seksi aku ke laki-laki, tapi responnya terilhat tidak excited sama sekali. Banyak kok laki-laki yang mau aku, dan aku rasa mereka juga mau tubuhku, tapi laki-laki ini kenapa rasanya bisa seenaknya aja ke aku…hikss”
Bayu: “Kamu boleh lelah jadi perempuan kuat terus. Sekali-sekali izinkan dirimu dimanja, dan merasakan apa itu bebas.”
Kata bebas terasa menggoda di telinganya Aisyah.
Aisyah: “Aku gak tahu ini langkah yang tepat atau enggak. Tapi aku pengen coba ngelepas semua beban hari ini. Aku cuma pengen ngerasa... jadi perempuan. Penuh. Hidup."
Bayu membalas dengan cepat, seolah sudah tahu arah isi hati Aisyah.
Bayu: "Kalau kamu percaya, malam ini biar aku temani kamu jadi dirimu sendiri. Tanpa topeng, tanpa tuntutan. Hanya kamu, dan rasa yang sudah lama kamu pendam."
328Please respect copyright.PENANAwuRT8eIsQt
Pesan itu membuat jantung Aisyah berdetak lebih cepat. Ia tak sedang jatuh cinta, tapi ia tahu, malam ini akan menjadi malam di mana dirinya berhenti menyangkal siapa dia sebenarnya—seorang perempuan yang pernah hancur, tapi masih ingin merasa utuh. Seorang ibu, seorang guru, tapi juga seorang perempuan yang masih punya mimpi dan keinginan.
328Please respect copyright.PENANAl11QXM5coa
Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Aisyah membiarkan dirinya menantikan malam. Bukan dengan rasa takut, tapi dengan rasa ingin tahu, ia rindu akan sesuatu yang tak berwujud kerinduan akan menjadi perempuan sepenuhnya. Ia sadar, bertahun-tahun sejak ditinggal mantan suaminya, tubuh dan jiwanya seperti hidup dalam pola bertahan. Ia kuat karena harus kuat. Tapi di balik semua itu, ada ruang kosong yang tidak pernah terisi.
328Please respect copyright.PENANAnGdQJHqqY8
Bukan hanya tentang cinta, tapi tentang sentuhan yang menghargai, percakapan yang memahami, dan sorot mata yang membuat dirinya merasa diinginkan. Bayu muncul dalam obrolan malam itu bukan hanya sebagai pria yang menggoda, tapi sebagai suara yang membisikkan sesuatu yang selama ini ia kubur dalam diam: bahwa Aisyah juga berhak merasa... dihidupkan.
328Please respect copyright.PENANAbf5B1AMHjl
Bayu: "Kamu pernah merasa dipeluk bukan karena kasihan, tapi karena seseorang benar-benar menginginkanmu?"
Kalimat itu masuk pelan, lalu tenggelam ke kedalaman perasaan Aisyah.
328Please respect copyright.PENANA2rfYWAtrkC
Ia memejamkan mata sejenak, dan tangannya menyentuh lengan sendiri. Ia membayangkan seseorang menyentuhnya tidak dengan tergesa, tapi dengan perlahan—dengan penuh penghargaan. Ia membayangkan bisikan di telinga, sentuhan lembut di punggung, tangan hangat yang menggenggam tanpa syarat. Ia membayangkan tubuhnya bukan sekadar wadah, tapi juga bahasa yang bisa didengar dan dimengerti.
328Please respect copyright.PENANAkkjKotAl43
Aisyah: "Jujur aku rindu sentuhan mas, aku kangen disentuh, merasakan dimiliki."
Bayu: "Kamu tahu, kalau aku jadi Adi, apa yang akan aku lakukan jika kamu membalas pesanku dengan binal seperti yang kamu lakukan kepadanya?"
Aisyah: "Apa?"
Bayu: "Aku akan memintamu ke kamar mandi, memintamu untuk membuat sebuah foto pengakuan jujur dari kamu."
Aisyah: "Foto seperti apa?"
328Please respect copyright.PENANAqk6LEyOeaH
Bayu: "Aku akan memintamu melepas 2-3 kancing seragammu, untuk memperlihatkan bagian tubuh yang tersembunyi dari balik seragammu, lalu aku akan meminta kamu foto dari tampak atas dan kamu berekspresi nakal sambil membuka mulutmu"
“Dan kamu akan mengetik, masukin kak Adi, ini tempat pembuangan peju kamu.”
328Please respect copyright.PENANAC4UFBYLV26
Membaca pesan dari Bayu, membuat seluruh tubuhnya bergejolak, kata-kata yang melecahkan itu membuat hasrat Aisyah bangkit. Bayu memang tahu bagaimana ia mempermainkan pikiran Aisyah dengan tepat, meskipun Aisyah sadar saat ini Bayu seperti melecehkannya.
328Please respect copyright.PENANA1EcIvvjKbt
Dengan hasrat yang terpanggil, Aisyah pun membalas.
328Please respect copyright.PENANA6EbLJ5LzgS
Aisyah: "Andaikan ia begitu mas, aku pasti akan lakukan seperti itu kalau ia minta."
Bayu: "Kalau begitu, mau ikuti permainan aku malam ini? Bayangkan kalau aku adalah dia, seenggaknya untuk kamu merasa dimiliki, untuk memulihkan rasa kecewamu hari ini?”
“Aku tidak memaksa, kalau kamu tidak mau.”
Tanpa ada jeda yang lama, Aisyah pun langsung membalas.
328Please respect copyright.PENANAqTuhEY8zx7
Aisyah: "Lakukan aja Mas, aku akan ngikut permainanmu.."
Bayu: "Jika Adi meminta seperti yang aku bilang tadi, lalu kamu kirim foto seperti itu, dan dia bilang kamu udah gak tahan banget ya ingin aku? Kamu bakalan bales apa?”
Aisyah: "Aku bakalan bilang, iya kak aku mau kamu, aku mau diapain aja sama kamu kak, aku sayang sama kamu."
Bayu: "Terus dia bilang, aku kamu kamu jadi lonte pribadi aku Yah, yang bisa aku pakai kapan pun dimanapun..”
Vagina Aisyah berkedut membaca bahasa-bahasa mesum dari Bayu, tubuhnya bergetar merespon pikirannya yang tiba-tiba berkelana sekaligus mendapatkan bahan rangsangan dari Bayu.
328Please respect copyright.PENANAKM5kDnSnZh
Aisyah: "Aku mau kak, aku mau jadi lontenya kamu, asalkan kamu jadiin aku milik kamu satu-satunya…”
Bayu: "Isep kontol aku Yah, perintah Adi, kamu jawab apa?”
Aisyah: "Sini aku isep kak, aku buka ya kak mulut aku…”
Bayu: "Adi megang kepala kamu, kedua tangannya memegang kepala kamu, sambil sodok-sodok kontolnya dalem-dalem ke mulut kamu. Terus dia bilang, enak kan kontol aku? Ini kan yang kamu mau.. jawab Yah..”
Aisyah: "Iya ini yang aku mau, ini yang bikin aku sange sama kamu kak, kontol gede panjang milik kamuuuu…”
Aisyah makin terstimulasi oleh pesan-pesan nakal dari Bayu, ia pun tidak tahan dengan gejolak libidonya yang sedang memuncak.
328Please respect copyright.PENANATVdJoFYoXc
Aisyah: "Bay, kamu bikin pikiran aku kemana-mana, miss v aku berkedut mas, butuh banget, butuh bangett dikawinin..”
Bayu: "Memek dan Dientot Yah! Ucapin yang bener! Ulang! Kamu lontenya Adi kan?! Lonte gak boleh ngomong yang sopan kalau mau dimilikin!”
Membaca balasan dari Bayu membuat Aisyah makin terbakar.
Aisyah: "Ahh iya.. Iyaa.. aku lontenya Adi, memek aku berkedut mas, butuh banget, di entot, butuh banget ngerasain kontol” Aisyah sudah lepas kendali.
Bayu: "Lacurin diri kamu malam ini Yah, buka baju kamu, mainin memek kamu sama puting kamu, nurut ya sama aku.”
Aisyah: "Iya mas, aku nurut, ini aku mau mainin putingnya sama memek aku..”
Bayu: "Malam ini kamu mau kan aku tuntun jadi perempuan nakal supaya Adi suka sama kamu? Supaya Adi mau sama kamu?”
Aisyah: "Mau mas mau.. Tuntun aku mas, ajarin aku yang jadi nakal..”
Bayu: "Kamu lontenya siapa Yah?”
Aisyah: "Lontenya kak Adi…”
328Please respect copyright.PENANAqyVLZX20hy
***
328Please respect copyright.PENANAefptm1rbyN
Pesan cabul dan mesum terus menstimulasi Aisyah, dirinya benar-benar dituntun menjadi seorang wanita yang jujur akan hasrat seksualnya. Bayu menuntun Aisyah dengan bahasa-bahasa yang kasar, seolah ia ingin benar-benar melepas segel sisi gelap dari Aisyah.
Selama satu jam penuh, pesan-pesan imajinasi nakal dari Bayu membuat Aisyah begitu terlena, hingga dititik Bayu meminta pengakuan dari Aisyah.
328Please respect copyright.PENANA8nvUuBr1DC
Bayu: "Otak kamu isinya udah kontol dan ngentot Yah?”
Aisyah: "Udah mas, udah isinya kontol sama ngentot ini, aku butuh banget dipake, aku butuh kontol kak Adi..”
Bayu: "Adi masih belum ngehubungin kamu?”
Aisyah: "Belum mas, aku udah gak peduli lagi Bay, aku capek hati sama dia.”
Bayu: "Kalau begitu, kamu berani kirim foto bugil kamu ke dia? Gak perlu keliatan muka, lalu kamu tulis captionnya, kalau kamu gak anggep aku serius, jangan nyesel aku jadi milik orang lain.”
328Please respect copyright.PENANAPt1DfIQLSG
Aisyah shock melihat pesan tantangan dari Bayu, ia pun gusar untuk melakukan hal itu atau tidak.
328Please respect copyright.PENANA4o97glXpp6
Aisyah: "Haruskah? Haruskah aku melakukan hal itu?”
Bayu: "Kalau kamu seniat itu dimiliki oleh Adi, bahkan gak masalah untuk jadi lonte pribadinya, kamu lakuin hal itu, nurut sama aku Yah…”
“Cuma laki-laki bodoh yang nolak kamu Yah..”
Aisyah: "Baiklahh…”
Aisyah pun melakukan tantangan yang diberikan oleh Bayu, ia pun berharap Adi segera meresponnya, karna tak ada yang diinginkan oleh Aisyah di dunia ini selain Adi.
Aisyah: "Udah aku lakuin yang kamu bilang, semoga ada respon dari dia…”
Bayu: "Semoga dia merespon kamu dengan baik ya, kalaupun nanti dia nyia-nyiain usaha kamu, apa yang kamu lakukan?”
328Please respect copyright.PENANA2BDCjGKP86
Aisyah merasa sedih membaca pesan dari Bayu. Aisyah menyadari, dirinya masih hidup. Masih punya keinginan. Masih ingin disentuh. Masih ingin merasakan kehangatan yang datang dari seseorang yang benar-benar melihat dirinya, bukan hanya perannya sebagai ibu, guru, atau janda.
328Please respect copyright.PENANAHj7vCfzXq1
Bahkan untuk pertama kalinya ia seperti ini hanya untuk seorang pria yang sepertinya tidak benar-benar menginginkannya. Aisyah telah menelanjangi dirinya untuk pria tersebut, demi sebuah cinta yang berbalas.
328Please respect copyright.PENANAgkyNhbA3uu
Aisyah: "Aku akan jadi lontenya orang yang mau sama aku, tapi aku tetep mau Adi…”
Ada keheningan sesaat sejak Aisyah mengetik pesan itu kepada Bayu.
Aisyah: "Kalau malam ini kamu ada di sini Bay, aku tak akan berkata apa-apa. Aku cuma ingin tahu seperti apa rasanya dipeluk seseorang yang melihat aku apa adanya. Aku ingin tahu bagaimana rasanya... jadi perempuan yang diinginkan, dan dengan apa yang masih tersisa dalam diriku."
328Please respect copyright.PENANAVa1HzjgLgg
Ia tak tahu apakah Bayu akan membalas. Tapi ia tahu, malam ini ia lebih jujur daripada sebelumnya—kepada Bayu, dan lebih penting lagi: kepada dirinya sendiri.
Ponsel Aisyah bergetar pelan di meja.
328Please respect copyright.PENANAHxnJeq8g2Y
Bayu: "Kalau malam ini aku ada di sana… aku tak akan langsung memelukmu, Aisyah. Aku akan duduk di sebelahmu, menunggumu siap. Karena aku tahu, yang kamu butuhkan bukan sekadar pelukan—tapi kehadiran yang tak menuntut, yang mengerti kapan harus diam dan kapan cukup menyentuh jemarimu."
Aisyah membaca perlahan. Nadinya berdenyut. Bukan karena kata-kata manis, tapi karena cara Bayu menempatkan dirinya… bukan sebagai objek, tapi sebagai perempuan yang masih punya hak untuk merasa.
Bayu tahu kapan harus bicara. Dan kali ini, kata-katanya menyentuh lapisan terdalam dari kerinduan Aisyah.
328Please respect copyright.PENANAeTVv368B2W
Bayu: "Aku ingin kau tahu, kamu tak salah karena menginginkan hal-hal yang dulu kamu simpan sendiri. Kamu manusia, Aisyah. Kamu perempuan. Dan kerinduanmu itu bukan kelemahan, tapi keberanian. Mungkin tak semua orang bisa melihat itu, tapi aku bisa. Aku melihatnya malam ini."
328Please respect copyright.PENANAQRsqZW8cnf
Aisyah meletakkan ponsel di dadanya. Ia memejamkan mata, dan dalam gelap, ia merasakan dirinya seperti mekar perlahan. Bukan karena pujian, bukan karena rayuan. Tapi karena didengar. Karena dipahami.
Tangannya menyentuh pipinya sendiri. Ada kehangatan yang merayap naik ke tengkuk. Ia membayangkan duduk di sebelah Bayu, hanya berdua, dalam hening yang cukup bicara. Mungkin mereka tak perlu menyentuh banyak hal, cukup saling tatap—dan Aisyah akan merasa… lengkap.
Ia mengetik balasan dengan pelan, namun tak ragu:
328Please respect copyright.PENANAG2Nw2uapWg
Aisyah: "Aku takut aku terlalu menginginkan ini, Bayu. Tapi lebih dari itu, aku takut merasa hidup kembali, dan tak ada yang benar-benar menangkap aku saat aku terjatuh. Kamu yakin bisa menampung semua kerinduanku?"
Balasan Bayu tak langsung datang. Tapi itu justru membuat Aisyah merasa lebih berdebar. Ia tahu, jawaban Bayu nanti bukan sekadar balasan pesan. Itu adalah penentu… apakah ia akan terus melangkah dalam cerita ini, atau kembali menutup pintu yang sempat terbuka. Dan dalam hatinya, Aisyah sadar…
Malam ini, dirinya tak hanya menunggu pesan. Tapi menunggu seseorang yang bisa menerima seluruh dirinya, bahkan bagian yang ia sendiri baru mulai berani hadapi. Matanya terkantuk, saat Aisyah akan menutup mata, muncul notifikasi dari Adi.
328Please respect copyright.PENANAfiZcwOskew
Adi: "Kamu nakal, apa aku bisa dapat foto lebih dari ini?"
Satu diantara kedua identitas yang tak kasat mata, yang selalu hadir dalam momennya masing-masing, Aisyah yang tersenyum tipis. Mengapa ia harus berhadapan dengan kedua sosok pria yang memiliki “waktunya” masing-masing.
Aisyah pun tidak peduli lagi, yang ia cari adalah kepastian untuk saat ini.
Aisyah: "Kamu mau minta apa emangnya?"
Adi: "Semua foto keindahan tubuhmu yang akan aku milikin."
Aisyah bergetar, air mata metes di sudut matanya, lalu tak lama pesan dari Bayu muncul
Bayu: "Kalau kamu jatuh, aku tidak akan menangkapmu, Aisyah... Aku akan turun, duduk di sampingmu, dan bilang, 'kita istirahat sebentar di sini, ya? Aku tidak datang untuk menyelamatkanmu. Aku datang untuk menemanimu."
328Please respect copyright.PENANAYldyvOY1zE
Aisyah menahan napas. Hatinya menegang, lalu melembut. Kalimat itu menusuk dalam, tapi bukan melukai—meluruhkan. Ia merasa dilihat, dikenali, diterima.
328Please respect copyright.PENANAMeByRy1c7L
Bayu melanjutkan: "Dan tentang rasa yang kamu takutkan itu, keinginanmu… aku tidak ingin memadamkannya. Aku ingin kamu belajar menyambutnya. Pelan-pelan, dengan percaya, bahwa kamu boleh merasa. Boleh menginginkan. Tanpa rasa bersalah."
"Kamu berhak, Aisyah. Kamu berhak merasa hidup lagi."
Air mata Aisyah semakin mengalir. Bukan karena sedih, tapi karena lega. Ada keintiman yang tak terbaca oleh kata, tapi terasa oleh hati.
Tangannya gemetar saat mengetik.
328Please respect copyright.PENANAJpZPtG2fnb
Aisyah: "Kamu tahu… aku sudah lama lupa bagaimana rasanya diinginkan tanpa dituntut. Diterima tanpa syarat. Dan kamu, dengan kalimatmu… seperti mengingatkanku pada sisi diriku yang dulu pernah ada. Yang dulu sempat mati, tapi sekarang mulai bernafas lagi."
328Please respect copyright.PENANAnBLNj7Rf64
Bayu tak langsung membalas. Tapi Aisyah merasa ia sudah mengerti jawabannya.
328Please respect copyright.PENANAYphuyfQzi0
Dalam diam, Aisyah menyentuh dadanya. Tubuhnya menggigil kecil, bukan karena dingin. Tapi karena perlahan-lahan, lapisan yang ia bangun selama bertahun-tahun mulai retak. Bukan karena runtuh—tapi karena ada yang mengetuknya dari dalam. Ia membayangkan: bagaimana jika malam ini, ia benar-benar bertemu Bayu?
Bukan untuk melakukan apa-apa. Tapi untuk saling hadir. Saling duduk. Memandang. Berbagi keheningan yang lebih jujur dari kata-kata. Dan jika nanti tubuhnya bergelombang rindu, setidaknya kali ini ia tahu—ia tak sendiri, namun kali ini ia tetap harus menentukan satu pilihan.
328Please respect copyright.PENANAv3iqzfRiui
Aisyah: "Mas Bayu, aku tahu setiap kali nurut sama kamu, akan selalu hal baik yang aku rasakan, sebaiknya kamu tidur ya, aku akan chat sama Adi, dia meresponku akhirnya setelah aku nurut sama kamu..”
ns3.149.230.209da2