
Fajar menyingsing, membawa cahaya tipis yang menyelinap masuk melalui celah gorden, namun tidak membawa serta ketenangan.
140Please respect copyright.PENANAKCqJvgokEF
Arum terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Ada sisa-sisa kenikmatan semalam yang membekas di tubuhnya, sensasi panas dan kelegaan yang diberikan Bayu, tapi juga rasa bersalah yang menusuk. Seperti duri dalam daging, ia merasa kotor karena kembali ke Bayu, meskipun hanya secara virtual, di saat ia seharusnya fokus pada Arya.
140Please respect copyright.PENANAoa2YwHfekC
Ia pun kembali memikirkan Arya, dimana dia? Apakah dia benar-benar menghilang begitu saja, mengulang pola yang sama seperti yang lain? Pertanyaan itu terus menggerogoti pikirannya, lebih intens dari sebelumnya, menguras setiap detik tenaganya.
Arum meraih ponselnya, layar yang menyala terang itu menyajikan kekosongan yang sama. Tidak ada notifikasi dari Arya. tidak ada yang berubah. Arya masih hilang, perasaan Arum melayang diantara kemarahan yang membara, kesedihan yang menusuk, dan keputusasaan yang semakin dalam. Kebahagiaan yang ia temukan bersama Arya seolah rapuh seperti kaca, mudah pecah, dan kini ia merasakan pecahan-pecahan itu mengiris hatinya, membuatnya sesak napas.
140Please respect copyright.PENANALtzcmocawS
Pagi itu, Arum membuka pesan-pesan terakhirnya untuk Arya. Barisan pesan yang ia kirimkan dalam kepanikan, memohon balasan, kini terasa begitu sia-sia, begitu menyakitkan, dan begitu memalukan. Setiap kata yang ia ketikkan terasa seperti jeritan putus asa yang tak terjawab.
140Please respect copyright.PENANAXjeXYh9XFy
Arum: "Arya, kamu kenapa sih? Udah lima hari lho ini. Kalau kamu mau selesai, bilang aja. Aku nggak suka digantung gini. Kamu tahu kan aku benci ketidakpastian! Ini nyiksa banget."
Arum: "Aku nggak tahu kamu di mana, apa yang terjadi sama kamu, ini udah keterlaluan. Aku udah percaya sama kamu, udah buka semuanya tentang hidup aku. Sikap kamu yang ngilang gini ngancurin kepercayaan aku."
Arum: "Aku mohon, balas. Satu kata aja. Biar aku tahu kamu baik-baik aja. Aku nungguin kamu, Arya. Apa kamu bahkan mikirin aku?"
140Please respect copyright.PENANABCbX6eChXQ
Ia menghela napas berat, merasakan beban di dadanya semakin menekan, seolah ada batu besar yang menimpanya. Ia membanting ponselnya kembali ke tempat tidur dengan amarah yang tertahan, lalu membenamkan wajahnya ke bantal, menahan jeritan frustrasi yang ingin ia lepaskan. Napasnya terengah-engah, tersendat, menahan air mata yang mulai mendesak keluar, membasahi bantal sampai terasa dingin dan lengket.
140Please respect copyright.PENANAERbslwr88C
Ia merasa seperti pecandu yang sedang mengalami sakau, membutuhkan dosisnya, membutuhkan Arya, membutuhkan sentuhan dan kepastian yang pria itu berikan. Kekosongan itu terasa begitu besar, menganga di dalam dirinya, siap menelannya bulat-bulat, memusnahkan semua sisa waras yang ia miliki. Pikirannya melayang, membayangkan Arya baik-baik saja, namun sengaja mengabaikannya. Atau, skenario terburuk, Arya mengalami sesuatu dan Arum tidak tahu. Kedua pikiran itu sama-sama mengerikan.
Di tengah kegelapan emosionalnya yang mencekik, ponselnya bergetar lagi. Nama Bayu muncul di layar. Sebuah getaran yang terasa seperti lonceng peringatan, namun juga sebuah undangan. Arum tidak ragu lagi. Ia tahu ini akan membawanya kembali ke lingkaran sexting yang membuatnya merasa kotor di pagi hari, rasa bersalah yang menggerogoti setelah kepuasan sesaat. Tapi ia juga tahu bahwa Bayu adalah satu-satunya yang saat ini ada untuknya, satu-satunya yang mau mengisi kekosongan ini, meskipun hanya dengan ilusi dan kata-kata yang memicu sisi terliarnya.
140Please respect copyright.PENANAuvmQ1t83Bb
Perasaan putus asa mengalahkan keraguannya, seperti gelombang pasang yang tak terhindarkan. Ia butuh sesuatu untuk meredakan gejolak dalam hatinya, dan Bayu adalah satu-satunya jalan keluar yang terlihat.
Arum membuka chat Bayu.
140Please respect copyright.PENANANBZSwuq64V
Bayu: "Selamat pagi, Arum. Gimana, fwb kamu udah ada kabar?"
140Please respect copyright.PENANAC4r8bPRPm4
Arum pun dengan cepat membalas pesan Bayu.
140Please respect copyright.PENANAYffq6AP1V5
Arum: "Belum. Dia nggak ada kabar. Aku lelah banget, Bay…"
Bayu: "Aku tahu, sayang. Aku di sini untuk itu. Untuk bikin kamu lupa. Untuk bikin kamu nggak lelah lagi. Kamu mau kan aku bikin kamu lupa? Aku mau kamu ikuti apa yang aku bilang."
140Please respect copyright.PENANAbc2T5bZO89
Arum menghela napas. Ia sudah tidak punya tenaga untuk menolak.
140Please respect copyright.PENANANnGjMLD1B0
Arum: "Mau. Terserah kamu."
140Please respect copyright.PENANAvdiLEGlBEX
140Please respect copyright.PENANADqsnHBr9TL
140Please respect copyright.PENANAZKmFrVWtIm
***
Baca kisah lengkapnya dari profile penulis
ns216.73.216.166da2