
#1 Namaku Laras
2404Please respect copyright.PENANAnlzbnBsg55
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.2404Please respect copyright.PENANAPvVbnOis9I
2404Please respect copyright.PENANA7c72Ns2rLU
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.2404Please respect copyright.PENANALoGYqmWvy5
2404Please respect copyright.PENANACjnLvEXF8y
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.2404Please respect copyright.PENANAbygOXZUV22
2404Please respect copyright.PENANAYyqP7c099j
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.2404Please respect copyright.PENANALm17ABbeeA
2404Please respect copyright.PENANA37fTXw1HKp
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.2404Please respect copyright.PENANAKs0Q1QFA0b
2404Please respect copyright.PENANAGGAaCw1gyC
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.2404Please respect copyright.PENANAqpT1jFccDP
2404Please respect copyright.PENANAIV5j7Gz6DC
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.2404Please respect copyright.PENANAM2FWaoHBcV
2404Please respect copyright.PENANARIyQE6QlIw
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.2404Please respect copyright.PENANAqS4XdIvAAE
2404Please respect copyright.PENANAQhAIomQdmq
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.2404Please respect copyright.PENANA78Lw8FxYpj
2404Please respect copyright.PENANAA9S5fb8Yqj
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.2404Please respect copyright.PENANAxFmXAbdVuZ
2404Please respect copyright.PENANAwZVEHjzscP
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.2404Please respect copyright.PENANAG082ZNP5Mp
2404Please respect copyright.PENANAIPm1c8sZGy
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.2404Please respect copyright.PENANA69xGcIgIoF
2404Please respect copyright.PENANAu3ajkfD5tB
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.2404Please respect copyright.PENANAiFzVsVebXp
2404Please respect copyright.PENANAoF3rOnm6K0
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.2404Please respect copyright.PENANA2lxZnTbE3O
2404Please respect copyright.PENANAyvR8DJbJBP
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.2404Please respect copyright.PENANAaPvgnqulD0
2404Please respect copyright.PENANAcaiZxBCnsX
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.2404Please respect copyright.PENANA4J4mDnYtZC
2404Please respect copyright.PENANApBFx40ynvv
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.2404Please respect copyright.PENANAEawRVIXjEk
2404Please respect copyright.PENANAUDkLL7iuH4
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.2404Please respect copyright.PENANALsKFhz2vlu
2404Please respect copyright.PENANA6zcJYW5ikC
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.2404Please respect copyright.PENANAt8u5bQitQK
2404Please respect copyright.PENANAzR5An98q9q
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.2404Please respect copyright.PENANABo2HIegTUW
2404Please respect copyright.PENANAfvoOqjU2WN
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.2404Please respect copyright.PENANAnmGMfLhDhO
2404Please respect copyright.PENANAiozYw7mqGa
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.2404Please respect copyright.PENANAigGqwX37b1
2404Please respect copyright.PENANAnGA90vzD2U
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.2404Please respect copyright.PENANABRwmXvhJhG
2404Please respect copyright.PENANAizuF1643K9
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.2404Please respect copyright.PENANAuS4NuMtAjy
2404Please respect copyright.PENANA1TMJpM8nQ4
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.2404Please respect copyright.PENANAAplzGMN42X
2404Please respect copyright.PENANALuMEEXFycJ
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.2404Please respect copyright.PENANAtlBZ6BE3H0
2404Please respect copyright.PENANAxPrrWKGavJ
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.2404Please respect copyright.PENANAVjKG3htvWz
2404Please respect copyright.PENANAYYoGTaoEjh
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.2404Please respect copyright.PENANAHQQ7Bh2osB
2404Please respect copyright.PENANAqgFQhEZHjV
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2404Please respect copyright.PENANA1GJZzyaEcp
2404Please respect copyright.PENANAqpoppvEaPW
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.2404Please respect copyright.PENANADAsLfkkqvQ
2404Please respect copyright.PENANAB43N1WE8U0
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.2404Please respect copyright.PENANAne1PIEGUqz
2404Please respect copyright.PENANABW5RffLSWP
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.2404Please respect copyright.PENANArJVuZ4lL89
2404Please respect copyright.PENANAbn7QN2ywMy
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.2404Please respect copyright.PENANAZZee3L35MI
2404Please respect copyright.PENANAn4i1UfgHKr
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”2404Please respect copyright.PENANAHogY7v50TN
2404Please respect copyright.PENANAtrNwSQxr5M
Fajar mengangguk.2404Please respect copyright.PENANA5YgfGbB2Us
2404Please respect copyright.PENANAciEiJ4AXKn
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”2404Please respect copyright.PENANAHvyERuDlap
2404Please respect copyright.PENANA7t6YT5HnNY
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.2404Please respect copyright.PENANACpgCRIZ4RN
2404Please respect copyright.PENANA9UHVD20jLC
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”2404Please respect copyright.PENANAcfSJId3uRw
2404Please respect copyright.PENANAHQ38saHDUu
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.2404Please respect copyright.PENANATkesP6GWDo
2404Please respect copyright.PENANACtD8NaVg3H
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.2404Please respect copyright.PENANADSp9EoBXM0
2404Please respect copyright.PENANAZlncAnMMqj
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”2404Please respect copyright.PENANAWG5bQWoVfF
2404Please respect copyright.PENANAXtPjb3SB07
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.2404Please respect copyright.PENANAOHXDxMW9JH
2404Please respect copyright.PENANAeYjAaENYDq
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.2404Please respect copyright.PENANAQT9GeMJDGF
2404Please respect copyright.PENANAsC4mQHSyR2
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.2404Please respect copyright.PENANAOtTTIKUp3y
2404Please respect copyright.PENANAOuyD6fGAEC
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.2404Please respect copyright.PENANAhL8hwGpsGq
2404Please respect copyright.PENANARrw9tcNUzx
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”2404Please respect copyright.PENANAVYQ8ExI2BV
2404Please respect copyright.PENANAj6nNehBlHk
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.2404Please respect copyright.PENANAsePdvbatCL
2404Please respect copyright.PENANAk52cCDN1yq
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”2404Please respect copyright.PENANAFdq62EB08f
2404Please respect copyright.PENANAXwgNo5HeQ1
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”2404Please respect copyright.PENANAlJmH9FYeaf
2404Please respect copyright.PENANAoc3tXMMmSB
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”2404Please respect copyright.PENANAWNpQ1jVJAK
2404Please respect copyright.PENANAqOQTF4Fzmx
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.2404Please respect copyright.PENANAN1BMbtmRJv
2404Please respect copyright.PENANAfFYJEYf6YN
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.2404Please respect copyright.PENANAprWxZ12t54
2404Please respect copyright.PENANANw7e5XNxBT
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.2404Please respect copyright.PENANAjkVQmATkhz
2404Please respect copyright.PENANACcWBKGCT1Z
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.2404Please respect copyright.PENANAgnfew9BC1G
2404Please respect copyright.PENANAvBZ4l9cFhX
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”2404Please respect copyright.PENANA6WFvohalsC
2404Please respect copyright.PENANAFzCypLy76e
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.2404Please respect copyright.PENANAckzaMNDPZ5
2404Please respect copyright.PENANAmuzJrHnJZ6
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”2404Please respect copyright.PENANAEm2x9B9UWj
2404Please respect copyright.PENANAhG6bkpkAbZ
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”2404Please respect copyright.PENANAh7dNU5nIuf
2404Please respect copyright.PENANAxHbg47HtRl
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.2404Please respect copyright.PENANAry216hkapR
2404Please respect copyright.PENANALiQa8XV9vG
“Cie pacaran.”2404Please respect copyright.PENANATDbn4MobpB
2404Please respect copyright.PENANA8uTO6pSChm
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.2404Please respect copyright.PENANASzbPZLlKe9
2404Please respect copyright.PENANAIQo69PN6ts
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.2404Please respect copyright.PENANADvEZguvpEX
2404Please respect copyright.PENANAVpuzKcqvYz
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”2404Please respect copyright.PENANA5HzVMtdDQi
2404Please respect copyright.PENANAwNGYXlAEg8
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.2404Please respect copyright.PENANAnEnZxmrAEr
2404Please respect copyright.PENANAzE7UjKMFID
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”2404Please respect copyright.PENANAHkQoSKivca
2404Please respect copyright.PENANAGEeEukPbsr
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”2404Please respect copyright.PENANAbW4TzgO9iP
2404Please respect copyright.PENANAH10Uf0mfah
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”2404Please respect copyright.PENANA1XmV28CshI
2404Please respect copyright.PENANA8k22rod7cR
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”2404Please respect copyright.PENANA7v1Xep98pI
2404Please respect copyright.PENANAtATzxitfif
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”2404Please respect copyright.PENANA6s6Bih1qIZ
2404Please respect copyright.PENANAiVNJ5S3KLY
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”2404Please respect copyright.PENANAEQzjoCYSHv
2404Please respect copyright.PENANAlZCrEvESCC
“Fajar gak ikut, tan.”2404Please respect copyright.PENANAG8erdC3B1L
2404Please respect copyright.PENANA09Um56xYJA
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”2404Please respect copyright.PENANAyTsb1MG57f
2404Please respect copyright.PENANASmVfboBmBv
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.2404Please respect copyright.PENANAUar0ZA9eOW
2404Please respect copyright.PENANAGFfrnPFnQy
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”2404Please respect copyright.PENANA4sGiNZ9x6S
2404Please respect copyright.PENANAiJ6DNKXQUo
***2404Please respect copyright.PENANA0wjsEzCgSV
2404Please respect copyright.PENANAd2YAacYbe8
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.2404Please respect copyright.PENANA0PT3H6o2fY
2404Please respect copyright.PENANA8QXwt4thWX
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.2404Please respect copyright.PENANAoORMi7FRmu
2404Please respect copyright.PENANAODDDR0MavP
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”2404Please respect copyright.PENANAdfUQdTeukB
2404Please respect copyright.PENANAJ9c6ggbCaJ
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.2404Please respect copyright.PENANADZolf89FJr
2404Please respect copyright.PENANA7WM0kExbex
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”2404Please respect copyright.PENANAYqwyqZRc3W
2404Please respect copyright.PENANA0nFbF3HB4m
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”2404Please respect copyright.PENANAmCT4j8UHd3
2404Please respect copyright.PENANAN1EPQ0gC01
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”2404Please respect copyright.PENANAEJxy6lSrdz
2404Please respect copyright.PENANA7mbQQGtmSi
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”2404Please respect copyright.PENANArktpvM6XLm
2404Please respect copyright.PENANAc0bDIqfwER
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.2404Please respect copyright.PENANAua80tcnmHu
2404Please respect copyright.PENANAO26qegI5Os
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.2404Please respect copyright.PENANAwEXGPTnnqL
2404Please respect copyright.PENANAsw1CQo6fOc
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”2404Please respect copyright.PENANAwzNxZOfUIC
2404Please respect copyright.PENANAuzE7kiReVh
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.2404Please respect copyright.PENANA7eqTFR61wY
2404Please respect copyright.PENANAzme7i2QaiW
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.2404Please respect copyright.PENANANWCWfNLQwH
2404Please respect copyright.PENANApsimu0qGzx
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.2404Please respect copyright.PENANAtqpyayURBs
2404Please respect copyright.PENANA1YCd80ykm0
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”2404Please respect copyright.PENANAaLFjMiR3yr
2404Please respect copyright.PENANAc4e8GfHJUE
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.2404Please respect copyright.PENANA9dI7ovSdgb
2404Please respect copyright.PENANATdotHkzNIv
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.2404Please respect copyright.PENANAnAsSi0zGdG
2404Please respect copyright.PENANAZwMNA63CV9
Aku mengangguk.2404Please respect copyright.PENANAVVjDVPoEig
2404Please respect copyright.PENANAX4jXMW2Dmd
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.2404Please respect copyright.PENANA7QTcT8UiGh
2404Please respect copyright.PENANAyi5q7vHmyW
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.2404Please respect copyright.PENANAbCR9Hu7wEu
2404Please respect copyright.PENANAKgFsjhEfST
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.2404Please respect copyright.PENANAZen9gUbJaa
2404Please respect copyright.PENANA77UKWbPNun
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.2404Please respect copyright.PENANAI8mMY5P6kx
2404Please respect copyright.PENANATnzPpEiwNI
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.2404Please respect copyright.PENANAmdaKGlrdcN
2404Please respect copyright.PENANAfkfTu1SgiV
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.2404Please respect copyright.PENANAdz751S3Rnc
2404Please respect copyright.PENANAvYxma5ZObt
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”2404Please respect copyright.PENANAZmIpk3br5X
2404Please respect copyright.PENANAw1RhkyVM4E
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.2404Please respect copyright.PENANAgIrx2h4P7O
2404Please respect copyright.PENANAhViYppdpLs
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”2404Please respect copyright.PENANAl9FuKu0Ayd
2404Please respect copyright.PENANAM34HgM47oy
***2404Please respect copyright.PENANA8YEyQHCXY6
2404Please respect copyright.PENANAAxIWOqap7U
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.2404Please respect copyright.PENANAjtnadzos59
2404Please respect copyright.PENANAzJXTk0bMEh
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.2404Please respect copyright.PENANA3Xi3Tc3nE8
2404Please respect copyright.PENANAOZFtf7ps9W
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.2404Please respect copyright.PENANA4mSDIaAi8Y
2404Please respect copyright.PENANAkBlFpEFu1z
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.2404Please respect copyright.PENANA6gouiJB4t7
2404Please respect copyright.PENANAoPWFsm18rw
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.2404Please respect copyright.PENANAZDe5AU2KRU
2404Please respect copyright.PENANAa4lJ015q9O
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.2404Please respect copyright.PENANAVkGd4rrMtO
2404Please respect copyright.PENANAR80pE6fJWd
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.2404Please respect copyright.PENANA79CZ3VYVUk
.2404Please respect copyright.PENANACk1ldMfK2Y
2404Please respect copyright.PENANAnClGzHtVvv
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.2404Please respect copyright.PENANASefsa3k2ph
2404Please respect copyright.PENANAfdpEz8FW43
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.2404Please respect copyright.PENANAqJK9aX8rqQ
2404Please respect copyright.PENANAq8BDjJGbW1
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.2404Please respect copyright.PENANAy2GftfAY69
2404Please respect copyright.PENANABJQvjulrfo
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.2404Please respect copyright.PENANAv6QulNSz3s
2404Please respect copyright.PENANAEvxlP5oVeI
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.2404Please respect copyright.PENANAJXw53voeo2
2404Please respect copyright.PENANAtUFDgIAotx
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”2404Please respect copyright.PENANAOHgMNbiX1I
2404Please respect copyright.PENANAxzwvNfpm9f
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”2404Please respect copyright.PENANAcp6MGf4COr
2404Please respect copyright.PENANAjSPwjNnuwC
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”2404Please respect copyright.PENANAK9tysFAPaQ
2404Please respect copyright.PENANAhxMTX2KnxY
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”2404Please respect copyright.PENANAC7obKW9Yvw
2404Please respect copyright.PENANAMdVLV82aRk
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”2404Please respect copyright.PENANAGaj58rNfy6
2404Please respect copyright.PENANAyfSKpuBQHQ
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.2404Please respect copyright.PENANAZDHTcKGJXC
2404Please respect copyright.PENANALvqp1PAbdH
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”2404Please respect copyright.PENANAqGtA0Qrsso
2404Please respect copyright.PENANAlk4DnJwR68
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.2404Please respect copyright.PENANAZxJGs9ZFcA
2404Please respect copyright.PENANAwseXEFxDjC
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.2404Please respect copyright.PENANAHQ9gAoqt7a
2404Please respect copyright.PENANAzlqookopuF
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.2404Please respect copyright.PENANAOiQe69Tpsj
2404Please respect copyright.PENANABCCciiXWU2
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.2404Please respect copyright.PENANAs8OVzPVa7o
2404Please respect copyright.PENANAIhsNf5RxUu
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”2404Please respect copyright.PENANAOChEFnh27Y
2404Please respect copyright.PENANA6BRqvQfJ6G
Fajar mengangguk.2404Please respect copyright.PENANA18XTiEemgR
2404Please respect copyright.PENANA75qre1U712
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.2404Please respect copyright.PENANAgUW7FO2k68
2404Please respect copyright.PENANAmexhVXE1UW
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.2404Please respect copyright.PENANAW9cbdpFWwX
2404Please respect copyright.PENANA8igvNfV1aH
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.2404Please respect copyright.PENANAVsJrCJgR23
2404Please respect copyright.PENANAQuUrauEcX2
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.2404Please respect copyright.PENANAYIqgt9DVn3
2404Please respect copyright.PENANAjyTh51FSlP
***2404Please respect copyright.PENANA4HmDEk5oWK
2404Please respect copyright.PENANAwC0f5z7GJQ
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.2404Please respect copyright.PENANAygIp1wE8tC
2404Please respect copyright.PENANAn64vteddN7
“Ada orang di dalam, Jar?”2404Please respect copyright.PENANATFmDEoMX5X
2404Please respect copyright.PENANAi2eDxQp6mo
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”2404Please respect copyright.PENANAYhARg2x9Vw
2404Please respect copyright.PENANA9TZZDMKa4o
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”2404Please respect copyright.PENANATIPWWeIksK
2404Please respect copyright.PENANA3u5R7CjmPt
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”2404Please respect copyright.PENANArnWktSRem5
2404Please respect copyright.PENANAvNvJIVTgWL
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.2404Please respect copyright.PENANAM5Hcj8hc7q
2404Please respect copyright.PENANAO1kS8uTvj5
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.2404Please respect copyright.PENANAD8eJwSdreD
2404Please respect copyright.PENANAeYMtvajdNZ
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”2404Please respect copyright.PENANAXOLAsHTxFR
2404Please respect copyright.PENANAsofqMFo10Y
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.2404Please respect copyright.PENANAEzMIs22c5T
2404Please respect copyright.PENANAyYEOU2kZnb
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”2404Please respect copyright.PENANAN0SaY7BYQ1
2404Please respect copyright.PENANAkZu3tvh7AX
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.2404Please respect copyright.PENANAwzZqMrZ7sU
2404Please respect copyright.PENANAl4fwUbZHvS
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”2404Please respect copyright.PENANATQFwNGpZ3d
2404Please respect copyright.PENANAGNvoiocynE
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.2404Please respect copyright.PENANA2CqFPf1obB
2404Please respect copyright.PENANAhMcUYUZ5cW
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.2404Please respect copyright.PENANAPbm7orIXVx
2404Please respect copyright.PENANAzpNyf6hM0c
Ruang terasa lenggang.2404Please respect copyright.PENANA4sB3vXGYjH
2404Please respect copyright.PENANAjlIgtvdxxw
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”2404Please respect copyright.PENANAUZerw1q3nI
2404Please respect copyright.PENANAobCX7OVhUr
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.2404Please respect copyright.PENANAFfTAJ70c78
2404Please respect copyright.PENANARUCKKAHZ2R
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.2404Please respect copyright.PENANAcsCav75llB
2404Please respect copyright.PENANAykqx1zDzlf
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.2404Please respect copyright.PENANApv8uXk7YNt
2404Please respect copyright.PENANAjaHWhBDIE7
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.2404Please respect copyright.PENANALwRhLGjBku
2404Please respect copyright.PENANAWwXddTkBVo
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.2404Please respect copyright.PENANAXxNpQrpxDF
2404Please respect copyright.PENANAshqAHcQxtm
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.2404Please respect copyright.PENANA4TUWIwHyeb
2404Please respect copyright.PENANASY68RzvjCY
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”2404Please respect copyright.PENANA8udaF0FqBC
2404Please respect copyright.PENANAJib4JPXOFM
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.2404Please respect copyright.PENANA3zXWRufg7F
2404Please respect copyright.PENANAwHx9vgHLNJ
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”2404Please respect copyright.PENANApnCkn8vW8y
2404Please respect copyright.PENANAK7q5bar9A4
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.2404Please respect copyright.PENANA5BI8xhtnYm
2404Please respect copyright.PENANAbdk435A4Ie
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”2404Please respect copyright.PENANACpUkvJqxYL
2404Please respect copyright.PENANAtrkhII7mWe
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.2404Please respect copyright.PENANAQFOUugjFCL
2404Please respect copyright.PENANAzm2fKRAtCZ
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”2404Please respect copyright.PENANAtbqdD1lwUg
2404Please respect copyright.PENANA5EQYt5WYvP
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.2404Please respect copyright.PENANAspGIgI6sbK
2404Please respect copyright.PENANAqjjm3Shlep
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.2404Please respect copyright.PENANAsdiHxOZEs8
2404Please respect copyright.PENANA4SZccMIygK
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”2404Please respect copyright.PENANAby2uOl6NZW
2404Please respect copyright.PENANAen8DkzzEJR
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
2404Please respect copyright.PENANAhfEm98dNfq