
#2 Perspektif3119Please respect copyright.PENANAu7MWMyryY1
3119Please respect copyright.PENANADtvGA3vvuH
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3119Please respect copyright.PENANAb7eYP2yiDw
3119Please respect copyright.PENANAesc4c0FyiG
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3119Please respect copyright.PENANASqxerr1iKU
3119Please respect copyright.PENANA172Howzkxa
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3119Please respect copyright.PENANAduQmzWiKxe
3119Please respect copyright.PENANAkwHMzKtO67
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3119Please respect copyright.PENANA9K886v1TOL
3119Please respect copyright.PENANAW6UcBMdPvP
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3119Please respect copyright.PENANAwvcmwrpFj4
3119Please respect copyright.PENANAOuFNw42vCs
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3119Please respect copyright.PENANATueUyhAB8h
3119Please respect copyright.PENANAFtmeV5yWmb
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3119Please respect copyright.PENANAGnKXYLIRvF
3119Please respect copyright.PENANAWMtgliVBnJ
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3119Please respect copyright.PENANAaCOlWk26bb
3119Please respect copyright.PENANAeQqaoDp171
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3119Please respect copyright.PENANALabNenEDXG
3119Please respect copyright.PENANAEyStoBwUT6
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3119Please respect copyright.PENANA0Tp1SZy0mq
3119Please respect copyright.PENANA9apKTCydCr
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3119Please respect copyright.PENANAxTU9topj8S
3119Please respect copyright.PENANAw9qJU2QOTy
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3119Please respect copyright.PENANAvOhvR2NE76
3119Please respect copyright.PENANAr7gLEptImP
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3119Please respect copyright.PENANAJ4XKCvjTXA
3119Please respect copyright.PENANAA6fFnQMj7X
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3119Please respect copyright.PENANABdohr74Cot
3119Please respect copyright.PENANAAGt6nFMGyE
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3119Please respect copyright.PENANANRvLop4lVZ
3119Please respect copyright.PENANAxkvW0uFlDb
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3119Please respect copyright.PENANAVzgExOwvdA
3119Please respect copyright.PENANANCaXOjQVgD
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3119Please respect copyright.PENANAHS4RxYgNzA
3119Please respect copyright.PENANA3H2hGtrCrl
“Dia jaga stand buku.”.3119Please respect copyright.PENANAeZKpULxgjD
3119Please respect copyright.PENANAzZtOmsPoug
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3119Please respect copyright.PENANAnUllEON97x
3119Please respect copyright.PENANA12dUL6pzsd
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3119Please respect copyright.PENANACebVF0c3o7
3119Please respect copyright.PENANAhZdWSWf7xE
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3119Please respect copyright.PENANAzpRHFS7Y8H
3119Please respect copyright.PENANAujchk1yjt0
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3119Please respect copyright.PENANASxCxA6TOGw
3119Please respect copyright.PENANAapWENxnDiD
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3119Please respect copyright.PENANAxTJkhUBCq4
3119Please respect copyright.PENANARydsqaUBuy
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3119Please respect copyright.PENANAZHG4vND7Lw
3119Please respect copyright.PENANA4cCb8LQFAO
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3119Please respect copyright.PENANAcaPcrruQvW
3119Please respect copyright.PENANAHLaRr1oM1m
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3119Please respect copyright.PENANAVrPtrhU42b
3119Please respect copyright.PENANATkY5fvfqRr
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3119Please respect copyright.PENANAzAeahVMERY
3119Please respect copyright.PENANAebJG2OkznS
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3119Please respect copyright.PENANAtxrKby1PDk
3119Please respect copyright.PENANAWaxgRLX8g3
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3119Please respect copyright.PENANASaJqyjbdj9
3119Please respect copyright.PENANAHmN8OF7Fdr
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3119Please respect copyright.PENANA4bnSxtjoNT
3119Please respect copyright.PENANA2srw37JYGD
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3119Please respect copyright.PENANAqqSN0C57L1
3119Please respect copyright.PENANAqWFoSKc5Sv
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3119Please respect copyright.PENANAbvg5GFXG4r
3119Please respect copyright.PENANAloHvG71yyp
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3119Please respect copyright.PENANADwaHGX8RX5
3119Please respect copyright.PENANAb3QepIKY71
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3119Please respect copyright.PENANAdX0AP3TwnH
3119Please respect copyright.PENANAx0FRnHBVwO
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3119Please respect copyright.PENANAycabeYyQNY
3119Please respect copyright.PENANAdECGY4uobo
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3119Please respect copyright.PENANATMOSuW8MjM
3119Please respect copyright.PENANAKTH95NO5up
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3119Please respect copyright.PENANArmZEmAZ5F3
3119Please respect copyright.PENANAAFF5HhxStU
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3119Please respect copyright.PENANAsAxsgusyWW
3119Please respect copyright.PENANAyuQk18MUmA
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3119Please respect copyright.PENANA8bYKyoNdPI
3119Please respect copyright.PENANAbp8O8K7uVE
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3119Please respect copyright.PENANAHQhUDqQxqb
3119Please respect copyright.PENANAPrS89XXqsz
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3119Please respect copyright.PENANAgvqI1ACWnc
3119Please respect copyright.PENANAGYqMdOz9n1
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3119Please respect copyright.PENANAkCHk4Davhn
3119Please respect copyright.PENANAzMHNJ6rxD5
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3119Please respect copyright.PENANAcI7K30BO0s
3119Please respect copyright.PENANAFcJBsaGLHk
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3119Please respect copyright.PENANAFU0e5yNdKm
3119Please respect copyright.PENANATm1z4F9Clg
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3119Please respect copyright.PENANAVQcyuHw7cm
3119Please respect copyright.PENANAAand9Xy6nH
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3119Please respect copyright.PENANA9ZKEYoM4zw
3119Please respect copyright.PENANAQgunVQcJ2k
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3119Please respect copyright.PENANAEP7glGka0J
3119Please respect copyright.PENANAaJCsqavGwO
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3119Please respect copyright.PENANAliy4DYYqOj
3119Please respect copyright.PENANAC4hCXxsjDU
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3119Please respect copyright.PENANALpgdoDU4Dc
3119Please respect copyright.PENANArPaEWQTGiO
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3119Please respect copyright.PENANA3O3iv2ZSfm
3119Please respect copyright.PENANATZVNXkrGRY
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3119Please respect copyright.PENANA8tPBGrU0XE
3119Please respect copyright.PENANAjy2bHfzH6C
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3119Please respect copyright.PENANAbAzOS9CQYE
3119Please respect copyright.PENANAnuo8nESePd
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3119Please respect copyright.PENANAwcghLVmq5u
3119Please respect copyright.PENANA6iKtU0vfn2
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3119Please respect copyright.PENANAtvw2UvA5ZN
3119Please respect copyright.PENANA8Ms4LcqBH4
***3119Please respect copyright.PENANAqIOBybG5NA
3119Please respect copyright.PENANAfRj9UODJU0
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3119Please respect copyright.PENANAOwdKODViKa
3119Please respect copyright.PENANAcftOD0ZMzC
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3119Please respect copyright.PENANAw0YT0o8hzh
3119Please respect copyright.PENANAr0L0OOSpgb
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3119Please respect copyright.PENANAPNt4pvwUvH
3119Please respect copyright.PENANABUorMIhTUv
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3119Please respect copyright.PENANA8WdvEyPz9g
3119Please respect copyright.PENANAncyerNZqs5
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3119Please respect copyright.PENANAcZHHlVoPvY
3119Please respect copyright.PENANAZjuFOGktga
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3119Please respect copyright.PENANARO0NXKqrpl
3119Please respect copyright.PENANAaDcpJ111ab
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3119Please respect copyright.PENANAP3WQYCPKMR
3119Please respect copyright.PENANAcf94mv7LIw
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3119Please respect copyright.PENANAuvS2sUSOWS
3119Please respect copyright.PENANAyhVfKNeIpX
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3119Please respect copyright.PENANAMvxmYP3iyC
3119Please respect copyright.PENANABWsR406Y6W
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3119Please respect copyright.PENANAgxlPZgDMUd
3119Please respect copyright.PENANAL3KcDnX7EG
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3119Please respect copyright.PENANAIDwZckAwla
3119Please respect copyright.PENANAgcKq6XuAEk
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3119Please respect copyright.PENANA4VXm6V8bOE
3119Please respect copyright.PENANArLurImehw7
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3119Please respect copyright.PENANASJAQk9tYGe
3119Please respect copyright.PENANA1c009deKih
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3119Please respect copyright.PENANAqwlgKMT8pA
3119Please respect copyright.PENANAsZsiedczta
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3119Please respect copyright.PENANAX3q9WL46He
3119Please respect copyright.PENANAPiobCMhgJi
***3119Please respect copyright.PENANA2dSEJXvpMx
3119Please respect copyright.PENANAKkuZpSYg10
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3119Please respect copyright.PENANArO51RENq8O
3119Please respect copyright.PENANAyz8S5PSMeH
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3119Please respect copyright.PENANAvO4X2Hi85X
3119Please respect copyright.PENANAly5L0dQu6Y
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3119Please respect copyright.PENANAiRGKNEw6BE
3119Please respect copyright.PENANAPJafrkAmTc
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3119Please respect copyright.PENANADP7mFdlzkK
3119Please respect copyright.PENANAVq7ubfsPZb
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3119Please respect copyright.PENANAtBSH4YgbxN
3119Please respect copyright.PENANAbXPnEVLfmq
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3119Please respect copyright.PENANAvDtP2ouVun
3119Please respect copyright.PENANAL29CXekgBJ
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3119Please respect copyright.PENANA52XtQN9X4l
3119Please respect copyright.PENANA3RysibBy8r
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3119Please respect copyright.PENANAgxXpFNSZqO
3119Please respect copyright.PENANAPYAwUENdM9
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3119Please respect copyright.PENANAT0UJck1rSa
3119Please respect copyright.PENANAJsY09qvPfN
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3119Please respect copyright.PENANA8GiQOWN2xC
3119Please respect copyright.PENANAA9F60r8X1k
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3119Please respect copyright.PENANAickpsepuFp
3119Please respect copyright.PENANAfz0UOBRpvc
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3119Please respect copyright.PENANAuLiAuwUzD4
3119Please respect copyright.PENANAYbkJhP7YQE
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3119Please respect copyright.PENANADOTQGHPOAf
3119Please respect copyright.PENANAmZdv5NSt8B
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3119Please respect copyright.PENANAnzVMSUBG2L
3119Please respect copyright.PENANAMmNZavVIVg
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3119Please respect copyright.PENANAMPMRzj8lE1
3119Please respect copyright.PENANA7lVmqM20ax
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3119Please respect copyright.PENANAjQeKLmkAIN
3119Please respect copyright.PENANAIOsZ0BeYpn
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3119Please respect copyright.PENANAiURz7gESLK
3119Please respect copyright.PENANAYB8DphCwCI
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3119Please respect copyright.PENANA8AMdWlKJGM
3119Please respect copyright.PENANAfx7TTgBjne
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3119Please respect copyright.PENANA8aIFZIh6un
3119Please respect copyright.PENANAcC0tmOsmoy
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3119Please respect copyright.PENANAhL64fPcRVH
3119Please respect copyright.PENANAmqMaH0qICq
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3119Please respect copyright.PENANAGkKzxcpifS
3119Please respect copyright.PENANAwUkUTWafdS
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3119Please respect copyright.PENANAgvYF44R4Oh
3119Please respect copyright.PENANA133WXbeI3c
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3119Please respect copyright.PENANA2cDwahi4g9
3119Please respect copyright.PENANA2gI8TQgXsR
“Umi penasaran doang,” kataku.3119Please respect copyright.PENANAqEKOAK8spi
3119Please respect copyright.PENANAcQRaJ0cz7B
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3119Please respect copyright.PENANA6sOR0ZAp95
3119Please respect copyright.PENANAfjHFXGcwXC
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3119Please respect copyright.PENANAqMWwz5ITnv
3119Please respect copyright.PENANAhasz4VWKN4
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3119Please respect copyright.PENANACmfdZdZD0L
3119Please respect copyright.PENANAIN9j573N43
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3119Please respect copyright.PENANAbHOp1535bp
3119Please respect copyright.PENANAOV6lYFVpxU
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3119Please respect copyright.PENANAAXymezboBs
3119Please respect copyright.PENANA14XbqxNkSk
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3119Please respect copyright.PENANAOiCvzN7iF1
3119Please respect copyright.PENANANyNjSllsGB
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3119Please respect copyright.PENANAW3Jbv4JyQ5
3119Please respect copyright.PENANAIDs23VtQIe
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3119Please respect copyright.PENANAcAUA9s2qBd
3119Please respect copyright.PENANADUMnpxgkF9
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3119Please respect copyright.PENANA1TGH13vvjV
3119Please respect copyright.PENANADxFLtPA4C2
***3119Please respect copyright.PENANAAJp1RTjJpO
3119Please respect copyright.PENANAHFnGJcb1YA
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3119Please respect copyright.PENANAkRWaRM7Nkk
3119Please respect copyright.PENANAVY5d09nyB6
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3119Please respect copyright.PENANAH9ElOHKQlL
3119Please respect copyright.PENANAp5LTwQHNsu
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3119Please respect copyright.PENANArPdqtgP9CH
3119Please respect copyright.PENANAzrCACcuOxS
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3119Please respect copyright.PENANATYHWiXSQPY
3119Please respect copyright.PENANAkxRTmqEbr1
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3119Please respect copyright.PENANARhQdbVAuxE
3119Please respect copyright.PENANAaC15mDm4yI
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3119Please respect copyright.PENANAPZlX9qgpWV
3119Please respect copyright.PENANABMNf5H7zhF
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3119Please respect copyright.PENANAjNKFyGKpXE
3119Please respect copyright.PENANAYYDsPdn5TK
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3119Please respect copyright.PENANATaQDA5A5Z5
3119Please respect copyright.PENANAqla55ELNpr
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3119Please respect copyright.PENANAkQstxGOjE6
3119Please respect copyright.PENANA0cTLay5uHC
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3119Please respect copyright.PENANAnNzsHTO71X
3119Please respect copyright.PENANABCuXCOyFJx
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3119Please respect copyright.PENANAJtdYI4nPaN
3119Please respect copyright.PENANAP9DzKHKvaG
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3119Please respect copyright.PENANAR2sr5hbDik
3119Please respect copyright.PENANAlOn6fAeOia
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3119Please respect copyright.PENANASg0oC8NgSx
3119Please respect copyright.PENANAIwRwWxSeiD
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3119Please respect copyright.PENANAaiPiFfeg48
3119Please respect copyright.PENANAaMiRJN6Xrb
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3119Please respect copyright.PENANAgYl10wrg4y
3119Please respect copyright.PENANAFn2SaBuEw4
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3119Please respect copyright.PENANAGAhiIbBJ9x
3119Please respect copyright.PENANAG1bNhdNwRb
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3119Please respect copyright.PENANANvjppqQJhY
3119Please respect copyright.PENANAC7naimso74
“Tante cemburu?” dia menoleh.3119Please respect copyright.PENANAwZQjDPKRyd
3119Please respect copyright.PENANAcMrgBeOppF
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3119Please respect copyright.PENANAznC3cGUwYV
3119Please respect copyright.PENANAtbFW5fEcYR
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3119Please respect copyright.PENANABPmz6Xs0Lo
3119Please respect copyright.PENANAeJS4PrdbKL
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3119Please respect copyright.PENANAizAqWEIad2
3119Please respect copyright.PENANAYguetxsvgG
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3119Please respect copyright.PENANAgQxR7EROTC
3119Please respect copyright.PENANAMVI3ogYy3R
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3119Please respect copyright.PENANAiSzRF1cbPF
3119Please respect copyright.PENANAp7zqWaqq9F
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3119Please respect copyright.PENANAnyMn8Bxb2r
3119Please respect copyright.PENANAIGmZap60PN
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3119Please respect copyright.PENANA9xwJQsP5z1
3119Please respect copyright.PENANAOjzwdPIwUj
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3119Please respect copyright.PENANANsJuyeO4Jj
3119Please respect copyright.PENANAYg3uTh7Y12
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3119Please respect copyright.PENANA4YtTUmaf1p
3119Please respect copyright.PENANA27hr4ZZacZ
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3119Please respect copyright.PENANAFCNNkVu21Q
3119Please respect copyright.PENANAdP4DOMCfe6
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3119Please respect copyright.PENANArohRW1wdOL
3119Please respect copyright.PENANAOh9gRuxluc
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3119Please respect copyright.PENANAhCZ1DiME37
3119Please respect copyright.PENANA3GmjPxHNga
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3119Please respect copyright.PENANA0pboaFjfe5
3119Please respect copyright.PENANAW6F1GSS0bG
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3119Please respect copyright.PENANABrIFca79Tv
3119Please respect copyright.PENANAfPhHVSMqnD
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3119Please respect copyright.PENANAu44M7rxNxR
3119Please respect copyright.PENANAJW2wHf7N71
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3119Please respect copyright.PENANAnQBL0omR1v
3119Please respect copyright.PENANANzwgcRkRu3
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3119Please respect copyright.PENANALpg3kMbcrS
3119Please respect copyright.PENANACJdrGoctDX
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3119Please respect copyright.PENANAEDXVdBc7RU
3119Please respect copyright.PENANAHMLhOBfXTz
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3119Please respect copyright.PENANARaag9aRwMC
3119Please respect copyright.PENANASPaJIFwvSD
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3119Please respect copyright.PENANAqXKD4X8EYw
3119Please respect copyright.PENANAKc0GBMuTwH
***3119Please respect copyright.PENANAsXEmaWWI8P
3119Please respect copyright.PENANAUf8EKR4fip
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3119Please respect copyright.PENANAg1I4qGtVvr
3119Please respect copyright.PENANA7MtmELVuAG
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3119Please respect copyright.PENANAtw8VYwvvpw
3119Please respect copyright.PENANAKrhv3X00vN
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3119Please respect copyright.PENANAF3hdGCK9wa
3119Please respect copyright.PENANAtTTqwxtHj6
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3119Please respect copyright.PENANA0wQW5q2Uqy
3119Please respect copyright.PENANAnOTljhSfVI
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3119Please respect copyright.PENANAcu7PttfgYL
3119Please respect copyright.PENANALFoArFi4EZ
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3119Please respect copyright.PENANAqJdJW2oWJl
3119Please respect copyright.PENANAT1mRDwhm46
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3119Please respect copyright.PENANAIMFtT2wcYF
3119Please respect copyright.PENANAzHQR9T5wxi
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3119Please respect copyright.PENANAJhZi5b3etl
3119Please respect copyright.PENANAa1MvwTLvki
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3119Please respect copyright.PENANAHJ95OJHqeM
3119Please respect copyright.PENANAljb1347bRX
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3119Please respect copyright.PENANAqVNv1BypPh
3119Please respect copyright.PENANAnbbbYvvuaH
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3119Please respect copyright.PENANAORmQmw4fPD
3119Please respect copyright.PENANAn8AI6oE3YQ
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3119Please respect copyright.PENANA9IHPJgl0q1
3119Please respect copyright.PENANAMO3jAaitZH
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3119Please respect copyright.PENANARjlhRCzgDn
3119Please respect copyright.PENANA1h1FNaAonZ
Aku menggelang.3119Please respect copyright.PENANAwDpLS3RmHW
3119Please respect copyright.PENANArYesqPC8Zj
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3119Please respect copyright.PENANATcgNCN3GFS
3119Please respect copyright.PENANAE4zN3wjdKj
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3119Please respect copyright.PENANADffNWPBiir
3119Please respect copyright.PENANAoq3MkSsCPv
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3119Please respect copyright.PENANAvFsCADePCg
3119Please respect copyright.PENANAb4xf96IEfm
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3119Please respect copyright.PENANAo7G8gMYvMi
3119Please respect copyright.PENANALGNyjLwheY
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3119Please respect copyright.PENANAPPwpif8b1k
3119Please respect copyright.PENANAW5vsjaDsGa
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3119Please respect copyright.PENANACi0YbsGT8q