Suatu pagi, Sulastri menunjukkan test pack dengan dua garis merah. Positif.
Joko seharusnya bahagia. Rencana medisnya berhasil. Tapi melihat binar di mata Sulastri, binar yang tak pernah lagi ia lihat untuknya, hatinya hancur. Benih itu telah tumbuh. Tapi benih itu bukan miliknya.
Malam itu, ia menatap Sulastri yang tertidur pulas sambil mengelus perutnya. Perut yang berisi darah daging pria lain. Pria yang telah mencuri hati dan jiwa istrinya.
“Lastri,” bisiknya pada kegelapan. “Siapa ayah anak itu? Aku... atau dia?”
Tak ada jawaban. Hanya suara hutan Papua di kejauhan, menjadi saksi bisu dari komedi gelap paling tragis dalam hidupnya. Ia telah mendapatkan keturunan yang ia dambakan, dengan mengorbankan segalanya: harga diri, kesetiaan, dan cintanya sendiri. Benih hitam itu telah tumbuh subur, tidak hanya di rahim Sulastri, tapi juga di reruntuhan pernikahan mereka.
ns216.73.216.166da2