Sepasang mata cokelat Hayden bergerak dari Aiden ke Irina dan kembali lagi. Sudah beberapa menit berlalu namun tak satupun dari mereka yang bicara.
158Please respect copyright.PENANAKvGjgAGnFi
Irina mulai merasa tidak nyaman. Tentu saja seharusnya dia merasa begitu. Dia berada di apartemen Aiden sekarang. Ralat, apartemen Hayden dimana Aiden ikut tinggal disana. Setelah membawanya dengan sedikit memaksa, akhirnya Irina memilih pasrah mengikuti Aiden. Jadi begitulah dia terdampar disini. Irina beringsut duduk di bagian paling ujung salah satu sofa diruang tamu apartemen itu. Aiden duduk di sofa yang sama, dan Hayden duduk dihadapannya dengan ekspresi yang sulit dibaca.
158Please respect copyright.PENANARBpymVWb6O
Hayden berdeham.
158Please respect copyright.PENANApkvd9IFYKn
"So... Kau akan menginap disini malam ini, Irina?" suara Hayden memecah keheningan.
158Please respect copyright.PENANAZQtuK7NcJa
"Aku tidak yakin." Suara Irina cukup pelan, bahkan bagi dirinya sendiri. Tapi suasana hening di apartemen itu membuat suaranya tetap tertangkap telinga Hayden.
158Please respect copyright.PENANA6PfXlCO7U1
"Tentu saja kau menginap disini. Bukannya kau bilang tidak bisa pulang ke apartemenmu?" ucap Aiden menatapnya tajam.
158Please respect copyright.PENANA0YHRsAZRQa
Hayden menoleh menatap Irina. "Dan kenapa kau tidak bisa pulang?"
158Please respect copyright.PENANAv86ocmM5fv
"Aku tidak ingin sendirian disana."
158Please respect copyright.PENANAH8xY2qoQ3o
Hayden menatapnya aneh dengan sebelah alisnya terangkat. "Memangnya sebelum ini kau tinggal dengan siapa disana?"
158Please respect copyright.PENANAeli5oyg8ga
"Emm... tidak ada. Aku sudah tinggal sendirian sejak empat tahun lalu."
158Please respect copyright.PENANAPqTc5lui0X
Hayden mendengus dan keheningan itu kembali.
158Please respect copyright.PENANAIxQhlD5VNZ
"Mungkin lebih baik aku kembali ke rumah sakit. Aku akan menemui Claire di café."
158Please respect copyright.PENANAyhX6zaM6VQ
"Hei... aku bukannya melarangmu berada disini," kata Hayden tenang. "Tapi... Look at this place!" Hayden membentangkan kedua tangannya sambil memandang ke sekeliling apartemennya sendiri. "Ini apartemen pria, Irina. Apartemen dua pria lajang yang belum lama kau kenal. Kau yakin akan baik-baik saja disini?"
158Please respect copyright.PENANAHY9mRRarNc
"Apa seharusnya aku perlu bersikap hati-hati?" tanya Irina lirih sambil memicingkan mata memandang Hayden dan Aiden bergantian.
158Please respect copyright.PENANA9zqV63OXUn
"Padaku? Tentu saja tidak, nona. Lencana polisiku bisa menjamin itu."
158Please respect copyright.PENANAqaNKxPk88X
Irina sempat menangkap seringai kecil Aiden sebelum akhirnya pria itu merubah ekspresinya. Pandangan Irina bertahan beberapa saat, mengunci ekspresi datar Aiden. Pria itu tidak menatapnya. Irina menunduk. Irina tahu dia aman di apartemen itu. Meski baru mengenal Hayden karena insiden di Anne Marie, tapi Hayden sudah beberapa kali mengobrol dengannya. Tapi jelas tidak cukup dekat untuk membuatnya mengatakan alasan sesungguhnya dia lari dari tempat tinggalnya sendiri.
158Please respect copyright.PENANA7LBOUs8Vkx
Aku akan mengatakannya hanya ketika aku sudah benar-benar tidak punya pilihan. Yah, oke. Aku hanya menunda mengatakannya saja. Itu bukan kebohongan kan, Ibu?
158Please respect copyright.PENANAXV1bPWjqLY
Ide untuk membohongi dua pria itu mengganggunya. Jika kondisi benar-benar mengharuskannya untuk berbohong, Irina pasti tidak ingin berbohong pada salah satu dari pria di dekatnya itu. Atau mungkin keduanya.
158Please respect copyright.PENANAd15cL7JgEA
"Dia bisa tinggal dikamarku sementara." Suara Aiden membuyarkan lamunan Irina.
158Please respect copyright.PENANAqfxKqHYVsz
"Dan dimana kau akan tidur, gentleman?" tegus Hayden
158Please respect copyright.PENANAo2c4G6zgzi
"Di sofa. Sofa ini cukup nyaman."
158Please respect copyright.PENANA9KmQZcZLzo
"Syukurlah kau tidak menyebut apapun tentang kamarku."
158Please respect copyright.PENANA41hiemrCCm
"Aku lebih suka tidur dilantai daripada berbaring di tempat tidur yang sama tempat kau biasa menghabiskan malam bersama sederet wanitamu, Hayden."
158Please respect copyright.PENANAS9ipCtu5gM
"Aku sudah lama tidak begitu. Kau tahu itu, Aiden."
158Please respect copyright.PENANA1wPmWl6fwh
"Yah. Itu masih ranjang yang sama. Kalau kau bisa membawa wanita menginap, kenapa tidak denganku?"
158Please respect copyright.PENANATAfTs1GWXk
"Karena Irina tidak sama dengan mereka, Aiden!""
158Please respect copyright.PENANAllQ0dCfSzX
"Anggap saja dia juga salah satu tamuku. Seperti tamu-tamu wanitamu itu."
158Please respect copyright.PENANASqRUvjUVWk
"Ehem. Bisakah kalian tidak membicarakannya seolah aku tidak ada disini?" Irina menyela cepat, mengesampingkan perasaan tidak nyamannya.
158Please respect copyright.PENANAnPRIcUqyiR
"Justru hal ini karena kau ada disini, Irina," ucap Hayden tegas.
158Please respect copyright.PENANAjnih3uGCUd
Irina membuka mulutnya untuk menjawab Hayden. Tapi sesuatu menghentikannya. Sebuah pigura besar membingkai foto Hayden berseragam digantung di samping lemari dibelakang Hayden. Tidak ada yang aneh dengan Hayden yang ada di foto itu. Dia terlihat tampan dan gagah dan luar biasa menawan tentu saja. Yang membuat Irina membeku adalah sosok di sebelah pigura itu. Robert.
158Please respect copyright.PENANAk71AIQivgo
"Irina, kau tak apa?" Wajah pucat Irina menyentak perhatian Hayden. Spontan dia menoleh kebelakang. Tidak ada yang aneh.
158Please respect copyright.PENANARfmAmkeOr1
Suara Hayden terdengar samar-samar ditelinganya. Mata hijaunya membelalak ketakutan, lidahnya kelu dan keringat dingin mulai membasahi peluhnya. Irina merasakan tubuhnya bergetar pelan. Segala hal disekelilingnya saat ini seperti tidak berarti. Pandangannya mengunci bayangan yang tersenyum di hadapannya. Senyum yang baginya dulu terkesan ramah dan menyenangkan. Tapi efeknya kini justru mengerikan. Membuat tubuhnya seperti mati rasa ditelan ketakutan.
158Please respect copyright.PENANA4BmAiRMUDm
"Sudah kubilang kau tidak akan bisa lari dariku, sweetheart." Suara Robert menggema bagai ledakan. Tentu saja ledakan yang hanya di dengar olehnya. "Aku akan menunggumu. Aku sudah menunggumu selama hampir tiga tahun. Tidak masalah jika aku harus menunggu sedikit lagi agar bisa bersamamu. Lagipula kau tidak akan ditemani mereka selamanya. Waktunya akan datang saat mereka harus pergi dan kau akan sendirian. Seperti semalam," lanjut Robert sambil terkikik seperti gadis remaja yang baru saja mengobrol dengan kapten team basket sekolah pujaan hatinya.
158Please respect copyright.PENANAGr8U5dqdSf
"Irina?" kali ini Aiden yang bicara. Irina menutup matanya, menunduk. Seandainya Robert masih hidup, dia yakin Hayden akan menghajar pria itu. Dia juga bisa menamparnya berulang kali atau membanting pintu di depan wajahnya. Tapi tidak. Robert sudah meninggal dan keinginan terakhirnya adalah Irina.
158Please respect copyright.PENANAqRA4nckdyD
Kebohongan apa yang harus disampaikannya untuk meloloskan diri kali ini? Oh tidak, baru beberapa saat lalu dia berpikiran untuk tidak berbohong pada Hayden dan Aiden. Lalu bagaimana? Irina sadar dia tidak akan pernah sungguh-sungguh aman selama Robert masih bebas berkeliaran. Dia butuh diyakinkan bahwa dia tidak akan sendiri sehingga dia mampu bertahan menghadapi Robert. Tapi apakah ada yang mempercayainya dengan kejujuran? Bukankah semua pria di masa lalu menganggapnya aneh dan menghindar? Oh Tuhan, Irina yakin dia tidak akan siap memunguti kepingan hatinya yang hancur kalau Aiden meninggalkannya juga.
158Please respect copyright.PENANArw2jaE3Wwn
Tapi apa Aiden sungguh akan meninggalkannya? Irina membuka mata, menatap wajah khawatir Aiden dan melihat ketulusan disana.
158Please respect copyright.PENANAw8rlDqJNXr
Is that worth it to fight? Fighting him?
158Please respect copyright.PENANAANVlEatSTk
Irina menutup matanya kembali, menghela nafas panjang. Irina menbuka matanya beberapa saat kemudian namun menghindari tatapan Hayden dan Aiden.
158Please respect copyright.PENANAlVu6fLTd9o
"Aku... aku bisa... melihat dan bicara dengan roh manusia yang sudah meninggal."
158Please respect copyright.PENANAMghqB4siQ9
Beberapa menit berlalu tanpa ada suara apapun selain tarikan nafas mereka.
158Please respect copyright.PENANAzBwPTUNF8U
"Semalam... Aku lari... karena takut. Ada hantu yang berusaha menyerangku semalam."
158Please respect copyright.PENANAp33W9cMf9c
That's it.
158Please respect copyright.PENANA3OJmOWFSy5
Dia sudah mengatakannya. Sekarang dia berusaha mempersiapkan hatinya untuk yang terburuk.
158Please respect copyright.PENANA1LRu3REsHO
Tapi tidak ada yang bicara.
158Please respect copyright.PENANAwIksHc7WcR
Ragu-ragu, Irina mengangkat wajahnya, memandang penuh tanya dan khawatir pada Aiden.
158Please respect copyright.PENANAsvGmx9hzBO
"Apa yang harus kulakukan? Kau ingin aku bagaimana?" ucap Aiden lembut. Telapak tangan kirinya menyentuh sebelah wajah Irina menenangkan.
158Please respect copyright.PENANAVRwvZRGvta
Huh?
158Please respect copyright.PENANAecG3vdnkqt
Irina menatap Aiden tanpa ekspresi.
158Please respect copyright.PENANAE5bDLXaH9L
"Kau percaya? Padaku?" bisik Irina. Aiden mengangguk.
158Please respect copyright.PENANAkx0oPQ3ZLz
"Kau sungguh benar-benar percaya?"
158Please respect copyright.PENANA8spIHK4KKZ
"Apa seharusnya aku tidak percaya?" Wajah Aiden terlihat bingung.
158Please respect copyright.PENANACuDymgNTL4
Irina hanya tersenyum, namun air matanya kembali mengalir. Bukan karena takut tapi karena rasa syukur. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang percaya padanya, bukan mengutuknya atau mengatainya pembawa sial. Dan terutama dia bersyukur karena Aiden tidak menghindarinya.
158Please respect copyright.PENANAww1vlxRb4N
Kedua tangan Aiden memegang wajah cantik Irina. Jemari tangan pria itu bergerak lembut menghapus jejak air mata di kedua pipinya. Irina memejamkan mata penuh kelegaan. "Thank you," ucap Irina lirih.
158Please respect copyright.PENANAPKxDGj3NYZ
"Ehem!" Suara keras Hayden membuat Aiden menoleh.
158Please respect copyright.PENANA6aaX75W0LZ
"Kenapa kau tadi tampak terkejut Irina?" tanya Hayden sambil menatap sekeliling apartemennya.
158Please respect copyright.PENANA9CYm4hWUth
Irina menghela nafas panjang sebelum menjawab lirih, "Dia disini."
158Please respect copyright.PENANAO0NTdW8uhC
"Siapa?" Hayden bertanya setelah mencondongkan tubuhnya ke arah Aiden.
158Please respect copyright.PENANAq2293EbILx
"Hantu itu... hantu pria yang semalam ada di apartemenku."
158Please respect copyright.PENANAYz0Z5DlUwP
Irina masih belum mengangkat wajahnya.
158Please respect copyright.PENANAYy0GjFEYVS
"Maksudmu dia eh hantu itu ada di... belakangku? Kau yakin?"
158Please respect copyright.PENANACK7rnPKAX7
Meskipun tidak memandangnya tapi Irina tidak akan salah mengenali keraguan dalam pertanyaan Hayden, hal yang sudah dikenalinya sejak lama.
158Please respect copyright.PENANAzOOykgbsCW
"Kau bilang dia menyerangmu? Apa yang dia lakukan?" kali ini Aiden yang bertanya.
158Please respect copyright.PENANAdQgxwAAStJ
"Dia... dia mengatakan aku harus menjadi miliknya malam ini. Katanya akulah keinginan terakhirnya." Irina mengatakannya lirih, berusaha mengabaikan tubuhnya yang gemetar. Dia tahu Robert masih ada disana, masih menatapnya. Tapi Irina menolak mengangkat wajahnya. Tatapannya masih terpaku pada dada bidang dibalut kaus abu-abu yang ada di hadapannya.
158Please respect copyright.PENANAJ2HHY4UD9z
"Jadi kau mengenalnya?" tanya Aiden tenang.
158Please respect copyright.PENANAfmYi9x06Wy
"Dia temanku, dulu saat aku tinggal di Dallas. Kami bekerja di kantor yang sama. Sudah dua tahun kami tidak bertemu."
158Please respect copyright.PENANACBCIQkcW2k
Hayden mendengus. "Lalu dia berubah menjadi hantu gentayangan yang menyerang teman lama yang sudah tidak ditemuinya selama dua tahun pada malam hari? Kau yakin tidak salah lihat atau sedang berhalusinasi, Irina?"
158Please respect copyright.PENANAW0e0M8zdLx
Irina melihat Aiden mengepalkan kedua tangannya menanggapi ucapan Hayden. Melirik Aiden sekilas, Irina melihat tatapan tajam pria itu.
158Please respect copyright.PENANAgMZWTmMUw0
Irina sudah terbiasa dengan sikap tidak percaya seperti yang ditunjukkan Hayden.
158Please respect copyright.PENANAy4Bt52WiaW
"Lima hari lalu dia muncul di café, saat aku selesai bekerja." Irina menghela nafas panjang lagi sebelum berujar, "Robert meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dia bilang seorang pria botak menabrak mobilnya. Sejak saat itu dia selalu muncul di hadapanku. Tapi baru semalam dia... dia membuatku takut."
158Please respect copyright.PENANA2b4KWmdufo
"Sweetheart, kau tidak perlu mengatakan apapun pada mereka. Terutama pada pria itu. Beraninya dia menyentuhmu," suara Robert terdengar marah. "Hmm... tentu saja aku bisa melakukan sesuatu padanya," Robert tertawa sinis. Panik, tubuh Irina tegang. Dia menatap sepasang mata hazel dihadapannya.
158Please respect copyright.PENANAwJrR0u92he
No, no, no... Robert tidak boleh melakukan apapun pada Aiden.
158Please respect copyright.PENANAweVDuLRAt3
Irina berpaling menatap pigura itu kembali. Namun Robert sudah tidak disana. Irina mencengkram pergelangan tangan Aiden. "Robert akan melakukan sesuatu padamu, Aiden. Dia baru saja mengatakannya."
158Please respect copyright.PENANAKO6945xYLM
"Hey, Irina... tenanglah. Aku akan menemanimu dan kau bisa memberitahuku kalau dia muncul lagi."
158Please respect copyright.PENANAw0VuXY3Vco
"Tapi, dia-"
158Please respect copyright.PENANAMfsWqKFZtw
"Sssh, it's okay. Kau tidak sendirian." Kelembutan Aiden anehnya membuatnya merasa lebih tenang. Meski Irina tidak tahu apa yang bisa dan mampu dilakukan oleh Robert sekarang. Belum pernah seumur hidupnya dia menyaksikan hantu mencelakai manusia yang masih hidup.
158Please respect copyright.PENANASypJ7rUw3E
"Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan dia lakukan, Aiden. Aku tidak pernah tahu sebelumnya bahwa hantu bisa melakukan hal buruk. Dan lagi Robert dulu pria yang baik."
158Please respect copyright.PENANA2GscHr5Aic
"Mungkin kita bisa menemukan sesuatu dari kasus tabrakan yang menewaskannya." Dengan enggan Aiden membebaskan tangan kanannya dari cengkraman Irina lantas meraih ponsel dari kantong celananya. Irina hanya memandang diam menatap aplikasi google di ponsel Aiden. "Siapa namanya?"
158Please respect copyright.PENANALCryjzWybX
"Ehm... Robert. Robert Romanov."
158Please respect copyright.PENANAHtmaBBh7EI
"Oke." Jemari Aiden bergerak lincah menuliskan nama itu pada ponselnya. Irina berpaling menatap Hayden. Pria itu belum berbicara sejak tadi.
158Please respect copyright.PENANA7d1pLJi2mD
"Aku tahu kau tidak percaya padaku. Aku tidak memintamu untuk percaya. Aku mengerti." Senyum tulus terpampang di wajah cantiknya.
158Please respect copyright.PENANARnGfhYiCw0
Hayden baru akan membuka mulutnya untuk berkomentar saat ponselnya berbunyi. "Hei Marcus. Ada perkembangan? ... Oke. Jadi? ... Kau yakin? Orang-orangmu sudah memeriksanya dengan benar? Oke. Tentu. Hubungi aku lagi jika kau dapat hal baru."
158Please respect copyright.PENANARKZTmF5LSN
Kalimat terakhir itu Hayden ucakan sambil memandang tajam pada Irina. Kedua alisnya berkerut, kebiasaan saat dia sedang berpikir.
158Please respect copyright.PENANAm9HINsVH4D
"Ada sesuatu? Apa yang Marcus katakan, Hayden?" Aiden menatapnya spekulatif.
158Please respect copyright.PENANABaVwcWiYHJ
"Well... kurasa kau tidak perlu repot mencari tahu tentang teman lama Irina itu, Aiden."
158Please respect copyright.PENANAqSAe9iJXNl
"Kenapa?"
158Please respect copyright.PENANA6oqKxoArYb
"Karena Marcus baru saja mengatakannya padaku," ucap Hayden singkat masih menatap Irina. "Kau tadi bilang dimana tempat tinggalmu?"
158Please respect copyright.PENANAoB0QPbyp1w
"Watson Hill."
158Please respect copyright.PENANAsCsJYjLYpl
"Hmm... jadi mungkin bukan kebetulan," gumam Hayden.
158Please respect copyright.PENANA8Y0S8JzHuk
"Ada apa Hayden?" Aiden mulai kehilangan kesabaran karena diliputi penasaran.
158Please respect copyright.PENANAkDtxVbSdPy
Kali ini tatapan tajam Hayden singgah pada sepasang mata hazel di depannya. "Robert Romanov.... Dia adalah si pengemudi Mercedez merah yang tewas dilokasi kecelakaan setelah ditabrak mobil hitam yang diduga pelaku pembunuhan Amy."
158Please respect copyright.PENANAhy29g99Qyl
***
158Please respect copyright.PENANAgse2D3X0lT
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on my wattpad (The Black Angel by ghian7st)
ns216.73.216.203da2