“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
27Please respect copyright.PENANAKYWjQpSPz3
27Please respect copyright.PENANAUrSZFMZdKy
27Please respect copyright.PENANAo7ZgiYTOrB
27Please respect copyright.PENANAJe3UKBKtvh
---
27Please respect copyright.PENANAZUUrCnyzJ9
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
27Please respect copyright.PENANAbeBQ1OwDZg
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
27Please respect copyright.PENANA76vHFexi7P
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
27Please respect copyright.PENANAptRuViwc5x
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
27Please respect copyright.PENANAXH4EsiU93N
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
27Please respect copyright.PENANA1XmnO71mKf
27Please respect copyright.PENANAUUpNTiMMTn
---
27Please respect copyright.PENANA4EG1u8yypV
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
27Please respect copyright.PENANAvfzWKkzS0W
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
27Please respect copyright.PENANAgTheYIUgI1
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
27Please respect copyright.PENANA9hYDgDUExg
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
27Please respect copyright.PENANAjlatvqspcj
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
27Please respect copyright.PENANAl0cy0V6ejc
27Please respect copyright.PENANA6p7IXCWfZk
---
27Please respect copyright.PENANAXdsUFijP5r
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
27Please respect copyright.PENANA7b39cXADaM
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
27Please respect copyright.PENANASDzvw0TtYU
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
27Please respect copyright.PENANAnOky5wXqKe
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
27Please respect copyright.PENANAEXS9WCvs2q
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
27Please respect copyright.PENANASbBDm2Jaff
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
27Please respect copyright.PENANAzkIWU8FLW2
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
27Please respect copyright.PENANABbUYBiNnnJ
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
27Please respect copyright.PENANA33EXGaMXWs
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
27Please respect copyright.PENANAfnTG1d6XNm
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
27Please respect copyright.PENANA3txvgePUye
27Please respect copyright.PENANAUNdzJy2IgM
---
27Please respect copyright.PENANAwVR39mlVQo
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi Javis lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
27Please respect copyright.PENANAL3lTKxcTEr
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
27Please respect copyright.PENANAL6BpVJObTo
Javis balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
27Please respect copyright.PENANA41HopfPASw
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
27Please respect copyright.PENANAMOXeRC0c9V
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
27Please respect copyright.PENANAB38BYCWxdW
27Please respect copyright.PENANAHpFJwpGpJr
27Please respect copyright.PENANAqXQONV51XH
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
27Please respect copyright.PENANANcQ9a0dmxU
Tapi cermin.
27Please respect copyright.PENANAj8qvbVvxxs
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
27Please respect copyright.PENANA6KBhwCIHrJ
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
27Please respect copyright.PENANAFgeDSB8drj
Lalu dia buat akun baru.
27Please respect copyright.PENANAwGQNMY8TBH
Bukan lagi anonim.
27Please respect copyright.PENANAVPnXdENDVn
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
27Please respect copyright.PENANAdKdl28fThY
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
27Please respect copyright.PENANAN0Iec5mMJx
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
27Please respect copyright.PENANABodT0IS573
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
27Please respect copyright.PENANA7LWri9JBI9
27Please respect copyright.PENANA3KkSnt0Yxz
27Please respect copyright.PENANA1BPIqkF1bH
27Please respect copyright.PENANAGw0X0P57pt
---
27Please respect copyright.PENANAGIz4CEDJzK
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.2da2