
Matahari semakin terik di langit Bali, sinarnya yang panas menyengat kulit Agus dan Angela, pertanda waktu sudah mendekati makan siang. Mereka telah ngentot selama lebih dari tiga jam di sudut pantai yang tersembunyi, tubuh telanjang mereka kini penuh dengan keringat, pasir, dan sisa peju yang mengering di kulit. Agus terbaring lelet di handuk, napasnya terengah, sementara Angela duduk di sampingnya, rambut pirangnya yang basah menempel di pundaknya, payudaranya yang besar berkilau di bawah cahaya matahari. “I’m so tired… and hungry, Agus…” keluh Angela dengan nada manja, tangannya mengelus perutnya yang mulai keroncongan. Agus mengangguk, “Me too, sayang… let’s clean up and get some lunch,” jawabnya, lalu mereka bangkit, mengenakan pakaian mereka—Angela dengan bikini merah mudanya yang minim dan dress tipis, sementara Agus mengenakan celana pendek dan kaos sederhana—dan berjalan bergandengan menuju WC umum terdekat di pantai.
WC umum itu sederhana, dengan dinding beton yang sudah sedikit lusuh dan keran air yang mengalir kecil, tapi cukup untuk membersihkan tubuh mereka. Agus dan Angela masuk bersama, air dingin dari keran langsung mengguyur tubuh mereka, mencuci keringat dan pasir yang menempel di kulit. Angela terkekeh kecil saat air mengalir di payudaranya, “Mmm… this feels so good…” katanya, tangannya menggosok tubuhnya dengan sabun kecil yang mereka bawa, sementara Agus berdiri di belakangnya, membantu menggosok punggung Angela, jari-jarinya menyusuri kulit putih yang licin itu. Air dingin membasahi rambut pirang Angela, membuatnya berkilau, dan sisa peju yang mengering di tubuh mereka perlahan hilang, digantikan dengan aroma sabun yang segar. Mereka saling tersenyum, sesekali mencium dengan lembut, suara “chu…” yang manis terdengar di sela-sela guyuran air, menciptakan momen kecil yang intim sebelum mereka melanjutkan hari.
Setelah membersihkan diri, mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran burger terdekat yang terletak di pinggir pantai, sebuah tempat kecil bernama “Burger Bonanza” dengan dekorasi sederhana—meja kayu, payung besar untuk berteduh, dan pemandangan laut yang indah. Bau burger yang sedang dipanggang langsung tercium, membuat perut mereka semakin lapar, dan suara ombak yang tenang di kejauhan menambah suasana santai. Agus dan Angela memilih meja di bawah payung, memesan dua burger besar dengan kentang goreng dan dua gelas cola dingin, lalu duduk berhadapan, tangan mereka saling menggenggam di atas meja. Angela tersenyum manis, “This looks so good… I’m starving after all that action…” katanya dengan nada genit, sementara Agus terkekeh, “Yeah… you really wore me out, sayang…” Mereka mulai makan, gigitan pertama burger terasa begitu nikmat setelah pagi yang penuh gairah.
Pelayan restoran, seorang pria muda bernama Made yang sudah lama mengenal Agus, mendekati meja mereka dengan senyum ramah, membawa tambahan saus untuk pesanan mereka. Made tiba-tiba terbelalak saat melihat Angela, seorang bule cantik dengan tubuh montok yang duduk bersama Agus, “Wah, Gus! Kapan punya pacar bule cantik begini?” tanyanya dengan nada takjub, matanya tak bisa lepas dari Angela yang tersenyum manis, dress tipisnya sedikit transparan, memperlihatkan bikini merah mudanya yang minim. Agus tersenyum bangga, “Made, ini Angela… pacarku… kita baru ketemu, tapi dia spesial banget,” katanya dengan nada penuh cinta, tangannya mengelus tangan Angela di atas meja. Made mengangguk kagum, “Wah, hebat kamu, Gus! Pacarnya cantik banget!” balasnya, lalu ia tersenyum pada Angela, “Selamat datang di Bali, Mbak!”
Angela, dengan sifatnya yang polos dan terbuka, tiba-tiba berkata dengan nada santai dalam bahasa Inggris, “Thank you! We just had sex on the beach… it was amazing!” Wajah Made langsung berubah kaget, mulutnya terbuka lelet, dan ia melirik Agus dengan ekspresi takjub, “S-serius, Gus? Di pantai tadi?” tanyanya dalam bahasa Bali, suaranya penuh kekaguman. Agus tersenyum canggung, wajahnya memerah, “Eh… iya, Made… Angela suka petualangan…” jawabnya dengan nada malu-malu, tangannya menggaruk kepala, sementara Angela terkekeh kecil, “He’s so good, you know…” tambahnya, membuat Made semakin terbelalak. Aroma burger dan cola di meja mereka bercampur dengan udara asin laut, dan suara ombak yang tenang menjadi latar yang kontras dengan percakapan yang penuh kejutan itu.
Made menggelengkan kepala dengan senyum lebar, “Gila, Gus… kamu hebat banget! Bisa dapet bule cantik, terus… wah, pokoknya salut!” katanya, lalu ia menepuk bahu Agus dengan penuh kekaguman sebelum kembali ke dapur, masih tersenyum sendiri karena cerita yang baru saja ia dengar. Agus menatap Angela dengan ekspresi campur aduk—malu tapi juga bangga, “Sayang… kamu kok ceritain tadi… malu tau…” keluhnya dengan nada bercanda, tapi Angela hanya tersenyum genit, “It’s true, isn’t it? You’re amazing, Agus…” balasnya, lalu ia mencium pipi Agus dengan lembut, meninggalkan suara “chu…” yang manis. Mereka kembali melanjutkan makan, tawa kecil mengiringi setiap suapan, dan sinar matahari yang terik di luar payung membuat suasana terasa hangat, baik di udara maupun di hati mereka.
Sambil makan, Angela sesekali menyuapi Agus dengan kentang goreng, jari-jarinya sengaja menyentuh bibir Agus, membuat Agus tersenyum dan mencium jari Angela sebagai balasan, “You’re so sweet, sayang…” katanya dengan nada penuh cinta. Angela tersenyum, “I love doing this with you, Agus… eating, laughing… everything…” balasnya, matanya yang biru berkilau penuh kebahagiaan. Bau burger yang harum dan rasa cola yang dingin terasa begitu nikmat setelah pagi yang melelahkan, dan pemandangan laut yang indah di depan mereka menambah suasana santai yang sempurna. Mereka menikmati setiap momen kecil, tangan mereka tak pernah lepas dari genggaman satu sama lain, seolah dunia di sekitar mereka hanya milik mereka berdua.
Setelah selesai makan, Agus membayar tagihan dengan senyum ramah pada Made, yang masih sesekali melirik mereka dengan ekspresi kagum, “Kapan-kapan ajak pacarmu ke sini lagi, Gus! Biar aku traktir!” kata Made dengan tawa kecil, dan Agus mengangguk, “Pasti, Made! Makasih ya!” balasnya. Angela dan Agus lalu bangkit dari meja, berjalan keluar dari restoran dengan tangan bergandengan, perut mereka kini kenyang dan hati mereka penuh kebahagiaan. Sinar matahari yang terik menyapa kulit mereka, tapi payung-payung di pinggir pantai memberikan sedikit keteduhan, dan aroma laut yang segar kembali menyapa mereka, mengingatkan mereka pada pagi penuh gairah yang baru saja mereka lalui.
Mereka berjalan perlahan di sepanjang trotoar pinggir pantai, Angela bersandar di bahu Agus, “That was so good… I love spending time with you, Agus…” katanya dengan nada lembut, wajahnya penuh senyum. Agus mencium kening Angela dengan penuh kasih, “Me too, Angela… let’s make more memories today…” balasnya, tangannya memeluk pinggang Angela erat. Suara ombak yang tenang dan kicauan burung camar di kejauhan menjadi latar yang indah untuk langkah mereka, dan di tengah hari Bali yang cerah ini, mereka merasa bahwa mereka telah menemukan kebahagiaan sejati dalam kebersamaan mereka, siap untuk melanjutkan petualangan cinta mereka di pulau yang penuh pesona ini.
---------------------------
Setelah makan siang di restoran burger, Agus dan Angela berjalan perlahan di pinggir pantai, sinar matahari yang terik membuat mereka mencari keteduhan di bawah pohon kelapa yang rindang. Angela, yang masih bersandar di bahu Agus, tiba-tiba berkata dengan nada bingung, “Agus… I don’t know where to go today… any ideas?” Matanya yang biru menatap Agus dengan penuh harap, dress tipisnya berkibar ditiup angin laut yang hangat. Agus tersenyum, tangannya memeluk pinggang Angela erat, lalu menjawab, “Sehari-hari aku kerja jadi supir Gojek, Angela… tapi lebih sering nganter GoFood, kayak tadi ke tempat burger itu.” Suara ombak yang tenang dan aroma laut yang segar menjadi latar yang menenangkan, membuat suasana terasa santai meski matahari semakin terik.
Angela langsung berbinar mendengar penjelasan Agus, “Oh, that sounds fun! Why don’t you work today, Agus? I want to see you do it!” katanya dengan nada antusias, tubuhnya sedikit melompat kecil, membuat payudaranya yang besar bergoyang di balik dress tipisnya, menarik perhatian Agus untuk sesaat. Agus terkekeh kecil, “Serius, sayang? Ya udah, aku kerja aja… kamu ikut ya?” tanyanya, dan Angela mengangguk cepat, “Yes! I’ll help you!” jawabnya dengan semangat, tangannya menggenggam tangan Agus erat. Mereka lalu berjalan menuju motor Agus yang terparkir di bawah pohon, siap untuk memulai petualangan kecil ini, dengan sinar matahari yang terik menyapa kulit mereka dan angin laut yang membawa aroma asin yang khas.
Agus membuka aplikasi Gojek di ponselnya, dan tak lama kemudian ia mendapatkan 10 pesanan order dari GoSend dan GoFood, semuanya dengan jarak yang cukup dekat di sekitar area pantai. Pesanan pertama adalah dari sebuah warung makan kecil bernama “Warung Makan Bu Putu”, tempat langganan Agus, yang memesan nasi campur untuk dikirim ke pelanggan. Agus dan Angela naik ke motor, Angela memeluk pinggang Agus erat dari belakang, payudaranya yang montok menempel di punggung Agus, membuat Agus tersenyum kecil sambil fokus mengendarai motor. Mereka tiba di warung, aroma nasi campur yang harum langsung tercium, dan Angela dengan semangat turun dari motor, “I’ll help you, Agus!” katanya, lalu ikut membantu mengambil pesanan yang sudah dikemas rapi oleh Bu Putu, pemilik warung.
Bu Putu, seorang wanita paruh baya yang sudah lama mengenal Agus, terbelalak saat melihat Angela, “Loh, Gus! Ini siapa? Pacar baru?” tanyanya dengan nada takjub, matanya tak bisa lepas dari Angela yang tersenyum manis, bikini merah mudanya sedikit terlihat dari balik dress tipis. Agus tersenyum bangga, “Iya, Bu… ini Angela, pacarku… dia bule, baru datang ke Bali,” jawabnya, tangannya memeluk pinggang Angela dengan penuh kasih. Bu Putu tersenyum lebar, “Wah, cantik banget! Pantes Gus kelihatan bahagia… selamat ya, Nak!” katanya, lalu menyerahkan pesanan nasi campur itu ke Angela, yang menerimanya dengan senyum ramah, “Thank you, Ibu!” balasnya dalam bahasa Inggris, membuat Bu Putu terkekeh kecil karena logatnya yang lucu.
Setelah mengantar pesanan pertama, mereka melanjutkan ke pesanan berikutnya, kali ini ke sebuah kafe kecil bernama “Kopi Kita” yang memesan beberapa gelas kopi susu untuk pelanggan. Pelayan kafe, seorang pria muda bernama Wayan, juga kaget melihat Agus bersama Angela, “Gus! Wah, pacar baru? Cantik banget, bule lagi!” tanyanya dengan nada kagum, matanya berbinar saat melihat Angela yang membantu Agus mengambil pesanan kopi. Agus memperkenalkan Angela lagi dengan penuh kebanggaan, “Iya, Yan… ini Angela, pacarku… dia ikut bantu aku kerja hari ini,” katanya, dan Angela melambaikan tangan dengan ramah, “Hi, Wayan! Nice to meet you!” Wayan tersenyum lebar, “Wah, hebat kamu, Gus! Pacarnya cantik, baik pula… kapan-kapan ajak ke sini lagi ya!” katanya, lalu mereka berbincang akrab sebentar tentang pesanan yang sering datang akhir-akhir ini.
Pesanan ketiga adalah dari restoran ayam goreng cepat saji, dan seperti sebelumnya, pelayan di sana—seorang wanita bernama Kadek—juga takjub melihat Agus bersama Angela, “Gus! Serius ini pacarmu? Cantik banget, bule pula!” tanyanya, tangannya sibuk mengemas pesanan ayam goreng. Agus tersenyum, “Iya, Dek… ini Angela… dia dari luar, tapi suka Bali banget,” jawabnya, dan Angela membantu mengambil pesanan dengan senyum manis, “Thank you, Kadek!” katanya. Kadek terkekeh, “Wah, Gus, kamu beruntung banget… pacarnya manis, suaranya lucu lagi!” katanya, lalu mereka mengobrol akrab tentang betapa ramainya pesanan di restoran itu sejak musim libur tiba, sementara Angela mendengarkan dengan penuh minat, sesekali bertanya dalam bahasa Inggris sederhana yang membuat Kadek tersenyum.
Pola yang sama berlanjut di setiap pesanan berikutnya—di warung makan, kafe, dan restoran kecil lainnya, para pelayan yang sudah mengenal Agus selalu kaget dan takjub melihat Angela, dan Agus dengan bangga memperkenalkan Angela sebagai pacarnya. Di pesanan kelima, seorang pelayan bernama Gede di sebuah warung sate bahkan bercanda, “Gus, kapan nikah sama bule cantik ini? Aku mau ke kondangan kalian!” katanya sambil tertawa, membuat Agus dan Angela ikut tertawa, “Sabar, De… kita nikmati dulu Bali bareng-bareng,” jawab Agus, dan Angela menambahkan, “Yes, we love Bali!” Mereka mengobrol akrab tentang rencana liburan di Bali, dan Gede berbagi cerita tentang tempat-tempat wisata yang bagus untuk dikunjungi, membuat Angela semakin antusias.
Sampai pesanan terakhir, Angela tetap semangat membantu Agus, mengambil pesanan, memasukkannya ke dalam tas motor, dan sesekali memeluk Agus dari belakang saat mereka berkendara, payudaranya yang montok menempel erat di punggung Agus, membuat Agus tersenyum bahagia. Di pesanan terakhir, seorang pelayan tua bernama Pak Made di sebuah warung kecil berkata, “Gus, kamu beruntung punya pacar seperti Angela… dia kelihatan sayang banget sama kamu,” sambil tersenyum bijaksana, dan Agus mengangguk, “Iya, Pak… aku juga sayang banget sama dia,” jawabnya, tangannya menggenggam tangan Angela erat. Angela tersenyum, “I love helping Agus… he’s the best!” katanya, membuat Pak Made tersenyum dan mengangguk, lalu mereka mengobrol tentang betapa Bali selalu ramai dengan turis, terutama di musim libur seperti ini.
Setelah menyelesaikan semua pesanan, Agus dan Angela duduk sejenak di pinggir jalan dekat warung terakhir, beristirahat di bawah pohon yang rindang, angin laut yang sejuk menerpa wajah mereka. Angela bersandar di bahu Agus, “That was so fun, Agus… I love helping you work…” katanya dengan nada lembut, matanya penuh kebahagiaan. Agus mencium kening Angela, “Thanks, sayang… kamu bikin kerja jadi lebih menyenangkan,” balasnya, tangannya memeluk Angela erat, merasa beruntung memiliki pasangan yang begitu suportif. Sinar matahari yang terik mulai sedikit mereda, dan aroma makanan dari pesanan terakhir masih tercium samar, mengingatkan mereka pada hari yang penuh tawa dan kebersamaan.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan motor, Angela memeluk Agus dari belakang, payudaranya yang besar menempel erat, dan mereka berdua tersenyum bahagia, merasa bahwa hari ini telah menjadi salah satu hari terbaik mereka di Bali. Suara mesin motor bercampur dengan suara ombak yang tenang di kejauhan, dan angin yang sejuk membawa aroma laut yang segar, membuat mereka merasa bebas dan penuh cinta. Agus dan Angela tahu bahwa kebersamaan mereka, bahkan dalam hal-hal sederhana seperti mengantar pesanan GoFood, telah mempererat ikatan mereka, dan mereka tak sabar untuk melanjutkan petualangan mereka bersama di pulau yang penuh pesona ini, siap menghadapi apa pun selama mereka saling mendampingi.
-----------------------------------------
Jam menunjukkan pukul 16:00 WIB, matahari mulai tampak tenggelam di ufuk barat, menyisakan cahaya jingga yang hangat di langit Bali, menciptakan pemandangan yang indah di pantai yang kini mulai ramai. Turis-turis asing dan lokal mulai memadati area, beberapa pelatih diving terlihat mengajak kelompok kecil untuk mencoba aktivitas bawah laut, sementara suara ombak yang tenang dengan “swoosh… swoosh…” bercampur dengan tawa dan percakapan orang-orang. Agus dan Angela baru saja selesai mengantar pesanan terakhir mereka, duduk di atas motor yang terparkir di pinggir pantai, tubuh mereka sedikit lelah tapi penuh kebahagiaan. Agus menghitung pendapatannya hari ini, tersenyum puas, “Hari ini cukup lumayan, sayang… makasih ya udah bantu aku seharian,” katanya, tangannya mengelus tangan Angela yang berada di sampingnya. Angela tersenyum manis, rambut pirangnya berkibar ditiup angin senja, “I had so much fun, Agus… I loved helping you!” balasnya dengan nada ceria, dress tipisnya sedikit berkibar, memperlihatkan bikini merah mudanya yang minim.
Agus menatap Angela dengan penuh kasih, lalu bertanya, “Kamu udah bantu aku seharian… mau aku traktir apa sebagai ucapan terima kasih?” Suaranya lembut, matanya penuh perhatian, ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Angela. Angela menggeleng pelan, senyumnya tak pernah hilang, “It’s up to you, Agus… I already love helping you and learning so many things today…” jawabnya dengan tulus, tangannya memeluk lengan Agus erat, menunjukkan bahwa ia tak mengharapkan apa-apa selain kebersamaan mereka. Cahaya jingga matahari terbenam menyapa wajah mereka, membuat kulit Angela yang putih berkilau lembut, dan aroma laut yang segar bercampur dengan angin senja yang sejuk, menciptakan suasana yang romantis di pinggir pantai yang mulai ramai itu.
Agus tersenyum, lalu berkata, “Kalau gitu… aku mau beli beer, kita minum berdua di pinggir pantai yang sepi, sambil nikmatin sunset… gimana?” Angela langsung mengangguk antusias, “That sounds perfect, Agus!” balasnya, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Mereka berjalan ke sebuah warung kecil di dekat pantai, Agus membeli dua botol Bintang dingin dan beberapa camilan ringan, lalu mereka mencari spot yang lebih sepi di sisi pantai, jauh dari keramaian turis dan pelatih diving. Mereka menggelar kain handuk yang tadi mereka pakai, duduk bersebelahan di atas pasir putih yang mulai terasa dingin, dengan latar langit jingga dan suara ombak yang lembut, menciptakan suasana yang damai dan intim untuk mereka berdua.
Mereka mulai minum, botol Bintang dingin terasa menyegarkan di tenggorokan mereka setelah seharian bekerja dan beraktivitas di bawah matahari. Angela bersandar di bahu Agus, tangannya memegang botol beer, sementara Agus melingkarkan tangannya di pinggang Angela, mereka memandangi orang-orang di pantai yang mulai menikmati senja—beberapa turis berfoto dengan latar sunset, anak-anak berlarian di tepi air, dan pelatih diving membereskan peralatan mereka. “Look at them… everyone looks so happy,” kata Angela dengan nada lembut, matanya mengamati keramaian dengan penuh minat, lalu ia menyesap beer-nya, tetesan kecil air dingin dari botol menetes ke dadanya, membuat Agus tersenyum kecil. Agus mengangguk, “Yeah… but I’m the happiest, because I’m with you,” balasnya, lalu mencium kening Angela dengan lembut, suara “chu…” yang manis terdengar di sela-sela angin senja yang sejuk.
Percakapan mereka mengalir dengan penuh kemesraan, Agus menyesap beer-nya lalu bertanya, “Nanti malam mau apa, sayang? Kita balik ke hotel aja, ya?” Angela tersenyum, kepalanya masih bersandar di bahu Agus, “I want to spend the night with you… maybe we can just relax… cuddle… and talk more?” jawabnya dengan nada manja, jari-jarinya bermain di lengan Agus, merasakan kulit yang hangat itu. Langit kini berubah menjadi gradasi jingga dan ungu, matahari hampir tenggelam sepenuhnya, dan lampu-lampu kecil di sepanjang pantai mulai menyala, menciptakan suasana yang semakin romantis. Aroma beer dan laut bercampur dengan angin senja, membuat mereka merasa nyaman dan tenang dalam kebersamaan mereka.
Agus tersenyum, “Sounds good… nanti tidur mau pakai baju apa? Atau… nggak usah pakai apa-apa?” tanyanya dengan nada bercanda, membuat Angela terkekeh kecil, “Hmm… maybe I’ll just sleep naked… it’s more comfortable… and I know you like it,” balasnya dengan nada genit, matanya melirik Agus dengan penuh godaan, lalu ia menyesap beer-nya lagi, tetesan air dingin kembali menetes ke payudaranya yang besar, membuat Agus menelan ludah. Agus mencium pipi Angela dengan lembut, “You know me too well, sayang…” katanya, tangannya mengelus pinggang Angela dengan penuh kasih, merasakan kehangatan tubuh montok itu di sampingnya. Suara ombak yang lembut dan tawa samar dari turis di kejauhan menjadi latar yang sempurna untuk momen mesra mereka.
Angela lalu bertanya dengan nada manja, “Do you want to shower together again tonight? I loved it this morning…” Matanya berbinar penuh harap, dan Agus langsung mengangguk, “Of course, Angela… I loved it too… we can take a long, warm shower… just the two of us,” jawabnya, tangannya kini memeluk Angela lebih erat, jari-jarinya mengelus punggung Angela dengan penuh perhatian. Angela tersenyum, “Good… I want to feel you close to me…” balasnya, lalu ia mencium bibir Agus dengan lembut, suara “mmph… chu…” yang manis terdengar, lidah mereka saling menyapa sebentar sebelum mereka kembali memandang sunset yang kini hampir hilang di ufuk. Langit kini berubah menjadi ungu tua, dan angin senja yang sejuk membawa aroma laut yang segar, menambah keintiman momen mereka.
Agus menyesap beer-nya lagi, lalu berkata dengan nada lembut, “Mau ngentot lagi nanti malam? Tapi… goyangannya pelan aja ya, biar kita nikmatin lebih lama…” Angela tersenyum genit, “Yes, Agus… I’d love that… slow and gentle… I want to feel every moment with you…” jawabnya, tangannya kini mengelus dada Agus dengan penuh kasih, jari-jarinya bermain di kulit yang hangat itu. Mereka saling menatap dengan penuh cinta, mata Agus penuh dengan kelembutan, sementara mata Angela penuh dengan gairah dan kebahagiaan, seolah mereka tak pernah ingin momen ini berakhir. Botol beer mereka kini hampir habis, dan camilan ringan yang mereka beli sudah tinggal sedikit, tapi kehangatan kebersamaan mereka terasa lebih dari cukup.
Mereka duduk dalam diam untuk beberapa saat, hanya menikmati suara ombak dan angin senja, tangan mereka saling menggenggam erat, dan tubuh mereka saling bersandar, merasakan kehangatan satu sama lain. “I’m so happy with you, Agus… I’ve never felt this way before…” bisik Angela dengan nada tulus, matanya menatap langit yang kini mulai bertabur bintang kecil. Agus mencium kening Angela lagi, “Me too, Angela… you make me feel like the luckiest man in the world…” balasnya, suaranya penuh perasaan, tangannya memeluk Angela lebih erat, seolah tak ingin melepaskannya. Pantai yang kini mulai diterangi lampu-lampu kecil terlihat indah di malam yang baru saja tiba, dan aroma laut yang segar bercampur dengan sisa aroma beer di tangan mereka, menciptakan kenangan yang tak akan mereka lupakan.
Malam mulai turun di Bali, langit kini benar-benar gelap dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip, dan Agus serta Angela memutuskan untuk kembali ke hotel mereka, siap untuk melanjutkan malam penuh kemesraan yang mereka rencanakan. Mereka bangkit dari handuk, mengemas barang-barang mereka, dan berjalan bergandengan tangan menuju motor Agus, Angela memeluk pinggang Agus erat dari belakang saat mereka berkendara, payudaranya yang besar menempel di punggung Agus, membuat Agus tersenyum bahagia. Suara ombak yang lembut dan angin malam yang sejuk mengiringi perjalanan mereka, dan di tengah malam Bali yang indah ini, mereka merasa bahwa cinta mereka semakin erat, siap untuk menghabiskan malam dengan penuh kelembutan dan keintiman, seperti yang mereka impikan di pinggir pantai tadi.
59Please respect copyright.PENANAUWZheFDOca
59Please respect copyright.PENANAcW29El33OK
TO BE CONTINUED
ns216.73.216.203da2