
Aisyah membuka matanya perlahan. Sinar matahari yang masuk melalui celah tirai terasa berbeda pagi ini. Lebih hangat. Lebih hidup. Ia menggeliat di tempat tidur, merasakan sensasi aneh yang masih tersisa di tubuhnya—sebuah getaran samar yang sulit ia jelaskan.
343Please respect copyright.PENANA76G8GJFQSf
Ada sesuatu yang berubah.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa… terpuaskan.
343Please respect copyright.PENANAEzqFCBBxGp
Tangannya meraba ponsel yang tergeletak di samping bantal. Layarnya menyala, menampilkan notifikasi pesan. Seketika jantungnya berdegup lebih cepat.
Bayu: “Tidur nyenyak, Aisyah?”
Aisyah menggigit bibirnya, jari-jarinya hampir mengetik balasan ketika ia melihat satu notifikasi lain yang lebih menarik perhatiannya.
Adi: “Ini bener Aisyah kan? Gak dibajak?”
Pikirannya langsung melayang ke percakapan semalam. Dengan penuh keberanian atau mungkin pengaruh dari permainan kata-kata Bayu, ia mengirim pesan kepada Adi, Mengundangnya untuk bersetubuh.
343Please respect copyright.PENANAzagEPklhR4
Untuk pertama kalinya, Aisyah yang mengambil langkah pertama. Dan kini, Adi merespons. Darahnya berdesir. Ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya, sesuatu yang membuatnya lebih berani, lebih liar, lebih… hidup. Sambil menarik napas panjang, Aisyah mulai mengetik balasan. Namun, sebelum ia sempat mengirimnya, ponselnya kembali bergetar.
343Please respect copyright.PENANA7RxdKY2c8S
Bayu: “Apa yang kamu pikirkan sekarang?”
Aisyah menatap pesan itu lama. Bayu seakan tahu bahwa pikirannya sedang berkelana ke tempat lain ke sosok lain.
Hatinya berdebar. Ia mulai menyadari sesuatu. Bayu memberinya keberanian dan juga sebuah tantangan untuknya kepada Adi. Dan kini, ia terjebak di antara keduanya.
343Please respect copyright.PENANARDMhUYGeF4
Aisyah menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Ada dua pria yang kini mengisi pikirannya. Bayu yang memberi stimulasi emosional, dan Adi yang selalu hadir sebagai teka-teki yang sulit ditebak. Dadanya terasa sesak, bukan karena gelisah, tetapi karena sesuatu yang lain sesuatu yang selama ini ia pendam jauh di dalam dirinya.
343Please respect copyright.PENANA0fuXkZXoA1
Jemarinya bergerak pelan di atas layar. Ia memilih untuk membalas pesan Bayu terlebih dahulu.
Aisyah: "Tidurku nyenyak… tapi pagiku terasa berbeda." Tidak butuh waktu lama sebelum Bayu membalas.
Bayu: "Berbeda bagaimana?"
Aisyah terdiam sejenak. Bagaimana ia harus menjelaskannya? Haruskah ia berkata jujur bahwa tubuhnya terasa lebih ringan, pikirannya lebih bebas, dan perasaan kosong yang dulu sering menghantuinya kini perlahan menghilang?
Sebelum ia bisa mengetik balasan, ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari Adi.
Adi: "Kamu yakin, Yah?"
343Please respect copyright.PENANALKhze1qqjd
Aisyah mengetuk dagunya dengan ujung jari. Ia tidak ingin terburu-buru. Bukan karena ragu, tapi karena ia mulai menikmati perasaan ini. Perasaan di mana ia memiliki kendali, di mana ia menjadi pusat perhatian.
Sambil tersenyum tipis, ia membalas pesan Adi. "Aku gak main-main, Di. Kamu yang selalu datang dan pergi sesuka hati. Sekali ini, aku yang tentukan permainan."
Pesan terkirim. Aisyah menggigit bibirnya. Ada sedikit rasa puas dalam dirinya. Ia merasa seperti seseorang yang baru, seseorang yang lebih berani, lebih percaya diri.
343Please respect copyright.PENANAE5XMs5Uqpr
Ponselnya kembali bergetar.
Bayu: "Kamu menyimpan sesuatu dariku, kan?"
Aisyah terkesiap. Bagaimana Bayu bisa tahu?
Tiba-tiba, Aisyah merasa seperti seorang pemain yang berdiri di tengah-tengah dua api. Satu menawarkan kenyamanan dan eksplorasi baru, sementara yang lain menawarkan tantangan dan misteri.
Dan entah mengapa, ia ingin tetap berada di tengah-tengah keduanya.
Jemarinya mengetik pesan untuk Bayu lebih dulu. "Aku gak menyembunyikan apa pun kok, Mas. Kenapa tanya begitu?" Tidak butuh waktu lama sebelum Bayu membalas.
Bayu: "Aku bisa merasakan ada sesuatu di kepalamu. Tapi kalau kamu belum mau cerita, aku bisa tunggu."
Aisyah tersenyum kecil. Bayu selalu seperti itu, penuh kesabaran, penuh pemahaman. Tapi justru karena itu, Aisyah merasa sedikit bersalah. Karena pikirannya saat ini tidak hanya tentang Bayu.
Pandangannya beralih ke pesan sedang ditunggu untuk dibalas, karna orang disebrang sana sedang mengetik.
Adi: "Aku suka kalau kamu mulai berani. Jadi, aku butuh bukti dari kamu."
Aisyah melotot dan menggigit bibirnya, ketika membaca pesan tersebut. Sensasi aneh merayap di tubuhnya, sebuah kombinasi antara kegembiraan, rasa ingin tahu, dan sesuatu yang lebih dalam lagi.
Ia ingin melihat Adi. Ingin tahu apakah perasaan yang dulu sempat ada masih tersisa.
Namun, disatu sisi ada Bayu. Ia termenung sejenak. Bayu memberinya kenyamanan, ketenangan. Sementara Adi adalah misteri yang selalu menariknya kembali. Tangannya menggenggam ponsel lebih erat. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus memilih.
343Please respect copyright.PENANANFkPOt69ha
Tapi tidak sekarang. Tidak hari ini.
343Please respect copyright.PENANADtMJgAPeF1
Hari ini, ia ingin menikmati perasaan ini. Perasaan di mana ia menjadi pusat dari dua dunia yang berlawanan.
Sambil menghela napas panjang, ia mengetik balasannya kepada Adi. "Kamu mau bukti apa?"
Dan kepada Bayu, ia hanya menjawab, "Mungkin nanti aku akan cerita, kalau kamu tetap sabar."
Layar ponsel kembali redup, tapi tidak dengan pikirannya. Ia tahu, permainan ini baru saja dimulai. Namun tidak lama Adi membalas pesan Aisyah.
Adi: “Kirim aku foto kamu tanpa hijab..”
Mata Aisyah kembali melotot membaca pesan dari Adi, ucapannya seperti sebuah getaran sihir yang menuntutnya untuk mengikuti kemauan Adi.
343Please respect copyright.PENANAsAvrO5NZRn
“Haruskah?” ucapnya Aisyah.
Dengan keadaan yang masih seperti tadi malam, dengan daster tanpa di kancing, Aisyah mengirimkan kepada Adi fotonya dengan fitur sekali lihat. Lalu ia pun menulis caption pada foto itu.
343Please respect copyright.PENANA5dPfX6bDTG
Aisyah: “Kayak gini?”
Kemudian Aisyah menatap pantulan dirinya di cermin, ia melihat kondisinya saat ini, terlihat senyumnya yang sedikit nakal dan matanya lebih hidup. Ada gelombang emosi yang berputar dalam dirinya, rasa penasaran, ketertarikan, dan sesuatu yang lebih dalam lagi yang belum ia akui sepenuhnya.
343Please respect copyright.PENANAErIYxZcy8w
Ia menghela napas panjang sebelum beranjak untuk memulai harinya.
343Please respect copyright.PENANAusVeg3dUr2
***
343Please respect copyright.PENANAX7JDdnEAJm
Ketika Aisyah sudah sampai di sekolah, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Bayu.
Bayu: "Masih kepikiran yang tadi malam?"
Aisyah tersenyum kecil. Ia bisa merasakan cara Bayu membaca pikirannya.
Aisyah: "Mungkin. Kenapa? Kamu juga kepikiran?"
Bayu butuh beberapa detik sebelum membalas.
Bayu: "Aku cuma penasaran, apakah kamu menyesal?"
Aisyah mengetik jawabannya dengan hati-hati.
Aisyah: "Aku tidak tahu. Tapi aku juga tidak ingin berhenti."
Tidak ada balasan selama beberapa menit, sampai akhirnya Bayu mengirim sesuatu yang lebih panjang.
Bayu: "Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku ingin kamu jujur pada dirimu sendiri. Kalau kamu ingin sesuatu, katakan. Jangan menunggu aku untuk membacanya dari caramu berbicara."
343Please respect copyright.PENANAoMCZP2ZEcx
Aisyah menggigit bibirnya. Kata-kata Bayu menyentuh sesuatu di dalam dirinya.
Aisyah: “Aku tadi pagi kirim foto kepadanya.”
Bayu: “Foto apa?”
Aisyah: “Foto aku tanpa hijab, cuma pake daster semalem, tanpa di kancing, jadinya belahan dada aku keliatan.”
“Aku malu banget rasanya, aku belum pernah foto-foto kayak gitu, baru kali ini aku kirim foto ke cowok kayak gitu.”
“Entah kenapa sama dia, aku mau jadi kayak gini.”
Bayu: “Wow, kamu mulai semakin nakal, gpp Yah. Kamu udah jujur sama diri sendiri tandanya, kamu membutuhkan kepuasan dari seorang pria. Lalu apa balasnya?”
Tapi sebelum ia sempat membalas, ponselnya kembali bergetar. Kali ini dari Adi.
Adi: " *sent Photo* "
343Please respect copyright.PENANAEDlFULPXxc
Aisyah merasakan dadanya berdebar lebih cepat. Ia menatap layar ponselnya cukup lama sebelum akhirnya mengetik balasan.
343Please respect copyright.PENANAC56ShoGeyc
Aisyah: "Itu punya kamu????" Adi pun membalas dengan seketika.
Adi: "Iya, kontol aku ngaceng liat foto kamu. Aku suka sisi ini dari kamu."
Aisyah: “Aku mau ka, aku mau kontol kamu, sini aku sepongin kakk..”
Sebuah kehangatan aneh merayap di tubuhnya, jantungnya berdetak kencang. Aisyah tidak peduli lagi kenapa ia bisa sevulgar ini tiba-tiba.
Dia sangat menginginkan untuk melahap apa yang ada pada foto yang Adi kirimkan.
Ia pun akhirnya memberitahu Bayu sekaligus membalas pesannya yang tadi belum sempat dibales.
343Please respect copyright.PENANAXsREhDIybl
Aisyah: “Mas!! Dia bales dengan kirim foto kontolnya, gede bangett!! Panjang bangett.. Ahhh aku mau, aku mau kontolnya, aduh kepikiran bangettt…””
Pikiran Aisyah kalut, sangat kalut, pikirannya saat ini dipenuhi oleh bayang-bayang bentuk kejantanan Adi. Satu kiriman foto olehnya, sudah mampu memicu hasrat birahi Aisyah yang sudah lama terpendam.
Ia pun kembali mengetik pesan kepada baru.
Aisyah: “Mas Bayu!! Tolong aku harus apa...”
343Please respect copyright.PENANA3tWkjV935r
***
343Please respect copyright.PENANApz7XSfK5xZ
Hari itu, Aisyah mengajar seperti biasa. Tapi pikirannya terus berkelana. Secara sembunyi-sembunyi, sesekali Aisyah menatap layar ponselnya lagi. Jari-jarinya gemetar untuk membuka kembali sebuah pesan terakhir dari Adi, yang isinya adalah foto yang membuat dirinya tidak fokus menjalani hari.
343Please respect copyright.PENANAhRxOApRclt
Matanya terpaku, pikirannya kosong. Seolah-olah dunia di sekelilingnya mengabur, hanya menyisakan layar ponsel dan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Ada desir aneh yang menjalari tubuhnya, sesuatu yang hampir ia lupakan selama ini. Ia menelan ludah, pun ia masih menantikan balasan pesan dari Adi, sampai akhirnya ada notfikasi pesan masuk dari Adi.
343Please respect copyright.PENANAuwLteMlt95
Adi: "Itu untukmu. Aku ingin kamu memikirkannya sepanjang hari. Yah"
343Please respect copyright.PENANA9gpaOE5aAb
Aisyah merasakan panas menjalari wajahnya. Jantungnya berdetak begitu cepat hingga ia hampir bisa mendengarnya. Jemarinya ingin membalas pesan itu, tapi pikirannya bercampur aduk. Dan lagi-lagi Adi memberikan tanda bahwa ia akan menghilang, terlebih lagi Adi tidak mengindahkan ucapan Aisyah yang ingin menyepong batang kejantanannya.
Aisyah merasa kesal, mengapa Adi terlihat tidak menunjukan rasa tertarik kepada Aisyah, apakah memang Adi tidak melihat Aisyah sebagai orang yang menarik?
343Please respect copyright.PENANASQmPRyjb7R
Sedangkan ada satu orang lagi yang sepertinya excited setiap kali berbincang nakal dengan dirinya, sekalipun ia tidak tahu apakah orang tersebut sebenarnya menginginkan dia atau tidak. Bagi Aisyah, Bayu adalah tempat yang aman, seseorang yang bisa membaca pikirannya dengan ketenangan yang menenangkan. Dan Adi saat ini… Adi adalah badai yang selalu datang tanpa peringatan.
Dan entah kenapa, ia ingin terjebak di tengah-tengahnya.
Malam itu, ia akan membuat pilihan, pilihan yang mungkin tidak bisa ia tarik kembali. Ia butuh seseorang untuk menyeimbangkan dirinya, tanpa berpikir panjang, ia membuka chatnya kembali dengan Bayu.
343Please respect copyright.PENANAuckIuYzswr
Aisyah: "Mas Bayu, aku... aku masih saja kepikiran. Dan aku tidak tahu harus bagaimana."
Bayu butuh beberapa saat sebelum membalas.
Bayu: "Karna apa?"
Aisyah: "Karna aku mau itu Mas, itu membuat tubuhku bereaksi. Aku tidak bisa berpikir jernih."
Balasan dari Bayu datang cepat.
Bayu: "Tarik napas. Jangan terburu-buru. Kamu ingin apa sekarang?"
343Please respect copyright.PENANAQ5iRn2109E
Aisyah menutup matanya. Ia tahu jawabannya. Tapi mengatakannya terasa seperti mengakui sesuatu yang lebih dalam, lebih berbahaya.
343Please respect copyright.PENANAhT5H9R0Y2W
Aisyah: "Aku ingin merasakan itu. Aku ingin lebih."
Ada jeda sebelum Bayu membalas.
Bayu: "Kamu mau kontol?”
Aisyah: “Mau, mau banget punya dia…” Aisyah sudah terjerumus kedalam nafsu liarnya yang tidak pernah dinafkahi sekian lama.
Bayu pun kembali menanggapi pesan Aisyah.
Bayu: “Rasakan dulu perasaan itu dengan baik Aisyah, Biarkan keinginan itu bertahan, biarkan ia tumbuh. Kalau kamu mendapatkannya terlalu cepat, kamu akan kehilangan rasa itu terlalu cepat juga."
343Please respect copyright.PENANA38CpHF7Dke
Aisyah menggigit bibirnya. Kata-kata Bayu terasa seperti permainan yang ia tidak tahu cara memenangkannya.
Bayu: "Coba saat ini kamu bayangkan kontol mirip orang yang kamu taksir banget itu, Nikmati itu sepanjang hari. Biarkan ia menguasaimu perlahan. Jangan terburu-buru, karena yang paling nikmat bukan saat mendapatkannya, tapi saat kamu semakin menginginkannya."
343Please respect copyright.PENANA23YiFxeSvt
Aisyah meremas ponselnya erat. Ia tidak bisa membantah bahwa ada sesuatu dalam ucapan Bayu yang membuatnya lebih penasaran, lebih terjebak dalam sensasi ini.
Hari ini, ia tidak akan lari dari perasaannya.
Hari ini, ia akan membiarkan dirinya tenggelam dalam keinginan yang selama ini ia pendam.
Dan itu membuatnya ketagihan.
343Please respect copyright.PENANA3wT7FooXVB
Namun menjadi sebuah pertanyaan baru untuk Aisyah, setiap kali ia bercengkrama dengan salah satu baik Adi dan Bayu, mereka berdua seperti hadir secara bergiliran, menutup kekosongan peran satu sama lain.
Hingga membuat Aisyah semakin berpikir,
343Please respect copyright.PENANAt4vSx5tJNg
“Apakah mereka berdua adalah orang yang sama?”
ns3.148.223.53da2