
“Ohhh.. lo ngapain.. ahhh”
1957Please respect copyright.PENANAx1iFgM3czs
Sebuah pertanyaan yang terjawab oleh cubitan kecil Hendrik pada bagian rahasia itu. Nafas Asha tercekat.
1957Please respect copyright.PENANAdzPfiXt1Ry
“Nggak usah takut, sayang….. Kan lo cewek tangguh? Gue cuma pengen mainin itil lo aja kok, Sha…”
“Awhhh….. AHHHH!”
1957Please respect copyright.PENANAsqxosqzo5j
Hendrik menekannya sedikit lebih keras untuk mendengar erangan nikmat Asha, suara favoritnya. Lagi dan lagi ia menggerakkan mulutnya dari satu kuncup payudara ke sisi yang lainnya. Dia bisa merasakan cairan Asha meleleh keluar saat ia memasukkan satu jari lagi ke dalam lubang itu, meresapi betapa ketatnya Asha. Hendrik mengangkat kepalanya dari payudara Asha, tersenyum puas melihat puting merah mudanya berkilau basah oleh air liur. Saat Hendrik menambahkan satu jari lagi ke dalam pertumbukan yang terjadi di bawah sana, tubuh Asha merespon dengan goyangan yang lebih cepat. Mulutnya pun mendesah lebih keras. Sebuah isyarat bagi Hendrik untuk memompa kejantanannya lebih intens, bersamaan dengan gosokan pada klitoris merah muda Asha.
1957Please respect copyright.PENANA6yafkunuvj
“Aahhhhh…. Bangssaaatttt.. Bangsaattt loooo Hendrik…!”
1957Please respect copyright.PENANA30lW99ftih
Pria yang dimaki hanya menyeringai sambil memamerkan kilau basah pada jari-jarinya. Bukti nyata gairah tubuh Asha yang tak bisa berhenti mengalirkan cairan cinta.
1957Please respect copyright.PENANAIjhu4vr6tZ
Asha menutup matanya, tak ingin membalas pandangan kemenangan itu saat jiwanya mulai melaju naik dengan cepat menuju puncak. Dinding-dinding organ intimnya mengepal kuat saat jemari Hendrik turut mengusap bagian itu dengan cekatan.
1957Please respect copyright.PENANAeyGzTBQIWJ
Detik itu juga Asha tau, ombak terbesar akan datang menjemput dirinya. Tak pernah terbayangkan bahwa cowok yang paling dibencinya sejagad raya akan membawanya ke titik ini. Meski sekuat tenaga mencoba mengalihkan pikiran itu, tubuhnya berkata lain. Satu-satunya yang dapat dilakukan Asha adalah menutup mata. Dia tidak mau mengakui kenikmatan itu.
1957Please respect copyright.PENANA1PNJO44kCk
"Buka mata indah lo, Asha sayang." Hendrik yang berkata dengan pelan namun tegas mengentikan laju gesekan jemarinya pada celah lembab dan hangat Asha.
1957Please respect copyright.PENANAGrTt543YCp
Cewek dengan sepasang mata indigo itu menatap redup pada Hendrik ketika menyadari bahwa sodokan sang cowok berandal telah berhenti sepenuhnya. Tanpa sadar, dengus frustrasi keluar dari bibir Asha.
1957Please respect copyright.PENANAVLlik37FyY
"Lo pengen ngerasain kenikmatan tertinggi?" Hendrik bertanya dengan suara yang membuat bulu kuduk Asha merinding.
1957Please respect copyright.PENANA9p07RJCodd
Asha menatap mata Hendrik. Beradu pandang dengan sorot tajam yang menyiratkan hasrat dan kuasa. Cowok ini telah merampas baik kehormatan maupun akal sehatnya. Asha menggigit bibir sebelum mengeluarkan erangan pelan.
1957Please respect copyright.PENANAYMgoER27fT
"Hmmhh.."
1957Please respect copyright.PENANAPCxDmwwBZh
“Apa, sayang?”
1957Please respect copyright.PENANAxmExHchK1v
“Emm… iiya..”
1957Please respect copyright.PENANAtfw9oT9TFh
“Hah? Gue denger iya barusan bibir lo?”
1957Please respect copyright.PENANAjQQvPfEt2V
Asha memalingkan muka, tak sanggup menerima penghinaan Hendrik. Namun sebuah uluran tangan yang meraih lembut dagu Asha, membuat raut sayu sang ketua OSIS cantik itu harus kembali berhadapan dengan ekspresi sengak Hendrik. Asha terkesiap saat sang cowok urakan mencondongkan kepalanya, kali ini untuk bicara tepat di depan wajah Asha.
1957Please respect copyright.PENANAZfDwSr9wfT
"Gue gak denger, sayang... Ngomong yang jelas dong…. Lo mau kenikmatan kontol gue?"
1957Please respect copyright.PENANAoUYWgSJ7DK
Seluruh tubuh Asha bergidik mendapati kenyataan bahwa cowok begajul yang tak sampai satu jam yang lalu merupakan musuh bebuyutannya, kini sedang duduk di bangku kemudi kendaraan syahwat di mana Asha jadi tahanan di dalamnya.
1957Please respect copyright.PENANAY05FD8Dr6o
“Hen… please…”
1957Please respect copyright.PENANAyGtc8jMo3j
“Please? Please apa, cantik?” tanya Hendrik. Senyuman culas mulai mengembang di wajah sombongnya.
1957Please respect copyright.PENANAEHrVuTNUcm
Asha bisa merasakan gemuruh penyesalan dan air mata turun membasahi sisi wajah, saat bibirnya berucap dengan serak pelan.
1957Please respect copyright.PENANAPIm7eT5POH
“Entot gue…”
1957Please respect copyright.PENANAtzaQmW8Ied
“Apa, Sha?” Hendrik sontak memundurkan wajahnya, berusaha memproses kata-kata barusan yang dikiranya tak akan mungkin keluar dari bibir Asha. “Lu minta gue ngentotin lu, Sha?”
1957Please respect copyright.PENANAtrCvEbY3IR
“Iyaaa, Anjinnng! Entot gue! Entot memek gue pake kontol lo!”
1957Please respect copyright.PENANAeJVzsUCB0p
“Lo pengen gue kontolin? Lo pengen orgasme, Sha?? Lo pengen ngerasain kenikmatan tertinggi?”
1957Please respect copyright.PENANASpGeqxLH7M
"IYAA! Bangsatttt, entot gue lagi kayak tadi!! Bikin gue keluar!!"1957Please respect copyright.PENANAKelvTcmeoV