
Fajar menyingsing, membawa cahaya tipis yang menyelinap masuk melalui celah gorden, namun tidak membawa serta ketenangan.
146Please respect copyright.PENANAVFn1azWTy0
Arum terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Ada sisa-sisa kenikmatan semalam yang membekas di tubuhnya, sensasi panas dan kelegaan yang diberikan Bayu, tapi juga rasa bersalah yang menusuk. Seperti duri dalam daging, ia merasa kotor karena kembali ke Bayu, meskipun hanya secara virtual, di saat ia seharusnya fokus pada Arya.
146Please respect copyright.PENANAgRwKrW9gZL
Ia pun kembali memikirkan Arya, dimana dia? Apakah dia benar-benar menghilang begitu saja, mengulang pola yang sama seperti yang lain? Pertanyaan itu terus menggerogoti pikirannya, lebih intens dari sebelumnya, menguras setiap detik tenaganya.
Arum meraih ponselnya, layar yang menyala terang itu menyajikan kekosongan yang sama. Tidak ada notifikasi dari Arya. tidak ada yang berubah. Arya masih hilang, perasaan Arum melayang diantara kemarahan yang membara, kesedihan yang menusuk, dan keputusasaan yang semakin dalam. Kebahagiaan yang ia temukan bersama Arya seolah rapuh seperti kaca, mudah pecah, dan kini ia merasakan pecahan-pecahan itu mengiris hatinya, membuatnya sesak napas.
146Please respect copyright.PENANAmk9vndErVQ
Pagi itu, Arum membuka pesan-pesan terakhirnya untuk Arya. Barisan pesan yang ia kirimkan dalam kepanikan, memohon balasan, kini terasa begitu sia-sia, begitu menyakitkan, dan begitu memalukan. Setiap kata yang ia ketikkan terasa seperti jeritan putus asa yang tak terjawab.
146Please respect copyright.PENANAVMj3jbJHGn
Arum: "Arya, kamu kenapa sih? Udah lima hari lho ini. Kalau kamu mau selesai, bilang aja. Aku nggak suka digantung gini. Kamu tahu kan aku benci ketidakpastian! Ini nyiksa banget."
Arum: "Aku nggak tahu kamu di mana, apa yang terjadi sama kamu, ini udah keterlaluan. Aku udah percaya sama kamu, udah buka semuanya tentang hidup aku. Sikap kamu yang ngilang gini ngancurin kepercayaan aku."
Arum: "Aku mohon, balas. Satu kata aja. Biar aku tahu kamu baik-baik aja. Aku nungguin kamu, Arya. Apa kamu bahkan mikirin aku?"
146Please respect copyright.PENANAMxHS3PLzSd
Ia menghela napas berat, merasakan beban di dadanya semakin menekan, seolah ada batu besar yang menimpanya. Ia membanting ponselnya kembali ke tempat tidur dengan amarah yang tertahan, lalu membenamkan wajahnya ke bantal, menahan jeritan frustrasi yang ingin ia lepaskan. Napasnya terengah-engah, tersendat, menahan air mata yang mulai mendesak keluar, membasahi bantal sampai terasa dingin dan lengket.
146Please respect copyright.PENANAi0pRlv35mf
Ia merasa seperti pecandu yang sedang mengalami sakau, membutuhkan dosisnya, membutuhkan Arya, membutuhkan sentuhan dan kepastian yang pria itu berikan. Kekosongan itu terasa begitu besar, menganga di dalam dirinya, siap menelannya bulat-bulat, memusnahkan semua sisa waras yang ia miliki. Pikirannya melayang, membayangkan Arya baik-baik saja, namun sengaja mengabaikannya. Atau, skenario terburuk, Arya mengalami sesuatu dan Arum tidak tahu. Kedua pikiran itu sama-sama mengerikan.
Di tengah kegelapan emosionalnya yang mencekik, ponselnya bergetar lagi. Nama Bayu muncul di layar. Sebuah getaran yang terasa seperti lonceng peringatan, namun juga sebuah undangan. Arum tidak ragu lagi. Ia tahu ini akan membawanya kembali ke lingkaran sexting yang membuatnya merasa kotor di pagi hari, rasa bersalah yang menggerogoti setelah kepuasan sesaat. Tapi ia juga tahu bahwa Bayu adalah satu-satunya yang saat ini ada untuknya, satu-satunya yang mau mengisi kekosongan ini, meskipun hanya dengan ilusi dan kata-kata yang memicu sisi terliarnya.
146Please respect copyright.PENANAA2LVf7SsuH
Perasaan putus asa mengalahkan keraguannya, seperti gelombang pasang yang tak terhindarkan. Ia butuh sesuatu untuk meredakan gejolak dalam hatinya, dan Bayu adalah satu-satunya jalan keluar yang terlihat.
Arum membuka chat Bayu.
146Please respect copyright.PENANAuJx0UeKKKn
Bayu: "Selamat pagi, Arum. Gimana, fwb kamu udah ada kabar?"
146Please respect copyright.PENANAGpidZRbVFp
Arum pun dengan cepat membalas pesan Bayu.
146Please respect copyright.PENANAd9HuQ2yEjy
Arum: "Belum. Dia nggak ada kabar. Aku lelah banget, Bay…"
Bayu: "Aku tahu, sayang. Aku di sini untuk itu. Untuk bikin kamu lupa. Untuk bikin kamu nggak lelah lagi. Kamu mau kan aku bikin kamu lupa? Aku mau kamu ikuti apa yang aku bilang."
146Please respect copyright.PENANAAdzoi3KXFk
Arum menghela napas. Ia sudah tidak punya tenaga untuk menolak.
146Please respect copyright.PENANAcH6APViojp
Arum: "Mau. Terserah kamu."
146Please respect copyright.PENANA7hyPf5CpuQ
146Please respect copyright.PENANAi2Kjq11WSt
146Please respect copyright.PENANAdXbZfNx9cH
***
Baca kisah lengkapnya dari profile penulis
ns216.73.216.166da2