
Pagi itu, Aisyah bangun dengan kepala berat dan hati yang hampa. Cahaya matahari menyelinap dari sela-sela tirai jendela kamarnya, menyinari wajahnya yang masih menyimpan sisa-sisa perasaan dari malam sebelumnya. Namun masih tidak ada notifikasi dari Adi. Tidak ada balasan, Tidak ada kabar lanjutan setelah permainan pesan-pesan panas yang ia hidangankan untuk Adi. Seolah-olah semua emosi yang sempat ia bangun semalam hanyalah percakapan satu arah lagi.
290Please respect copyright.PENANAP2n7wmFVYk
Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai kacau. Rasa ingin dimengerti dan dicintai berubah menjadi kekosongan yang tidak bisa ia redam. Aisyah menatap layar ponsel lama, berharap akan ada perubahan, tapi yang datang hanyalah sunyi, Adi meninggalkannya lagi.
Ia masih menatap layar ponselnya, jari-jemarinya menggenggam erat. Membaca lagi pesan terakhir dari Adi: "Nanti aku lanjutin ya Yah. Ada sesuatu yang harus kuurus dulu." Tapi itu sudah 12 jam yang lalu—dan lagi-lagi, pria itu menghilang tepat di saat gairahnya mencapai puncak.
290Please respect copyright.PENANATiPqh5ORMG
Dia menghela napas kesal, melemparkan ponsel ke kasur. "Lagi-lagi. Lagi-lagi dia melakukan ini." Tubuhnya masih terasa panas, ingatannya masih terpaku pada kata-kata vulgar Adi, yang dengan mahir membangunkan setiap sudut fantasi terlarangnya.
Bzzzt.
Ponselnya bergetar. Notifikasi dari Bayu.
Bayu: "Selamat pagi Yah, bagaimana semalam? Benar-benar ya kamu, setelah Adi merespon kamu, kamu langsung menghilang gitu aja."
Aisyah tersenyum tipis, Bayu yang selalu muncul tepat di saat dia butuh pelarian. Orang yang selalu bisa menempatkan posisinya di timing yang tepat. Berbeda dengan Adi yang tak terduga.
Aisyah: "Maaf ya Mas, aku terbawa suasana dan meninggalkan kamu, semalam aku melakukan banyak hal sama dia, namun lagi-lagi aku ditinggal. Aku semalam sempat menangis.”
Bayu: "Kamu ngelakuin apa sama dia? Kenapa kamu menangis.."
Aisyah: "Aku lakuin apapun yang dia minta semalam, dia minta aku kirim foto-foto telanjangku, aku kirimin semua buat dia, mulai dari aku remes toket aku, foto memek aku, pantat aku.."
"Tapi kesannya cuma aku aja yang excited, dia engga. Aku benar-benar ngerasa jadi lonte banget sekarang…”
290Please respect copyright.PENANA8ds5bqDFeT
Bayu: "Bukankah itu yang kamu mau? Jadi miliknya dia berarti ya kamu harus mau kayak gitu kan, untuk menunjukan keseriusan kamu segitunya sama dia."
Aisyah: "Haruskah aku benar-benar seperti ini Mas? Menjadi lonte untuknya sepenuhnya? Demi cinta yang berbalas?”
Bayu: "Pilihannya ada di kamu Yah, aku cuma seseorang yang mengajari kamu cara menjadi nakal dan binal, untuk menjadi seseorang yang lebih jujur, terbuka, bebas."
"Karna kamu sudah cukup dewasa dan sadar akan kebutuhan duniawi kamu."
"Jujur sama aku, kamu berterimakasih sama aku udah bangkitin jiwa lonte kamu?"
Aisyah menggigit bibirnya. Ia tahu, bahwa mengenal Bayu, membawa sebuah perubahan drastis pada dirinya, seperti sebuah hal yang tidak terhindarkan. Menabrak semua penghalang yang selama ini jaga, namun dia suka.
290Please respect copyright.PENANANsdeyYdVmW
Aisyah: "Jujur aku suka Bay, aku suka cara kamu yang bisa bikin pikiranku berkelana dan membuat memek aku berkedut”
Bayu: "Jadi, bilang terimakasih sama aku yang bener Yah, pake jiwa lonte kamu.."
Aisyah: "Aku harus ngomong apa?”
Bayu: “Bilang, Terimakasih ya mas udah ajarin aku nakal, terimakasih udah bantu aku jadi lonte buat dia, aku gak sabar pengen dia pake dia mas. Bilang gitu, Yah!”
Aisyah pun mengikuti perintah Bayu,
Aisyah: “Terimakasih mas udah ajarin aku nakal. Terimakasih udah bantu aku jadi lonte buat dia, aku ga sabar pengen dia pake mas, ga sabar pengen nyepong kontol dia”
Bayu: “Nyepong doang?”
Aisyah: “Gak sabar pengen di ewe sama dia”290Please respect copyright.PENANAkM8B8G3qPL
Bayu: “Ngentot Yah! Ewe masih terlalu halus! Ulang!”
Sebagai murid yang baik, lagi-lagi Aisyah pun mengikuti perintah Bayu,290Please respect copyright.PENANAvF9gEUTywk
Aisyah: “Oh ya? Kirain sama, udah nakal bahasanya. Iya mas, aku pengen ngentot sama dia.”290Please respect copyright.PENANAxBTgB9KzDd
Bayu: “Good girl, sekarang bilang, ‘mas aku mau di bimbing sama kamu, biar aku jadi lonte yang pinter buat dia, jadi tolong mas ajarin aku jadi lonte yang baik ya’, bilang gitu Yah!”
Aisyah: “Mas aku mau dibimbing sama kamu mass biar aku jadi lonte yang pinter buat dia, jadi tolong ya mas ajarin aku jadi lonte yang baik.”
Bayu: "Pinter! Sudah kubilangkan Yah, jangan biarkan dia membuatmu merasa tidak berharga. Jadi sekarang balik lagi ke pilihanmu, apakah kamu mau lanjut seperti ini kepadanya atau tidak?"
290Please respect copyright.PENANAYm5zrz1Bfx
Aisyah memandang penuh perasaan kepada kalimat Bayu, meskipun dia tahu Bayu juga punya sisi yang liar, tapi sikap Bayu kepadanya sangatlah manis... dan mahir memainkan kata-kata. Terlalu mahir.
Aisyah: "Iya mas, aku siap-siap kerja dulu ya..”
290Please respect copyright.PENANARu1fajS3zX
***
290Please respect copyright.PENANAksZ6o3js9M
Di sekolah, Aisyah duduk di ruang guru sambil mencoba tersenyum kepada rekan-rekannya. Tapi matanya tampak kosong. Konsentrasinya masih buyar. Anak-anak di kelasnya terlihat jelas menyadari bahwa Bu Aisyah tidak seperti biasanya—energinya tidak sepenuhnya hadir. Semua terasa sunyi dan tidak penting. Setiap detik seperti berjalan lambat.
Saat jam istirahat, Aisyah membuka kembali chat terakhir dari Adi. Ia membacanya berulang-ulang, mencari-cari makna tersembunyi. Tapi yang ada hanya teks dingin tanpa kehangatan, sekedar nafsu ego pribadi..
Hatinya terasa teriris. "Kenapa aku selalu berharap pada seseorang yang hanya datang kalau mau, dan pergi tanpa alasan?" pikirnya.
290Please respect copyright.PENANAK9fObQlXiF
Dia mencoba menenangkan diri dengan menulis di jurnal kecil yang selalu ia bawa:
290Please respect copyright.PENANAzDt2OY89d9
"Mungkin, aku harus mulai belajar untuk tidak berharap dari seseorang yang bahkan tak pernah berniat menetap. Tapi kenapa hatiku masih berharap dia datang lagi, walau hanya untuk menyapa?"
Di tengah kesuntukan, Aisyah membuka chat Bayu. Ia ragu untuk mengetik, namun akhirnya ia menulis,
290Please respect copyright.PENANAzN1aCCV8Vn
Aisyah: "Mas Bayu… aku rasa aku terlalu berharap pada orang yang salah."
Beberapa menit kemudian, Bayu membalas:
Bayu: "Mungkin bukan salahmu berharap, Yah. Tapi mungkin memang waktunya kamu memeluk dirimu sendiri dulu, sebelum menyerahkan ke orang lain."
290Please respect copyright.PENANAKoHwDtJILL
Pesan itu tidak langsung menyembuhkan. Tapi entah kenapa, kalimat Bayu memberikan sedikit ruang bagi Aisyah untuk bernapas. Setidaknya ada seseorang yang masih mau mendengarkan. Yang tidak menghilang begitu saja.
Aisyah menatap ke luar jendela. Angin berhembus pelan. Hatinya masih gelisah, tapi kali ini, ia merasa tak sendirian sepenuhnya. Dalam keheningan itu pikirannya kembali berkelana, disalah satu sudut pikirannya, pikiran itu sedang membandingkan sosok Adi dan Bayu.
290Please respect copyright.PENANACZeTvQxqvJ
Keduanya sama-sama memiliki sisi yang nakal… dan sisi yang mirip, cukup mirip.
290Please respect copyright.PENANAPrX7HVs2qf
Adi suka memulai dengan kasar dan berubah menjadi vulgar, Bayu lebih halus, tapi ujung-ujungnya sama: mendorong Aisyah untuk lebih terbuka, lebih kotor dalam berbicara. Dan keduanya... hampir tidak pernah online bersamaan, sekalipun mereka diwaktu yang sama, keduanya sama-sama sedang mengarahkan Aisyah menjadi lebih bebas, nakal, lebih liar.
290Please respect copyright.PENANAU1tlDLlpoy
Aisyah mencoba membuka obrolan kepada Adi, jarinya mengetik cepat:
"Kamu mau ngilang terus kak?"
Tiga titik bergerak... lalu berhenti.
Sesuatu mengganggu pikirannya Aisyah, ia terus menatap layar itu menanti kalimat apa yang akan keluar dari sebrang sana.
Aisyah menanti lama, terlalu lama.
Hingga akhirnya pesan itu masuk:
Adi: "Aku sedang sibuk, nanti lagi ya…"
Tapi Aisyah tahu. Ada sesuatu yang salah.
Dia mengirim pesan ke Adi:
Aisyah: "Aku sedang sendiri. Kamu bisa telepon aku?"
Tak lama, Bayu mengirim pesan:
Bayu: "Kamu baik-baik saja? Kok tiba-tiba sepi?"
Aisyah tersenyum kecut.
Aisyah: "Kamu tahu, Bayu... Aku baru sadar sesuatu," ketiknya pelan.
"Kamu dan Adi... sama-sama suka memainkan kata-kata. Sama-sama tahu persis apa yang kuinginkan. Dan yang paling aneh... kalian berdua tidak pernah ada bersamaan."
Tak ada balasan.
290Please respect copyright.PENANAHRVlNNHi56
Diam.
Lalu—
Bayu: "Aisyah, kamu berpikir terlalu jauh."
Tapi Aisyah sudah yakin.
Aisyah: "Buktikan," tantangnya. "Telepon aku sekarang. Biar kudengar suaramu."
Tiga titik muncul... lalu hilang.
Aisyah pun mengambil sebuah keputusan
290Please respect copyright.PENANASitj8o8GCF
Aisyah: "Ini nomor aku 082xxxxxxxxx , aku tunggu kamu hubungin aku secepatnya Bay, mau sekarang atau nanti malam terserah, yang jelas aku mau berbicara langsung sama kamu, gak bertukar pesan lagi."
290Please respect copyright.PENANAUtylmrRlkF
Dan Bayu—atau Adi? menghilang lagi, keputusan seketika dari Aisyah ini menjadi sebuah luapan emosi terdalamnya akibat ulah Adi. Aisyah sadar, bahwa tak ada waktu lagi untuk dirinya didalam permainan ini lebih lama.
Meskipun harga dirinya terasa sudah ternodai, ia ingin ada satu kepastian yang seketika mengganjal ini memiliki jawaban pasti. Konfrontasinya dengan Bayu atau seseorang yang ia sangka adalah Adi ini akan menjadi sebuah jawaban untuknya.
290Please respect copyright.PENANAeLBjjNyTLd
Siapakah sebenarnya pria di balik dua nama itu?
Aisyah tidak menyangka segala keputusan yang ia akan ambil secepat ini.
290Please respect copyright.PENANAZtWXlnZDaT
“Aku sudah kotor, sudah beberapa malam kulalui dengan merendahkan diri sendiri, kali ini aku harus yang pegang kendali, siapapun Bayu sebenarnya, aku berharap dia memanglah Adi.” pikirnya sambil ia bersiap-siap untuk persiapan pulang, karna dalam satu jam kedepan, jam sekolah akan selesai. Aisyah pun menghapus aplikasi kencannya, toh pesan terakhirnya kepada Bayu sudah dibaca. Ia harap Bayu sudah menyimpan nomornya.
290Please respect copyright.PENANAWDSuQb7XFm
Dia pun tersenyum getir. "Aku bukan boneka yang bisa kau mainkan sesukamu."
Tapi di sudut hatinya, ada satu pertanyaan yang masih menggigit:
“Dan apakah ini adalah hal yang tepat?”
ns3.128.173.223da2