Aisyah baru saja melangkah masuk ke dalam pagar sekolah ketika Rania muncul tiba-tiba dari balik pintu kantor, tangan di pinggang, mata menyipit penuh kecurigaan.
1978Please respect copyright.PENANAyCYH8nBZmO
"Aisyah... itu tadi Arjun yang nganterin kamu?" suaranya rendah, tapi tajam seperti pisau.
1978Please respect copyright.PENANAebdaVlDyuy
Aisyah tersentak, lalu cepat-cepat mengatur ekspresi.
"Iya, kebetulan dia lewat. Aku kan biasanya jalan kaki, tapi hari ini..."
1978Please respect copyright.PENANAzbd1qGQicY
"Kebetulan?" Rania memotong, matanya tak percaya. Aisyah, tapi tadi aku liat kamu pegangan erat banget sama dia."
1978Please respect copyright.PENANAbRvb4Z0Dmf
Aisyah merasa darahnya mendidih, tapi bukan karena marah, tapi karena ingatannya kembali ke "pentungan" yang tak sengaja ia pegang tadi.
"Dia... dia mengerem mendadak," bualnya, tiba-tiba terasa panas.
1978Please respect copyright.PENANAYCTXk8f0D8
Rania mendekat, suaranya berbisik tegas: "Kamu istri orang, Ais. Jangan sampai—"
1978Please respect copyright.PENANAcNFkKV1KyG
"Aku tahu!" Aisyah memotong, tapi nada suaranya lebih getir dari yang ia rencanakan.
1978Please respect copyright.PENANAQemJEOrc8M
Dia menarik napas, lalu tiba-tiba melontarkan kalimat yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri: "Tapi rumah tanggaku... sudah tidak seperti dulu, Ra. Fadhil jarang di rumah, dan kalau pulang, kita cuma diam seperti orang asing."
1978Please respect copyright.PENANAMxCfaM5iHB
Rania menghela napas panjang, lalu memegang bahu Aisyah.
"Aku ngerti, tapi jangan cari pelarian yang salah. Arjun itu—"
1978Please respect copyright.PENANADJchsBzqVb
"Arjun itu apa?" Aisyah memotong lagi, matanya tiba-tiba berbinar aneh.
1978Please respect copyright.PENANACs1nSJdvyZ
Rania menggeleng, lalu berbisik lebih kasar: "Awas, Ais. Itu lelaki India. Mereka... mereka gak bersunat, tahu?"
Itu sepotong bahasa yang terlontar seperti bom Waktu Rasa Penasaran.
Kalimat itu menggantung di udara.
Dan Aisyah...
Aisyah merasakan sesuatu yang seharusnya tidak ia rasakan.
Rasa penasaran.
Tidak bersunat?
Seperti apa itu?
Seperti... yang tadi?
1978Please respect copyright.PENANAMEH5bnBlXt
*Ais, jangan sampai kamu—"
1978Please respect copyright.PENANArf7gsIbNi8
"Aku baik-baik saja, kok," Aisyah menyela dengan senyum kecil yang terlalu manis, tangan menepuk pundak Rania seolah semua ini hanya lelucon.
1978Please respect copyright.PENANAZdD4H2O7o7
Tapi dalam hati Aisyah, pertanyaannya sudah meledak seperti kembang api haram:
Kalau yang tadi sudah keras begitu... bagaimana kalau...?
1978Please respect copyright.PENANA2KZXt7KVqh
Di Pikiran Rania:
Rania mengamati senyum sahabatnya itu, dan jantungnya berdebar tidak karuan.
Ini sudah mulai berbahaya.
"Aisyah, aku serius—"
1978Please respect copyright.PENANAZDZWP5yed2
"Aku juga serius, Ra. Tenang aja," Aisyah tertawa pendek, lalu berbalik dan berjalan ke kelas, pinggulnya berayun sedikit lebih dari biasanya.
1978Please respect copyright.PENANAuGQXyFbXQa
Rania hanya bisa menatapnya pergi.
Dia tahu.
Dia TAHU persis apa yang sedang terjadi di kepala Aisyah.
Dan yang paling mengerikan?
1978Please respect copyright.PENANA8i9L2aJrOL
Aisyah bahkan tidak mencoba menyangkalnya lagi.
1978Please respect copyright.PENANAfHdbkvu1By
- "Tidak bersunat" adalah kalimat yang sengaja Rania lontarkan sebagai shock therapy tapi malah jadi bensin untuk fantasi Aisyah.
- Aisyah sudah mulai berbohong ke sahabatnya sendiri, tanda dia tenggelam.
- Pinggul yang berayun adalah simbol kecil "perubahan" sikap Aisyah.
1978Please respect copyright.PENANAmZfgmdOU3E
Rania (setelah Aisyah pergi): "Dasar istri kurang diperhatiin... nanti nyesel sendiri."
1978Please respect copyright.PENANAOJLfp3THyS
-Aisyah mengajar tapi materi ngawur, karena pikirannya masih di "pentungan" tadi.
1978Please respect copyright.PENANAvgf8Ked4cr
Singkatnya hari itu dan sorepun tiba.
Udara sore yang hangat mengelilingi Aisyah dan Rania saat mereka berjalan pulang dari sekolah.
Suasana awalnya hening, sampai Aisyah tiba-tiba memecah kebisuan dengan pertanyaan yang membuat Rania nyaris tersedak ludah.
1978Please respect copyright.PENANAnJh3bSLZy8
“Ra… gimana sih kamu bisa tau kalau lelaki India gak bersunat?”
1978Please respect copyright.PENANAZhmX42Rnah
Rania langsung tersandung di jalanan yang rata, matanya melotot sebentar sebelum berusaha tenang.
1978Please respect copyright.PENANAkIVmjQmQkZ
“A-ah, itu… dari internet! Baca-baca gitu…” jawabnya cepat, sambil memainkan tali tas seperti orang gugup.
1978Please respect copyright.PENANAnVGtQXpJ65
Aisyah mengangkat alisnya, senyum kecil mengembang di bibirnya. “Film gitu ya? Kamu nonton film itu?”
1978Please respect copyright.PENANAENxoOO0Gyg
“Nggak lah! Cuma… baca forum kesehatan gitu!” Rania memprotes, tapi suaranya naik, tanda jelas dia berbohong.
1978Please respect copyright.PENANAuAIKBqaVQn
#Plot Twist: Masa Lalu Rahasia Rania
Dalam diam, pikiran Rania melesat ke masa lalu—
- Bayangan hotel mewah, di mana ia pernah berdansa terlalu dekat dengan turis Australia yang kemudian membawanya ke kamar.
- Ingatan tentang pengusaha Jerman yang mengajarinya hal-hal yang tidak pernah dia ceritakan ke siapa pun.
- Dan yang paling liar malam di Bangkok, di mana tiga pasang tangan asing mengeksplorasinya sekaligus.
1978Please respect copyright.PENANAyD0ZXiLqJw
Semua lelaki yang didekati Rania itu tidak bersunat.
Dan Rania?
Dia tahu persis bagaimana rasanya.
1978Please respect copyright.PENANAGbZz5xuQrF
“Ais, ini bukan topik yang penting—”
1978Please respect copyright.PENANAGoZ05XCG5b
“Kamu bohong,” Aisyah menatapnya tajam, tiba-tiba seperti bisa membaca pikiran sahabatnya.
Kamu tahu dari pengalaman, ya?”
1978Please respect copyright.PENANA4N4ajcJ6e0
Rania terdiam, pipinya memerah.
Pengakuan Tanpa Kata
Tak perlu jawaban.
Diamnya Rania sudah lebih keras dari teriakan desahan.
1978Please respect copyright.PENANAv9wKGdFWEM
Aisyah tersenyum licik, seperti baru saja menemukan senjata rahasia.
“Jadi… gimana bedanya?”
1978Please respect copyright.PENANAp2XOPP4lmC
Rania menghela napas panjang, lalu menyeringai.
“Kalo mau tau… cobain sendiri aja.” candanya.
Dan mereka berdua tertawa
1978Please respect copyright.PENANAySF6uDRkcg
Kalimat itu tergantung seperti tantangan.
1978Please respect copyright.PENANAPIUMVPGmn9
Dan Aisyah—
Aisyah tiba-tiba membayangkan Arjun lagi.
1978Please respect copyright.PENANAcKsi4hR8pB
---
-Rania sebenarnya lebih "berpengalaman" daripada Aisyah, tapi selama ini pura-pura alim.
-Aisyah menggunakan celah ini untuk melegitimasi fantasinya tentang Arjun ("Kalau Rania bisa… kenapa aku tidak?"). Celetuknya didalam hati.
Dialog terakhir Rania adalah racun yang tak disengaja, dia tahu Aisyah sedang di ujung tanduk, dan *mungkin* sengaja mendorongnya.
1978Please respect copyright.PENANAjWePTGQ1dM
1978Please respect copyright.PENANA1s4VBag8te
Rania (berbisik): “Tapi hati-hati… yang gak bersunat itu lebih gampang *nempel* di kepala.”
1978Please respect copyright.PENANAQBNZGqGKq1
Begitu sampai di kosan mereka.
Aisyah langsung mengetik artikel tentang "perbedaan sunat & tidak" di ponselnya.
1978Please respect copyright.PENANA5SYpwYIt3R
Lampu kamar redup, hanya diterangi oleh layar ponsel Aisyah yang masih terbuka di artikel "Perbedaan Anatomi Pria Bersunat vs. Tidak". Dan ia tau orang menyebut nya Berkulup.
Matanya menyapu setiap detail, tekstur, sensitivitas, bahkan cara merawatnya kulup.
1978Please respect copyright.PENANA3rerGWmTd2
Dia tidak menyadari tangannya yang mulai berkeringat.
Tidak menyadari napasnya yang semakin berat.
Tidak menyadari betapa gerahnya tubuhnya sampai tanpa berpikir—
1978Please respect copyright.PENANAo4mcFMdZeV
Iantd masih berpakai lengkap ketika masuk ke kamarnya, rebahan, dan langsung stalking.
1978Please respect copyright.PENANABcyX5vUh0J
Bajunya ia buka.
Jilbab terlepas.
Kini hanya ada celana dalam katun dan bra putih biru yang menempel di kulitnya yang mulai memanas.
1978Please respect copyright.PENANADbLTBlP9k8
"Apa yang kulakukan?"
1978Please respect copyright.PENANADsy4ksoWIs
Tapi jari-jarinya masih scroll terus, membaca komentar-komentar wanita yang menggambarkan pengalaman mereka.
1978Please respect copyright.PENANAilRQT3sq4E
"Lebih kasar..."
"Lebih panas..."
"Seperti—"
1978Please respect copyright.PENANAXHebCtVhMN
**Briiing!**
1978Please respect copyright.PENANAV4HlEiyUcY
**Notifikasi WhatsApp masuk.**
1978Please respect copyright.PENANA4evd5J9r8O
[Arjun]. "Miss Aisyah, ini nomor aku. Simpan ya? 😊".
Jantung Aisyah berdebar kencang.
Dia tadi memberikannya nomornya pas berboncengan dengan Arjun.
1978Please respect copyright.PENANAts0CJtTojT
Percakapan yang Semakin Dalam
[Aisyah]. "Oh, ini Arjun ya? Iya, terima kasih sudah mengantarku tadi pagi."
(Basa-basi yang sangat kaku)
1978Please respect copyright.PENANAEVhhbsDLTm
[Arjun]. "Sama-sama. Suamimu pulang belum?"
Pertanyaan itu seperti tamparan.
1978Please respect copyright.PENANAieqhyNqzx1
[Aisyah. "Belum. Masih dinas."
1978Please respect copyright.PENANAciivjloc67
[Arjun]. "Kesepian ya?"*
1978Please respect copyright.PENANAzOhdbG4cPL
Aisyah menggigit bibir.
Tangannya mengetik, menghapus, mengetik lagi.
1978Please respect copyright.PENANAIl02IetuB3
[Aisyah]. "Biasalah. Btw, kamu kan dari India… aku baca kalau di sana jarang yang sunat ya?"
1978Please respect copyright.PENANAb0Y30bMnio
Dia menekan 'kirim' sebelum sempat berpikir.
Kemudian ia menyesali pertanyaannya yang terlalu to the point.
1978Please respect copyright.PENANABc0RwXTisf
[Arjun]. "😏 Tanya langsung gitu? Berani ya, Miss."
1978Please respect copyright.PENANArjqu1xK07G
[Aisyah]. "Aku cuma penasaran aja! Kan beda budaya…"
1978Please respect copyright.PENANAal7qAizNRD
[Arjun]. "Kalau penasaran… kenapa tidak lihat sendiri?"
1978Please respect copyright.PENANAEBlkArzp0b
Layar ponsel seakan terbakar di genggamannya.
Aisyah merasakan celana dalamnya semakin lembab, tapi dia tidak bisa berhenti.
1978Please respect copyright.PENANAQACdE5DCPj
[Aisyah]. "Gila! Aku bukan tipe perempuan begitu!"
1978Please respect copyright.PENANADw0yQBnznT
[Arjun]. "Tapi kamu belum jawab… mau lihat nggak? 😉"
1978Please respect copyright.PENANAYZDGkhso1q
Suasana menjadi diam.
Diam yang membuat seluruh tubuhnya gemetar.
1978Please respect copyright.PENANA5nfpXhtA8M
[Aisyah]. "…Aku tidur dulu."*
1978Please respect copyright.PENANAUN0wV5qvQ4
Tapi sebelum Arjun membalas jari-jarinya sudah membuka galeri, mencari foto pernikahannya dengan Fadhil dan membandingkan bayangan di celana suaminya dengan "pentungan" yang tidak sengaja dia pegang pagi tadi.
-Aisyah sengaja memulai topik sensitive, tanda dia sudah tidak bisa menahan rasa penasaran.
-Arjun langsung menangkap sinyal.dan bermain api.
-Foto pernikahan sebagai simbol konflik batin, dia mencoba mengingat suami, tapi malah membandingkannya dengan Arjun.
1978Please respect copyright.PENANAHQwjKMx1sX
- Aisyah mimpi basah pertama kali sejak menikah, dan yang muncul di mimpinya bukan Fadhil.
-Rania mengintip percakapan Aisyah & Arjun** saat pinjem hp-nya buat nelpon.
1978Please respect copyright.PENANASzieGJepGS
Ketika rasa penasaran sudah melebihi rasa bersalah, kau bukan lagi berdiri di tepi jurang, kau sudah melayang di tengahnya.
Pagi esoknya
Rania berdiri di depan pagar kost, tangan di pinggang, mata menyipit tajam, saat melihat Arjun sudah parkir di depan dengan motor yang sama seperti kemarin.
1978Please respect copyright.PENANALMcWKyAxl0
"Dia lagi?" batin Rania, bibirnya mengerut masam.
1978Please respect copyright.PENANAgst8XxE7Yy
Tiba-tiba, Aisyah keluar dari pintu kost, matanya langsung terbelalak melihat Arjun sudah menunggu.
1978Please respect copyright.PENANA8bgajzmI43
"Aku tidak bilang mau dijemput…" gumam Aisyah, tapi langkahnya sudah bergerak mendekat.
1978Please respect copyright.PENANAbvhmnrKAWx
Rania langsung menahan lengannya. "Aisyah, kamu serius?"
1978Please respect copyright.PENANAOjyR8aqcYf
Aisyah tersenyum kecil tapi matanya menghindar.
"Ini cuma tumpangan, Ra. Sekalian ngobrol soal tenang keluarganya."
1978Please respect copyright.PENANAK2nrQHkvOS
Alasan yang terlalu aneh.
1978Please respect copyright.PENANAqVezXnTRQl
Rania menghela napas, lalu melepaskan pegangan.
"Hati-hati, Ais. Jangan sampai… kamu terjebak di jalan yang salah."
1978Please respect copyright.PENANA5esxm3r7rN
Tapi Aisyah sudah melangkah pergi, naik ke motor Arjun dengan gerakan yang terlalu lancar untuk seseorang yang "hanya numpang".
1978Please respect copyright.PENANA0MQBD2fl7Z
Begitu motor melaju, Aisyah langsung merasakan panas tubuh Arjun.
Payudaranya yang besar dan lembut tertekan kuat ke punggungnya setiap kali motor berguncang.
1978Please respect copyright.PENANAWDDyBhyGwk
"Pegang erat, Miss. Jalannya jelek ini," bisik Arjun, suaranya seperti deru rendah yang menggelitik telinganya.
1978Please respect copyright.PENANAmZak23HIDT
Aisyah mengangguk, tangan "berpegangan" di paha Arjun tapi sengaja tidak menghindar ketika jarinya "tidak sengaja" menyentuh tonjolan keras di celananya.
1978Please respect copyright.PENANAtV7jSkSw4r
Kali ini, dia tidak menarik tangan.
Bahkan…
1978Please respect copyright.PENANAz4bqGOvSx9
Saat motor menghantam lubang.
Aisyah meremasnya seolah hanya berusaha menjaga keseimbangan.
1978Please respect copyright.PENANAYl355O0elA
"Aah—!"Arjun tersedak genggamannya pada stang motor mengencang.
1978Please respect copyright.PENANAJNzSOYkPWG
Aisyah merasa dirinya tersenyum licik.
Dia tahu apa yang dilakukannya salah, tapi nafsu sudah mengalahkan rasa bersalah.
1978Please respect copyright.PENANAgon0dTCuPj
Payudaranya menekan lebih kuat.
Tangannya masih di sana.
Dan jalan rusak itu tiba-tiba terasa seperti arena permainan mereka.
1978Please respect copyright.PENANAnVRzTR62jS
Sampai di Sekolah: Antara Penyesalan & Keinginan untuk Lebih.
1978Please respect copyright.PENANA02ElJV014B
"Kita sampai," Arjun berbisik, suaranya lebih berat dari biasanya.
1978Please respect copyright.PENANATbva5lFehC
Aisyah pelan-pelan turun, wajahnya merah tapi matanya berbinar.
"T-terima kasih…"**
1978Please respect copyright.PENANAWRAtR8YxAq
Arjun menatapnya dalam-dalam, senyum kecil mengembang.
"Besok… atau kapan kapan- kapan jalan yuk?. Masih mau aku antar?"
1978Please respect copyright.PENANAGvBC5gP78k
Aisyah hanya mengangguk, terlalu malu untuk bicara, tapi juga terlalu tergoda untuk menolak.
1978Please respect copyright.PENANAsNv3ZVMcwi
Dan saat dia berjalan masuk ke sekolah, dia bisa merasakan pandangan Arjun yang melototi punggungnya seperti sentuhan terakhir yang menjanjikan lebih.
1978Please respect copyright.PENANAuavpHBK6JS
"Ketika kau mulai menikmati, itu bukan lagi godaan itu sudah menjadi pilihan."
ns3.144.132.119da2