Kini jarum jam diputar kembali sesuai arahnya, berkecepatan cahaya. Bibir Cake telah mengoceh hampir sejam, semua skenario yang ia buat telah dibeberkannya. Bibir dan mata Ren sama – sama terangkat dan melongo. Mata Ren dipalingkan pada dua insan yang terikat, yang kini masih ia pikir sebagai temannya. Ren yang hendak menghampiri dua orang itu, dihentikan Cake. Cake tahu bahwa Ren masih agak sangsi dengan penjelasannya.
“Apa anda masih tidak mengerti!? Rencana ini dibuat menyelamatkan anda!? Dan anda masih tidak percaya!?” seru Cake dengan ketus.
Semua orang tiada yang tiduran atau bahkan duduk. Semua orang dalam keadaan berdiri, suasana tegang belum dicabut. Lagipula, Countess Madelaine sedikit sangsi karena Cake belum melebarkan senyumannya.
“I-ini semua hanya sa-salah paham!” balas Ren, yang kemudian terus berjalan menghampiri dua temannya yang dicancang erat. Ren berpaling sejenak pada semua orang bergantian, terutama Lady De Polcester yang roman mukanya jauh berbeda dari kemarin. Satu per satu penjelasan Cake mulai terjawab. Manik mata Ren berkaca – kaca seperti cermin, menatap Lady De Polcester.
“Tidakkah anda merasa aneh dengan kalung itu? Anda yang bilang sendiri, bahwa Sistine mengatakan kalung itu untuk melindungi dari Roh jahat sementara anda sendiri belum menceritakan padanya pada bagian itu? Anda merasa aneh, lalu anda mengambil alternatif karena beberapa bagiannya terbuat dari perak maka itu secara umum penangkal hantu. Padahal anda belum memastikan apakah itu perak atau bukan, benar?” seru Cake, kembali meyakinkan Ren untuk berbalik.
Ren spontan berbalik. “Bukan perak?”
“I-itu emas putih, sayang. Rencana sebelum – sebelumnya termasuk kamar rahasia, kain kimono dekat lorong menuju ruang makan, dan kalung itu, adalah perkiraan ayahmu,” ucap Lady De Polcester, berusaha meyakinkan.
“Saya yakin masih ada waktu untuk kembali saling percaya Mademoiselle Ren,”
Kata – kata terakhir Cake sempat membuat seisi ruangan haru. Lady De Polcester kini telah siap mengulurkan dua tangannya pada Ren. Syukurnya Ren perlahan mendekati Lady De Polcester, dengan tatapan haru dan rindu. Cake tentu sangat lega, namun dalam benaknya ada kerikil kecil yang menyendal. Ia berusaha mencari kerikil tersebut, mencari apa yang membuat firasatnya tidak enak. Namun tepat saat kepalanya nyaris menunduk dan tenggelam dalam pikirannya, Cake sempat melihat tangan lain diulurkan. Saat melihat itu, kerikilnya ketemu, namun kini benaknya dipenuhi rasa panik yang dahsyat.
“AWASS!” tegas Cake memperingatkan.
#Duarr!
Satu peluru revolver berhasil diluncurkan, berhasil mengenai satu orang. Cake sangat tahu todongan pistol itu diarahkan pada pinggang Ren. Namun Lady De Polcester melompat dan meraih tubuhnya, roboh ke arah samping, sela – sela meja tamu. Gagal mengenai pinggang Ren, tapi menyebabkan pendarahan hebat pada paha Lady De Polcester.
Tangan itu masih diposisi menodong, kemudian ditarik pelatuknya lagi mengenai kepala dua orang yang dicancang erat. Setiap orang tiarap dan mencari kesempatan serangan balasan. Namun…
#Bzzp!
Peluru pistol berperedam dilontarkan, mengenai tangan Bibi Mildsven kemudian menjatuhkan revolver tersebut. Agnes membidiknya dari tangga.
“Tch! Sialan!” Bibi Mildsven menyentak dan kabur dari pintu depan. Tidak ada yang menyangka, di sakunya masih terdapat pistol. Meski tangannya telah terluka peluru Agnes, wanita itu seperti tak bergeming masih menodongkan pistol.
Satu…
Dua…
Tiga… hingga banyak peluru dilontarkan agar Constable Irving, Tucker, dan Paulin gerakannya diperlambat. Ia berhasil keluar dan menuju hutan belakang.
“Kejar dia!” seru Countess Madelaine.
Langkah kaki mulai berbondong – bondong mengisi ruangan itu, bergerak mengekor. Namun mereka terpaksa berlindung pada tembok, mengingat Bibi Mildsven terus menghujani mereka dengan pistol semi otomatis tersebut.
Cake dibantu Countess Madelaine menggotong Lady De Polcester yang sangat lemah. Ren kini menjadi sangsi dan amat khawatir. Tanpa bibirnya digerakkan mengucap, air mata dan mimik wajahnya sudah menggambarkan seluruh perkataannya. Kini mereka berada di teras, dan sudah terparkir tiga mobil van hitam.
Cake dan Countess Madelaine mengarah pada mobil yang paling pojok teras, berlawanan arah dengan garasi.
“Mademoiselle Flemming, tolong buka pintunya!” seru Cake dengan panik, diucapkan sampai dua kali tanpa jeda.
Pintu Van hitam belakang terbuka. Ranjang tidur pasien yang amat tebal, infus dan dua pekerja telah siap. Cake masuk ke badan van terlebih dahulu, tangannya dengan hati – hati memasukkan Lady De Polcester perlahan tanpa membenturkan bodi Van.
“Tertembak peluru Revolver pada kaki kiri. Lakukan yang terbaik!” ucap Cake pada dua insan yang tampak seperti tim medis.
Wanita berambut Red Velvet itu segera memakai masker dan sarung tangan karet. Lalu dengan pinset, menerobos sumber luka yang membuat Lady De Polcester menjerit.
“Tidak bisakah kau tidak meninggalkan bekas luka, Cake?” tanya wanita itu, sambil menggerakan pinsetnya. “Orla, ambilkan 70% alkohol, perban, dan jarum!”
“Yeah, babe, sebentar!” Tangan wanita yang dipanggil Orla yang awalnya sedang menumbuk sesuatu, kini dilepaskan sepenuhnya dan mengambilkan apa yang diperlukan.
Dr. Rachel Flemming dan rekannya Dr. Orla Haughtman, adalah dua orang yang paling Cake percayai di saat kejadian genting seperti ini. Tangan – tangan mereka hampir jarang terlihat diam. Lebih tepatnya alur mereka bergerak sesuai yang ada di otak. Apapun itu, mereka efisien, efektif dan sangat konklusif.
Ren gelisah dan mencoba memperingatkan Dr. Rachel Flemming, namun Cake menghentikannya. Cake memaklumi metode Dr. Rachel Flemming yang agak kasar. Namun justru karena itulah penanganannya cepat. Hingga pinsetnya telah berhasil mengambil kepala revolver.
“Fiuh… untung saja…,” Rachel menghela nafas. Ia melirik Cake. “Kuharap hanya satu peluru…,”
Cake menggigit jempol kanannya dengan geram. “Yeah, hanya satu dan nyaris menyongsong pinggang, mengenai ginjal atau livernya,”
“Ow… kalau begitu ini masih dihitung beruntung!” seru wanita berkaca mata dan memakai masker agak terkejut.
“Sama sekali tidak, Mademoiselle Haughtman. Saya tidak memperkirakan itu terjadi. Betapa bodohnya aku!”
“Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Tidak ada yang memperkirakan hal ini,” ucap countess madelaine lembut, sambil memegang pundaknya.
Operasi kecil itu berjalan mulus tanpa perlu membawa Lady De Polcester ke Rumah Sakit. Lukanya telah dijahit dan selongsong kepala revolver berukuran 9mm telah diambil. Itu sedikit melegakkan mengingat suara tembakannya cukup keras, Cake hanya takut kalau pelurunya berjenis Magnum. Ternyata sekelas pistol.
Meski begitu, Rachel dan Orla tetap menganjurkan agar Lady De Polcester dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada sinar X-ray di rumah sakit.
Sekitar 45 menit operasi kecil itu berhasil. Setelah meminum ibuprofen, kini Lady De Polcester sedikit merasa tenang. Ritme nafasnya berhasil diatur normal dan demamnya telah hilang. Kini mereka, Ren dan Lady De Polcester berhasil saling berpelukan tanpa ada yang menganggu lagi.
Namun sekitar 15 menit sebelumnya, mereka mendengar gemaan seperti suara jet. Kecuali Cake, yang berpikir itu adalah peluru sniper anti material yang diluncurkan.
***
Tiga jam setelah kejadian, vila itu dikosongkan. Ren bergegas mengambil semua barang miliknya dan ibunya, Lady De Polcester. Dua mayat kini bertambah jadi satu, meski yang satu berada di tengah hutan. Ban mobil yang bocor kini telah diganti. Agnes membawa SUV milik Lady De Polcester membawa Ren, dan Cake dengan mobil yang dipinjamnya bersama Countess Madelaine. Sementara Rachel dan Orla ditemani Tucker dan Irivng menjaga Lady De Polcester. Sedangkan Dua van hitam, memimpin di paling depan dan paling belakang. Van yang paling belakang mengangku mayat.
Sebelum pergi Lady De Polcester telah menjanjikan sesuatu, yaitu informasi yang menjadi perhatian Cake.
Route54B…
Siapa yang tahu kini Cake mendapat salah satu mantan ilmuwannya…
Kotak kayu yang selama ini dipegang Lady De Polcester akhirnya terbuka dengan kalung milik Ren. Sebuah kertas berisi kartu kelahiran milik Ren. 12-04-XXXX, persis nomor kamar spesial yang punya jalan kecil gelap saling menghubungkan kamar lainnya. Ada juga kalung kembar mirip dengan kalung Ren, namun dengan permata batu ruby. Hanya seperti yang dikatakan Lady De Polcester, ia membenarkan apa yang ia katakan. Sementara sisanya yang lain, adalah empat botol kaca tabung reaksi berisi cairan dan botol kecil tabung 20ml berisi cairan kental merah yang Cake ambil.
“Ngomong – ngomong aku melihatmu agak kurang puas tadi, ternyata ada benarnya. Bagaimana kau bisa curiga?” tanya Countess Madelaine, sambil menyetir mobil.
“Well….” Cake mengulurkan tangannya, memberikan empat botol kaca tabung reaksi dan botol kecil tabung 20ml dalam koper kecil kepadanya.
“Ow, terima kasih. Kau melakukan pekerjaan yang bagus,” sahut Madelaine dengan bangga.
“Sejak awal aku merasa sangsi pada wanita lansia itu. Dari mulutnya sendiri ia mengatakan bahwa dirinya mencegah pemberontakan di Africa. Masalahnya ia sedikit naif. Dikiranya aku tidak punya ikatan dari interpol?” Cake berpaling pada Madelaine, sambil bernafas lega.
“Dan… interpol sama sekali tidak memberikan kabar pada kita soal kerusuhan di Africa, bukan?”
“Oui. Ditambah, Lady De Polcester tidak pernah sama sekali mempercayakan hal sekecil apapun padanya. Ia lebih memilih Agnes.” Cake menurunkan kursi penumpang hingga hampir 180 derajat. Kini kepalanya dengan nikmat bersandar semi tiduran.
“Itu karena Agnes adalah temannya lama. Bila kau bertanya sejak awal, aku pasti akan memberitahumu sedikit informasi,”
“Barangkali. Tapi saat Agnes mengatakan ia sedikit tidak senang, aku jadi tambah ragu. Wajahnya secara eksplisit memberitahu…,”
“Kau bisa tahu wajah robot Agnes?” tanya balik Madelaine.
“Barangkali…?”
“Huh?”
Cake berpaling ke arah samping sebelum matanya terpejam. “Barangkali sejak awal aku mencurigainya. Orang biasa tentu tidak akan pernah bisa mendapat surat itu langsung dari komplotan konsorsium kecil. Lagipula… ia menerima surat itu sendirian. Mengambil peran membawa kayu dari hutan agar dia bisa berkomunikasi lebih lanjut…. Kira – kira begitu.”
“Tapi ternyata mereka telah kabur. Well, meski yang satu kena PGM Hecate II tepat di kepala?” Madelaine menoleh ke arah Cake dan tersenyum kecil.
“Yeah, kartu asku yang lain, kau tak boleh menangkapnya.”
THE END
ns216.73.216.69da2