"Done."
186Please respect copyright.PENANAPa1weMpbMd
Irina tersenyum. "Thank you, dokter Candice sudah memeriksaku. Terima kasih juga untuk baju dan sandal ini. Akan segera kukembalikan," kata Irina.
186Please respect copyright.PENANAZXfad8SD1h
"Tidak perlu terburu-buru. Tugas sebagai dokter memang menuntutku untuk untuk mempersiapkan banyak hal. Termasuk membawa beberapa baju cadangan dan yang lainnya."
186Please respect copyright.PENANAg7l294f1Zq
Irina tersenyum tulus.
186Please respect copyright.PENANANfJReWmHUr
"Aku benar-benar tidak menyangka akan melihatmu lagi setelah tadi pagi, Irina. Tentu saja bukan dalam kondisi seperti ini."
186Please respect copyright.PENANAg2UjjGYVkQ
Wajah Irina memerah karena malu mengingat alasan yang diucapkannya saat dokter Candice menanyakan penyebab luka-lukanya. "Aku terjatuh saat berlari."
186Please respect copyright.PENANAcFGShB4I3X
"Kau berlari ditengah malam?"
186Please respect copyright.PENANA2Wcd0yFnWo
"Begitulah," Irina mengalihkan pandangannya menatap ke banyak hal di ruangan itu. Apapun, asal bukan pada dokter Candice. Oh ya, dan Aiden. Terutama Aiden.
186Please respect copyright.PENANAtjS7KfUqmJ
"Apa kau atlet atau semacamnya? Dilihat dari lukamu saat terjatuh, pasti kau berlari dengan cepat. Sangat cepat, menurutku."
186Please respect copyright.PENANAiNjuIURxLF
"Yah... ermm... oh itu... ah, aku melupakan sesuatu di café. Kau tahu café di seberang jalan di depan? Aku bekerja di sana. Aku bermaksud segera mengambilnya."
186Please respect copyright.PENANA0YV3pEddfZ
Great Irina. Kau sukses membuat dirimu terlihat makin aneh.
186Please respect copyright.PENANAwgwuv8TNgg
"Dengan berlari cepat pada tengah malam? Tanpa alas kaki?"
186Please respect copyright.PENANABEy4EaBPfw
"Erm... aku punya kebiasaan berjalan-jalan disekitar apartemenku tanpa alas kaki. Aku mendengar dari salah seorang temanku, dia bilang sesekali berjalan tanpa alas kaki bagus untuk kesehatan syaraf kaki."
186Please respect copyright.PENANAlALL2Kw7mP
"Okaaayy, dan kau memutuskan ide bagus untuk melakukannya pada malam hari?"
186Please respect copyright.PENANArj9P8KtT52
"Mungkin?" alih-alih meyakinkan doketr Candice, Irina justru merasa seperti bertanya pada dirinya sendiri. Lirikannya kembali mengarah pada Aiden. Salah satu sudut bibir pria itu terangkat, membuat sebuah senyuman kecil dengan mata berbinar geli.
186Please respect copyright.PENANA00SA8t92Oo
"Yah bagaimana kalau ada pria tampan yang potensial sebagai kekasih dan dia salah paham... ?"
186Please respect copyright.PENANAt0o4AxHfir
Irina teringat dengan ucapan Claire kemarin dan tiba-tiba dia mengerti maksudnya sekarang.
186Please respect copyright.PENANAAqLuFMK371
Dokter Candice menatapnya heran sebentar kemudian menangani lukanya tanpa bertanya lagi. Dia tidak melepas tatapannya sejak memasuki ruangan dokter Candice. Irina hanya beberapa kali melirik pria itu melalui ekor matanya. Irina sadar, Aiden yang sejak tadi menatap serius pada luka-luka di kakinya tidak akan percaya alasan konyol yang dilontarkannya pada dokter Candice. Bahkan mungkin dokter cantik itupun sebenarnya tidak percaya pada alasannya tapi memilih mengabaikannya. Irina sungguh berharap Aiden melakukan hal yang sama.
186Please respect copyright.PENANAHyiaWyRjdk
"Aku sudah menuliskan resep untukmu. Kau bisa mengambilnya di apotek. Kuharap kau masih ingat letaknya."
186Please respect copyright.PENANAAY5ge9tcUg
"Yah tentu, Dok. Tadi pagi aku sudah kesana untuk mengambil vitaminku."
186Please respect copyright.PENANAHrvRJyBclx
"Ehmm mungkin maksudmu kemarin pagi," ucap Dokter Candice sambil menatap jam tangannya. "Sebaiknya kau langsung pulang dan beristirahat, Irina. Aku permisi dulu, masih ada beberapa pasien yang harus aku periksa." Dokter Candice tersenyum ramah, memakai kembali jas putihnya dan melangkah ke pintu. Meninggalkan Irina dan Aiden berdua di ruangannya.
186Please respect copyright.PENANAZo1DiCArgP
"Thank you, Aiden. Maaf sudah merepotkanmu."
186Please respect copyright.PENANAGMihtX7y1s
"Aku suka kau merepotkanku."
186Please respect copyright.PENANAVNe92sc20R
Jawaban santai Aiden membuat wajah Irina merona. Detak jantungnya yang tiba-tiba berubah kacau juga tidak membantu.
186Please respect copyright.PENANAt8frp69H65
Irina keluar ruangan lebih dulu, agak terburu-buru. Aiden segera menyusul dan berjalan disampingnya. Irina melirik sekilas dan bertatapan dengan dada bidang Aiden. Dia ingat bagaimana rasanya berada disana, dalam dekapan pria itu. Hangat dan nyaman. Irina merasa seperti menemukan tempatnya untuk pulang. Cara Aiden memeluknya membuatnya merasa aman dan tenang. Untuk sesaat, selama mereka berdiri dipersimpangan itu, Irina benar-benar melupakan Rob.
186Please respect copyright.PENANAHS54v22nNc
Aiden berdeham dan Irina lantas mengangkat wajahnya. Sepertinya dia menatap dada bidang itu terlalu lama. Senyum menawan terpasang di wajah Aiden.
186Please respect copyright.PENANAM1iTVfe9lt
"This feels... right." Irina baru sadar dengan apa yang dikatakannya tadi. Dan dia juga ingat Aiden tidak mengatakan apapun setelahnya.
186Please respect copyright.PENANAAmoyIvSwS7
Oh No. kau benar-benar kacau, Irina. Sambil mempercepat langkahnya, Irina merapalkan mantra itu dalam hati.
186Please respect copyright.PENANAomKVaJj9G4
"Apoteknya tidak akan kemana-mana, Irina. Kau tidak perlu buru-buru," ucap Aiden, masih dengan senyum yang sama.
186Please respect copyright.PENANAluQO5H7x6s
Irina tidak menggubrisnya, dia tetap melangkah cepat hingga kakinya terasa nyeri. Dia akan berurusan dengan kakinya nanti. Saat ini ada yang lebih penting, menyelamatkan harga dirinya dari rasa malu.
186Please respect copyright.PENANAKZVPoc2gRQ
Setelah tiba disana, Irina mengacuhkan Aiden dan langsung menyerahkan resep doketr Candice pada petugas disana. Irina duduk di salah satu kursi panjang disana setelah dia menerima obat-obatannya. Dia sengaja menyibukkan diri dengan membaca keterangan dalam kertas kecil yang menempel di setiap botol obatnya mengenai komposisi yang terkandung dalam masing-masing obat itu. Selesai dengan satu botol, dia berganti dengan botol yang lain. Dia membacanya dengan begitu perlahan dan serius.
186Please respect copyright.PENANAPjXjz48Vo3
Whoa, apakah para apoteker wajib menghafal seluruh tulisan ini?
186Please respect copyright.PENANAae9Q96F1Jz
"Aku tahu kau tidak lupa aku masih disini, Irina."
186Please respect copyright.PENANAjeVtiZ2HAW
Dan apakah setiap dokter harus menghafal seluruh nama-nama obat? Dalam bahasa yang hampir tiap katanya sulit untuk dieja?
186Please respect copyright.PENANAYg5ELYAkUY
"Dokter Candice jelas memintamu untuk segera pulang."
186Please respect copyright.PENANAVFzb1vd9I4
Apa para dokter di dunia ini memang punya daya ingat yang luar biasa? Yah, ada banyak jenis penyakit dengan obat yang berbeda-beda. Mereka pasti tidak kesulitan untuk menghafal dialog. Wait, ada berapa dokter yang beralih profesi sebagai aktor atau aktris?
186Please respect copyright.PENANAWsZuPRcDeJ
Irina sudah sampai pada botol ketiga saat tiba-tiba Aiden duduk disampingnya.
186Please respect copyright.PENANArZ6SFETrYz
"Kau sengaja?" ucap Aiden pelan namun jelas. Irina masih tidak menjawabnya. Dia lebih tertarik memperhatikan deretan tulisan kecil di botol hitam di tangan kanannya. Seorang pria tampan yang membuat detak jantungnya menjadi kacau setiap kali berdekatan saat ini sedang duduk tepat disampingnya, so... yah tentu saja botol itu lebih menarik. Botol itu benda paling menarik abad ini.
186Please respect copyright.PENANABRWndlkYPn
Irina terkesiap saat merasakan sentuhan tangan Aiden di dagunya. Sentuhan itu lembut tapi tegas, memaksanya untuk mengangkat wajahnya. Hijau menatap hazel. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa inci.
186Please respect copyright.PENANAPj3Xo1uP5s
"Oke, mari kita coba lagi. Apa kau sengaja, Irina?"
186Please respect copyright.PENANAXUdTFjbsPo
"Aku... tidak paham maksudmu."
186Please respect copyright.PENANAutitjBrxA0
"Kau sengaja menghindariku. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah sebelum ini?" Aiden mengalihkan tatapannya kebelakang Irina, terlihat berpikir serius. "Kurasa tidak. Aku bahkan tidak banyak bicara sejak kau memelukku."
186Please respect copyright.PENANAVlHsjuuM32
Kalimat Aiden sukses membuat Irina merona malu. Tangan Aiden masih menahan dagunya, membuatnya tidak bisa mengalihkan wajahnya. Berusaha menghindari mata hazel itu, dia menurunkan tatapannya. Wrong choice, karena kini dia justru menatap bibir Aiden. So kissable.
186Please respect copyright.PENANAvjAkH2n8i4
Aiden yang menyadari arah tatapan Irina hanya terdiam. Aiden juga menatap bibirnya. Dengan jarak sedekat itu, salah satu dari mereka hanya perlu bergerak sedikit saja agar bibir itu bersentuhan.
186Please respect copyright.PENANAWGhWmm622v
Irina menyadari Aiden bergerak, secara perlahan, semakin menunduk ke arahnya dan perut Irina berbunyi.
Wait, what? Itu sungguh perutku? Oh yeah, sure. Aku lupa makan malamku dan langsung tertidur. Great, Irina.
186Please respect copyright.PENANAUtQdKAwRc2
Irina berdeham. Tanpa sadar menggoyang-goyangkan botol kecil ditangannya. Dia tahu rasa malunya sudah sampai pada level yang tidak dapat diselamatkan lagi. Jadi dia tidak berusaha menutupinya. Hanya berusaha menguranginya. Sedikit. "Ehm... kurasa aku memang harus istirahat. Terima kasih sudah membantuku, Aiden. Kau... ehm, kau juga harus istirahat," ucapnya gugup.
186Please respect copyright.PENANALltsKlKWY9
"Aku bisa mengantarmu pulang."
186Please respect copyright.PENANASddaPffZAz
Irina tertegun. Bayangan Robert kembali melintas dalam ingatannya. "Aku... eh... aku bisa pulang sendiri. Aku tinggal tidak jauh dari sini. Hanya lima belas menit," jawab Irina sambil menambahkan kalau aku bisa berlari seperti tadi dalam hatinya.
186Please respect copyright.PENANAIPIFZRkPjV
"Aku sudah sangat mengenal daerah disekitar sini. Jadi tidak masalah, aku akan pulang sendiri. Kau pulanglah," lanjut Irina saat Aiden memandangnya ragu.
186Please respect copyright.PENANARfzH9cU4kk
Aiden hanya menatapnya dalam diam. Jadi Irina memutuskan sedikit berimprovisasi. Dia berdiri, mengucapkan terima kasih dan bye secara singkat lantas melangkah menuju pintu keluar. Dia berjalan cepat sambil menoleh menatap Aiden melalui bahunya. Pria itu masih duduk disana.
186Please respect copyright.PENANASsCGMphYro
Irina mempercepat langkahnya. Bukannya kembali ke apartemen, dia justru berbelok ke sudut gedung rumah sakit, memilih berjalan memutar ke belakang rumah sakit. Dia benar-benar tidak bermaksud untuk pulang sebelum matahari terbit. Dia pernah mengantar salah satu pengunjung Black Russo yang tiba-tiba pingsan ke rumah sakit Brigham melalui pintu belakang. Irina masih ingat jalannya.
186Please respect copyright.PENANAUJkOleZRss
Dia bermaksud menunggu di rumah sakit itu, ditempat yang berbeda dengan Aiden. Setelah pagi datang dia akan pulang ke apartemen Claire. Semoga saja gadis itu sudah pulang.
186Please respect copyright.PENANAxKadLuOKLT
Tiba-tiba seseorang menarik lengannya, membalik tubuhnya dan menekannya ke dinding.
186Please respect copyright.PENANA8WejSJXiCQ
Aiden memerangkap tubuhnya dengan kedua tangannya di kanan dan kiri. Irina membatalkan niatnya untuk memaki pria itu saat melihat kemarahan dalam sepasang mata hazelnya.
186Please respect copyright.PENANAkJtE4AcaYO
"Kenapa kau berbohong?" tanya Aiden tajam. Irina diam, bibirnya mengatup rapat.
186Please respect copyright.PENANALQ6uaoJywM
"Kau berteriak tengah malam, berlari dari sesuatu dan menolak pulang. Kau berusaha berlari dari apa, Irina?"
186Please respect copyright.PENANAAvyHoPdlnT
"Aku... aku hanya tidak ingin pulang. Maksudku, belum. Aku belum bisa pulang sekarang."
186Please respect copyright.PENANAvtKk85QTqK
"Apa yang terjadi?"
186Please respect copyright.PENANAKG15EyKyli
Irina menatap Aiden sedih. Haruskah dia jujur? Well yah, ada hantu gentayangan yang patah hati padaku dan bermaksud memperkosaku semalam.
186Please respect copyright.PENANASAykysS4rQ
Irina bisa bersikap jujur dan Aiden pasti akan mejauh darinya. Seperti yang lain. Irina tidak peduli dengan yang lain, tapi dia tidak ingin Aiden menjauhinya. Jadi... yah, dia lebih baik diam. Ibunya tidak pernah mengajarinya menjadi pembohong. Diam bukan berarti berbohong bukan? Tentu saja bukan. Dia hanya tidak mengatakan faktanya. Itu dua hal yang berbeda.
186Please respect copyright.PENANALeaIJdM6rc
"Aku tidak bisa mengatakannya padamu. Yang jelas aku tidak ingin dan tidak bisa pulang sekarang. Jadi aku akan menunggu sampai pagi disini, lalu aku bisa bertemu Claire di café."
186Please respect copyright.PENANAq8TzCDiiuM
Aiden menjauh. "Kalau begitu aku akan menemanimu sampai pagi."
186Please respect copyright.PENANAflnRdvU6QJ
"Kau tidak perlu melakukannya." Bukan berarti Irina mengeluh atau keberatan.
186Please respect copyright.PENANAEGopCe76Y1
"Tadi kau bilang tinggal di dekat sini? Dimana tepatnya?"
186Please respect copyright.PENANAV4Btz4QHcP
"Di apartemen Watson Hill."
186Please respect copyright.PENANA0PvAP06euw
Aiden menatapnya dengan pandangan aneh. Aiden melangkah maju, menggenggam tangannya kemudian melangkah menjauh dari area belakang rumah sakit itu.
186Please respect copyright.PENANArW02x2Cz8R
"Aiden... aku sungguh tidak ingin pulang sekarang," ujar Irina keras kepala sambil berusaha menarik lepas tangannya.
186Please respect copyright.PENANAsEf4VqNtN5
Aiden justru mempererat genggaman tangan mereka. "Dokter Candice memintamu istirahat. Dan itulah yang akan kau lakukan. Kalau kau tidak ingin pulang, kau bisa istirahat di tempat lain. Tapi bukan di rumah sakit ataupun di café."
186Please respect copyright.PENANAJSV2IB4cXL
"Apa maksudmu? Kita akan kemana?"
186Please respect copyright.PENANAY47Bz6Wnsu
"Ke apartemenku."
186Please respect copyright.PENANAGj0t2kQ4t8
***
186Please respect copyright.PENANAx6ZS6VsBbP
186Please respect copyright.PENANA5Jd1Y0u8Up
186Please respect copyright.PENANAk4ibpRoj84
I'm sorry for the typos. If you want to read a chapter ahead, you can read it free on my wattpad (The Black Angel by ghian7st)
186Please respect copyright.PENANAvI2cPp2wQM
ns216.73.216.203da2