
#1 Namaku Laras
4322Please respect copyright.PENANA01tTOHXL1L
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.4322Please respect copyright.PENANAXJm8yP8BMy
4322Please respect copyright.PENANAgsUGi3yIaS
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.4322Please respect copyright.PENANAIQSYP9kEpi
4322Please respect copyright.PENANASXdIDIrLRB
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.4322Please respect copyright.PENANAa4hodqIL0y
4322Please respect copyright.PENANA9gX8Hb8uoz
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.4322Please respect copyright.PENANAWzKVVajnct
4322Please respect copyright.PENANAD0B6mnNaFB
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.4322Please respect copyright.PENANAKv5vVJmskD
4322Please respect copyright.PENANAdnHhx4cKV7
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.4322Please respect copyright.PENANAGTG1wiVV9H
4322Please respect copyright.PENANAT6mVt3Yzqz
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.4322Please respect copyright.PENANAQgap1Aw4gB
4322Please respect copyright.PENANAjnrsMq15hb
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.4322Please respect copyright.PENANAFI4GzmUJpZ
4322Please respect copyright.PENANACFoCbOihUh
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.4322Please respect copyright.PENANAm7SqQnPljp
4322Please respect copyright.PENANAUgJzwRqYgF
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.4322Please respect copyright.PENANA1FJkemj87B
4322Please respect copyright.PENANAATLzPd03X5
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.4322Please respect copyright.PENANAfJmVQ4Tw3c
4322Please respect copyright.PENANAJWJFXSqMJv
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.4322Please respect copyright.PENANA4mphdviET4
4322Please respect copyright.PENANAvCVixanWau
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.4322Please respect copyright.PENANAdgHa6u07HH
4322Please respect copyright.PENANAQDhpzdfFuT
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.4322Please respect copyright.PENANAAQfVbaFlPJ
4322Please respect copyright.PENANAD12jqrNUcz
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.4322Please respect copyright.PENANAXevATrNitd
4322Please respect copyright.PENANAjnpVOdZLnb
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.4322Please respect copyright.PENANA4i12yWdk7P
4322Please respect copyright.PENANACwh7S2xKdl
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.4322Please respect copyright.PENANAz6WnBHA3IL
4322Please respect copyright.PENANALhIvJSKyHd
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.4322Please respect copyright.PENANAaObmhp1N7U
4322Please respect copyright.PENANAHW3OKQkpDY
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.4322Please respect copyright.PENANAdT0woRXGsg
4322Please respect copyright.PENANApdQ7iXCsr1
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.4322Please respect copyright.PENANAAwJuIk2tG3
4322Please respect copyright.PENANAahQiN06zuH
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.4322Please respect copyright.PENANAX3bKQEAgQv
4322Please respect copyright.PENANAxSR3aftqpx
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.4322Please respect copyright.PENANAs47sAXAAtQ
4322Please respect copyright.PENANAqQsF4qhU3E
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.4322Please respect copyright.PENANA9TpxK571w1
4322Please respect copyright.PENANAQG0JWEqjpB
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.4322Please respect copyright.PENANA4BE7Ktvxyp
4322Please respect copyright.PENANAHGJVmlQNF4
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.4322Please respect copyright.PENANAPrECkJuR40
4322Please respect copyright.PENANANN4ROvwEqL
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.4322Please respect copyright.PENANAHkWhNuufAo
4322Please respect copyright.PENANAfKDi3ETGav
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.4322Please respect copyright.PENANAFSF8OxWWMT
4322Please respect copyright.PENANAPMrmBuRboY
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.4322Please respect copyright.PENANAC3lkK0xCmB
4322Please respect copyright.PENANAysz2eYC0xK
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.4322Please respect copyright.PENANAQEtZPUYyQF
4322Please respect copyright.PENANAyhvfsiPL8r
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.4322Please respect copyright.PENANAnrz7o2b3Sd
4322Please respect copyright.PENANAr3CnZedJqs
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.4322Please respect copyright.PENANAyFXAJRihbF
4322Please respect copyright.PENANAtzGPRcXu2m
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.4322Please respect copyright.PENANARg8L92b7se
4322Please respect copyright.PENANAWOF4zvAvbz
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.4322Please respect copyright.PENANAEFclm3FmCb
4322Please respect copyright.PENANAvZXtJDy9mg
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”4322Please respect copyright.PENANAYSK9VxWOtg
4322Please respect copyright.PENANANEuBvBodbt
Fajar mengangguk.4322Please respect copyright.PENANAmuTURkQxK4
4322Please respect copyright.PENANAzzfymuxObD
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”4322Please respect copyright.PENANAUAlne0k1kr
4322Please respect copyright.PENANApJ8plMwi41
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.4322Please respect copyright.PENANAosGDPGVaup
4322Please respect copyright.PENANA22t1yr2u8k
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”4322Please respect copyright.PENANAahRHKmyMxM
4322Please respect copyright.PENANAkCgtxw8BuW
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.4322Please respect copyright.PENANApQg9qkKYyS
4322Please respect copyright.PENANAAbiDLPVq9G
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.4322Please respect copyright.PENANADa4qIyzAoE
4322Please respect copyright.PENANAHbV9Q9HGiU
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”4322Please respect copyright.PENANARiGY3UcpZz
4322Please respect copyright.PENANAmpnpoz2XGL
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.4322Please respect copyright.PENANAG8CzJ6h7aB
4322Please respect copyright.PENANAfN6R0c97D7
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.4322Please respect copyright.PENANAa6CfY4cexj
4322Please respect copyright.PENANACvppQFsc4S
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.4322Please respect copyright.PENANAn2DqBJe3vX
4322Please respect copyright.PENANAu5b9LpRE0q
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.4322Please respect copyright.PENANA6yGdkSGn4U
4322Please respect copyright.PENANAotbiadCgFx
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”4322Please respect copyright.PENANADzsYQcc9Mr
4322Please respect copyright.PENANAUl0igYlqAC
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.4322Please respect copyright.PENANAZU1m6st1c5
4322Please respect copyright.PENANAOxPPq23jHt
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”4322Please respect copyright.PENANAam7FB59GAn
4322Please respect copyright.PENANA5nm7kb4M7w
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”4322Please respect copyright.PENANAI5qooNJugn
4322Please respect copyright.PENANAQwmIOHS5ri
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”4322Please respect copyright.PENANAHLWRCEybHy
4322Please respect copyright.PENANAXLsvtAEiF0
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.4322Please respect copyright.PENANAMzO8aHYwWt
4322Please respect copyright.PENANAaPX4HNVhog
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.4322Please respect copyright.PENANAXsquOqT9gg
4322Please respect copyright.PENANAi6xbxEV9QZ
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.4322Please respect copyright.PENANAcv2JivSbxG
4322Please respect copyright.PENANARaL8gtmHJt
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.4322Please respect copyright.PENANAtgESC0WPWH
4322Please respect copyright.PENANA8PyLfxAlpy
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”4322Please respect copyright.PENANADhEAOVYf8n
4322Please respect copyright.PENANAzkduR5nBjM
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.4322Please respect copyright.PENANADG7HWOK5JK
4322Please respect copyright.PENANA21yxUzTTOq
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”4322Please respect copyright.PENANAI8vTvYf44J
4322Please respect copyright.PENANAnZ0CZynQBF
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”4322Please respect copyright.PENANAs99sq89OHC
4322Please respect copyright.PENANA6FRjg8JAuP
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.4322Please respect copyright.PENANAqavKfWo7Hp
4322Please respect copyright.PENANAOHgjtN6Xr0
“Cie pacaran.”4322Please respect copyright.PENANAwy72EjqGhl
4322Please respect copyright.PENANApH5X13Caa0
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.4322Please respect copyright.PENANAY5KLcgYVQE
4322Please respect copyright.PENANANouU3Hbm6y
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.4322Please respect copyright.PENANA7WNAyH1DmG
4322Please respect copyright.PENANA4j9q6v2n7F
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”4322Please respect copyright.PENANAWxvZjVpSdc
4322Please respect copyright.PENANApExMNDhKL2
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.4322Please respect copyright.PENANAo4MLQMChf0
4322Please respect copyright.PENANAgXkBLyKCU8
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”4322Please respect copyright.PENANAhPK2Mv7mF5
4322Please respect copyright.PENANAz1euHv3sC0
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”4322Please respect copyright.PENANAZwyLSwcLo2
4322Please respect copyright.PENANAWwi9H85lq5
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”4322Please respect copyright.PENANAfrXry1STEx
4322Please respect copyright.PENANADoqZVHKowb
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”4322Please respect copyright.PENANA8vSG6tmL8h
4322Please respect copyright.PENANAH3nodOIQrk
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”4322Please respect copyright.PENANAURnc9ZdhwS
4322Please respect copyright.PENANAEnlShVhUyT
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”4322Please respect copyright.PENANANlRCruOVQj
4322Please respect copyright.PENANAL4aqMZXou2
“Fajar gak ikut, tan.”4322Please respect copyright.PENANAQ4ufCbX05H
4322Please respect copyright.PENANAY46TXkybUe
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”4322Please respect copyright.PENANAy1nqXvhAqP
4322Please respect copyright.PENANAgjOjUY3JYR
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.4322Please respect copyright.PENANAMHWaDzsCfu
4322Please respect copyright.PENANANSraUiuGzL
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”4322Please respect copyright.PENANAcbG1RTW5ap
4322Please respect copyright.PENANAH7VxbUrNOI
***4322Please respect copyright.PENANAde03o50VMM
4322Please respect copyright.PENANArbFOD5pbl0
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.4322Please respect copyright.PENANAwzCupmyCuK
4322Please respect copyright.PENANA5UC6cR86mu
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.4322Please respect copyright.PENANAQ2NTWGtwcu
4322Please respect copyright.PENANAmtxyMUtSA3
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”4322Please respect copyright.PENANA9PlrDBi7rm
4322Please respect copyright.PENANAQamG5Z1Mpr
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.4322Please respect copyright.PENANAmwNLBnwleA
4322Please respect copyright.PENANAlJd8xaHzcv
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”4322Please respect copyright.PENANAa4tt6Vlghp
4322Please respect copyright.PENANA0pA5PScnaG
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”4322Please respect copyright.PENANAZdJ7jUHV5J
4322Please respect copyright.PENANA4KsgETGYwr
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”4322Please respect copyright.PENANANpIWc4HWV6
4322Please respect copyright.PENANAyvnTtIIEWH
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”4322Please respect copyright.PENANABpC1B07lit
4322Please respect copyright.PENANATr4XgVuQOJ
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.4322Please respect copyright.PENANA14YFbbReMl
4322Please respect copyright.PENANApBcHru2nFT
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.4322Please respect copyright.PENANApJn0ohQFzx
4322Please respect copyright.PENANAhRwHac844h
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”4322Please respect copyright.PENANA6Rfeyx3Yy1
4322Please respect copyright.PENANAUF2uh1MXuY
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.4322Please respect copyright.PENANAsQTusRJO9P
4322Please respect copyright.PENANAhaJYFbtOlU
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.4322Please respect copyright.PENANAIZb0NDmu4m
4322Please respect copyright.PENANArQbt6OUB7H
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.4322Please respect copyright.PENANAoOZ8dT3U0H
4322Please respect copyright.PENANA1SbqlzUdI5
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”4322Please respect copyright.PENANAn3J8kVOiH0
4322Please respect copyright.PENANA8jP2HIGqDF
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.4322Please respect copyright.PENANAs3u3PLhrwW
4322Please respect copyright.PENANAJjy1WHF8RT
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.4322Please respect copyright.PENANAM5rloKobyL
4322Please respect copyright.PENANAdXmEHf6AzP
Aku mengangguk.4322Please respect copyright.PENANAWwbLgBeU6V
4322Please respect copyright.PENANAuj05dZQ4UE
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.4322Please respect copyright.PENANAnJGlgNv963
4322Please respect copyright.PENANAOFmpqeIGFt
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.4322Please respect copyright.PENANAMlE7wBIUCe
4322Please respect copyright.PENANAPysxDkzaOi
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.4322Please respect copyright.PENANArqEykmhaa4
4322Please respect copyright.PENANA2Ml5o5nlKH
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.4322Please respect copyright.PENANAbqtEil2WOX
4322Please respect copyright.PENANAu2doKLDy0o
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.4322Please respect copyright.PENANAlOwtdhCTul
4322Please respect copyright.PENANAgBENwqWtfv
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.4322Please respect copyright.PENANAmCMioHhfHf
4322Please respect copyright.PENANAca5kjANPsN
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”4322Please respect copyright.PENANALZNyvrCKoz
4322Please respect copyright.PENANAoKCdOtoSmc
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.4322Please respect copyright.PENANAzFEypH1KPL
4322Please respect copyright.PENANApQNC6Z6GTv
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”4322Please respect copyright.PENANAcXKkLGa2YA
4322Please respect copyright.PENANAeAm5HWPSIM
***4322Please respect copyright.PENANA06gpn91Y6r
4322Please respect copyright.PENANAhfUtWHzImx
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.4322Please respect copyright.PENANAeTbIpG2zVM
4322Please respect copyright.PENANAXIQ9CnT4S0
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.4322Please respect copyright.PENANAEYTCVAwjEq
4322Please respect copyright.PENANAIQnvHZ9LX8
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.4322Please respect copyright.PENANAI3nISSEXeD
4322Please respect copyright.PENANAkKwIXktiYI
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.4322Please respect copyright.PENANAhFNeZLwwZ6
4322Please respect copyright.PENANAJw0TbRrOrS
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.4322Please respect copyright.PENANAVQpzx2W55e
4322Please respect copyright.PENANAoJfWqmt7lz
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.4322Please respect copyright.PENANA2RWQB1jv7J
4322Please respect copyright.PENANA8fXjJdWi9S
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.4322Please respect copyright.PENANAvBgctxRGO1
.4322Please respect copyright.PENANAbl5D7zoHSc
4322Please respect copyright.PENANAu3RlpRiEII
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.4322Please respect copyright.PENANAAxbZcDAM3D
4322Please respect copyright.PENANAWhxb7Sw00O
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.4322Please respect copyright.PENANAF5wcMh8ZD8
4322Please respect copyright.PENANATU4HO2Hb8J
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.4322Please respect copyright.PENANAKb8n0xgaJK
4322Please respect copyright.PENANAXD1PYkHs0H
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.4322Please respect copyright.PENANAdZSSRe3PqY
4322Please respect copyright.PENANAKUkQ9EOQfz
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.4322Please respect copyright.PENANAgALidfXorU
4322Please respect copyright.PENANAalDPSfozKA
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”4322Please respect copyright.PENANAt9IgVKD210
4322Please respect copyright.PENANACXyEsK5TiG
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”4322Please respect copyright.PENANAQnc5lrNNo8
4322Please respect copyright.PENANAmQ31njSBdI
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”4322Please respect copyright.PENANA0abeGbHyjR
4322Please respect copyright.PENANAnGAjD3TphG
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”4322Please respect copyright.PENANA83wqC76URO
4322Please respect copyright.PENANAIWEBKUIMfK
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”4322Please respect copyright.PENANAwxE8Uo250M
4322Please respect copyright.PENANAc63wq26hId
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.4322Please respect copyright.PENANAqJBmTaFL2O
4322Please respect copyright.PENANAbD4tuUXBFD
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”4322Please respect copyright.PENANA45S1wTI52z
4322Please respect copyright.PENANAS87mcp7AN6
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.4322Please respect copyright.PENANAyZLUxHR9vv
4322Please respect copyright.PENANAJRjTmreoaM
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.4322Please respect copyright.PENANAqTDRJEC6qV
4322Please respect copyright.PENANAVN9a4qZejw
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.4322Please respect copyright.PENANAuz8A8i4GVd
4322Please respect copyright.PENANAyK03yeJGLO
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.4322Please respect copyright.PENANAAWETj6kNK8
4322Please respect copyright.PENANAcZiNr787z5
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”4322Please respect copyright.PENANAHRtoeD5PaL
4322Please respect copyright.PENANAnp6kS1mRhi
Fajar mengangguk.4322Please respect copyright.PENANAdJ3xnX6787
4322Please respect copyright.PENANANOJlW144Oj
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.4322Please respect copyright.PENANAjAO1eYVRVi
4322Please respect copyright.PENANAUACzkIJbHU
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.4322Please respect copyright.PENANAV4DkxdIhW7
4322Please respect copyright.PENANAm6AQS1tfxK
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.4322Please respect copyright.PENANAzSnmQqFYFI
4322Please respect copyright.PENANAKtYVGzmYI4
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.4322Please respect copyright.PENANAjjpVOi9wCJ
4322Please respect copyright.PENANAyvoH9bhovU
***4322Please respect copyright.PENANAvwKol1O7Am
4322Please respect copyright.PENANAovzjIKVTEu
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.4322Please respect copyright.PENANATrauMmRHKz
4322Please respect copyright.PENANAI9rCrFXXPr
“Ada orang di dalam, Jar?”4322Please respect copyright.PENANAXX92FxlS3l
4322Please respect copyright.PENANA2Av9HFktuw
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”4322Please respect copyright.PENANAGbtLHwczrI
4322Please respect copyright.PENANAYWAOfW1iaH
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”4322Please respect copyright.PENANAvhlXwf6d2m
4322Please respect copyright.PENANA9le0UeLNou
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”4322Please respect copyright.PENANAYc5TU9oYpo
4322Please respect copyright.PENANAkKvezUp0HR
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.4322Please respect copyright.PENANAoYYBNQMbqg
4322Please respect copyright.PENANASV9ZSOsphX
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.4322Please respect copyright.PENANA0PBBW7Oz1N
4322Please respect copyright.PENANAYCxBfiMJTP
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”4322Please respect copyright.PENANAmf3M6SCT9K
4322Please respect copyright.PENANAF8NefFYh61
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.4322Please respect copyright.PENANA38t7jSG2ME
4322Please respect copyright.PENANAdxFR8twSVx
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”4322Please respect copyright.PENANA4QPnRYO6r7
4322Please respect copyright.PENANAcjsBLdfctf
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.4322Please respect copyright.PENANAFLSnBY7RkV
4322Please respect copyright.PENANAAo5VcfvzDM
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”4322Please respect copyright.PENANAW0gIqCxdkK
4322Please respect copyright.PENANA35kXEP2ZLi
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.4322Please respect copyright.PENANASjCAUXevDp
4322Please respect copyright.PENANAWQTQfv5SvN
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.4322Please respect copyright.PENANA8kW8yuk615
4322Please respect copyright.PENANAtNmUuY0O35
Ruang terasa lenggang.4322Please respect copyright.PENANAsN34UUN52a
4322Please respect copyright.PENANAoJovwA2FVE
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”4322Please respect copyright.PENANAlJyuDJ51bL
4322Please respect copyright.PENANAsfz2t1DeRH
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.4322Please respect copyright.PENANAifZBJqBQqI
4322Please respect copyright.PENANAzqgjNt3XeR
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.4322Please respect copyright.PENANAHqlyEGPeJ5
4322Please respect copyright.PENANAQBPoevN3BC
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.4322Please respect copyright.PENANAb3RwGDJ75m
4322Please respect copyright.PENANAXmMlr8ixHn
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.4322Please respect copyright.PENANAMjWfpmx9gi
4322Please respect copyright.PENANA7CMXhyIbeZ
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.4322Please respect copyright.PENANANUlhutlpcw
4322Please respect copyright.PENANAad5oMI0g99
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.4322Please respect copyright.PENANAKeNLign4bs
4322Please respect copyright.PENANARQnDHmgIvT
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”4322Please respect copyright.PENANAi33ui0UufI
4322Please respect copyright.PENANAmz1LiT0vA0
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.4322Please respect copyright.PENANAYBaGlfKWUT
4322Please respect copyright.PENANAQzktVyUKH3
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”4322Please respect copyright.PENANAZa78GjuW4M
4322Please respect copyright.PENANAPdl4s8jw8u
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.4322Please respect copyright.PENANA386N4B36PN
4322Please respect copyright.PENANAq6zn8yGAXW
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”4322Please respect copyright.PENANAhFzXFaBX1x
4322Please respect copyright.PENANAVUXQDi3H2U
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.4322Please respect copyright.PENANAu5QzU1Q0g5
4322Please respect copyright.PENANAvUhaIwTRLw
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”4322Please respect copyright.PENANAyBqnxYnGjV
4322Please respect copyright.PENANAPQvim9Qw6X
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.4322Please respect copyright.PENANAcmEOi6HA1O
4322Please respect copyright.PENANAzgS5FOjdYP
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.4322Please respect copyright.PENANASA8jl9e7af
4322Please respect copyright.PENANAJfJo8o0OH3
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”4322Please respect copyright.PENANAvBUMqVFZCO
4322Please respect copyright.PENANAEpWcj22Y7F
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
4322Please respect copyright.PENANAwlquz9f23t