
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2584Please respect copyright.PENANAoZ73vcyuUQ
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2584Please respect copyright.PENANAcHriWAsKRb
2584Please respect copyright.PENANA1LRcYpwrAc
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2584Please respect copyright.PENANAq4bVy9WeUA
2584Please respect copyright.PENANACAdlUCz12s
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2584Please respect copyright.PENANA0m4Jwq2U29
2584Please respect copyright.PENANAQhvocUatcS
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2584Please respect copyright.PENANALSmqoMkZoF
2584Please respect copyright.PENANAohlbr3SqHh
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2584Please respect copyright.PENANA4dR2KqKtzt
2584Please respect copyright.PENANA68XcAtIe8w
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2584Please respect copyright.PENANAsadmcKeqaE
2584Please respect copyright.PENANAifX7FBu67h
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2584Please respect copyright.PENANAEFiThUnYpw
2584Please respect copyright.PENANAIilB1WZqiB
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2584Please respect copyright.PENANA9AvxWyIR3M
2584Please respect copyright.PENANAVcbBJycA7V
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2584Please respect copyright.PENANACmNctz61e9
2584Please respect copyright.PENANAHpORVPIFEh
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2584Please respect copyright.PENANAx7A37udBQM
2584Please respect copyright.PENANAMcmH1DiHs0
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2584Please respect copyright.PENANAodN4dkyrHw
2584Please respect copyright.PENANA5aTfGYKFsZ
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2584Please respect copyright.PENANAjha56MkMf1
2584Please respect copyright.PENANAW2fNraVdFO
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2584Please respect copyright.PENANAB3dwbLp27l
2584Please respect copyright.PENANAaFV7NVev2W
“iya, sayang,” kata Fajar.2584Please respect copyright.PENANAe4w15keG1n
2584Please respect copyright.PENANAdyI09FPVE9
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2584Please respect copyright.PENANA6r1bjMPtWh
2584Please respect copyright.PENANAFhTsj2zqDO
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2584Please respect copyright.PENANAnra8Yturyl
2584Please respect copyright.PENANAq5SioUgOkw
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2584Please respect copyright.PENANA6UXIcxujyT
2584Please respect copyright.PENANA3KI8VtNcrn
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2584Please respect copyright.PENANAFGxuyfV20O
2584Please respect copyright.PENANAlmMDg5qp9O
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2584Please respect copyright.PENANAJjPcnQA27P
2584Please respect copyright.PENANA0oJWiS7C7c
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2584Please respect copyright.PENANAwsC52TNPFP
2584Please respect copyright.PENANAuuMUfPPOFs
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2584Please respect copyright.PENANAWrvUDSAMgb
2584Please respect copyright.PENANAWH5CWJ4m8P
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2584Please respect copyright.PENANAWQKi5SNIgV
2584Please respect copyright.PENANAJlJqZcShJ6
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2584Please respect copyright.PENANAdqcWFFK9gA
2584Please respect copyright.PENANArSUcgvjBw7
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2584Please respect copyright.PENANA9WIMxwXBRi
2584Please respect copyright.PENANAdopbkwtlCK
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2584Please respect copyright.PENANAlH2dRbd2od
2584Please respect copyright.PENANAvDqKDt10uc
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2584Please respect copyright.PENANAEfj5eEsO1I
2584Please respect copyright.PENANA1xOAVCXXmI
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2584Please respect copyright.PENANA2pLhOliGMz
2584Please respect copyright.PENANAxnqenYSclU
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2584Please respect copyright.PENANAJyMtTSeQEX
2584Please respect copyright.PENANAbXXDKJ0kT2
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2584Please respect copyright.PENANADrU9vf8oKL
2584Please respect copyright.PENANA78cJA170c3
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2584Please respect copyright.PENANA1iFb2FEZNC
2584Please respect copyright.PENANAm1t7tb7QF5
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2584Please respect copyright.PENANA4ij8YRuhWg
2584Please respect copyright.PENANAp8RVzr2KOM
“Ke mana?”2584Please respect copyright.PENANA8qlFZwOZ8Y
2584Please respect copyright.PENANATH4js8Vl1G
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2584Please respect copyright.PENANAmzogoakr0J
2584Please respect copyright.PENANAJH1Vg8VdoX
“Tante ikut aja, sih.”2584Please respect copyright.PENANATF0TLBDceC
2584Please respect copyright.PENANAIxFfRWqrBm
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2584Please respect copyright.PENANAnhlonXDMdJ
2584Please respect copyright.PENANAQw46HG6XBb
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2584Please respect copyright.PENANAKB8ry0I1fF
2584Please respect copyright.PENANAcyTxNxR2cG
“Tan?” tanyanya lagi.2584Please respect copyright.PENANARZJL6C5yFj
2584Please respect copyright.PENANA4fdPX4j38F
Aku ragu untuk menjawab iya.2584Please respect copyright.PENANAe8dK21uDxN
2584Please respect copyright.PENANAvucA6SF2Ka
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2584Please respect copyright.PENANALnC1SZMacm
2584Please respect copyright.PENANAcvcC9WCreZ
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2584Please respect copyright.PENANAOgeFBisNI1
2584Please respect copyright.PENANA8MJu1ThLeg
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2584Please respect copyright.PENANAyYACmBTXrT
2584Please respect copyright.PENANA0jE9YfMMbc
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2584Please respect copyright.PENANAVCWlF4DWAN
2584Please respect copyright.PENANACWee6rQhT8
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2584Please respect copyright.PENANAJImJLJexCD
2584Please respect copyright.PENANAuW17Z9Nr1m
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2584Please respect copyright.PENANA03MsZMyzVe
2584Please respect copyright.PENANATVtw1IZMLj
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2584Please respect copyright.PENANAkrYCmm4u2Y
2584Please respect copyright.PENANArqoWJvLGzh
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2584Please respect copyright.PENANA4bBL0PLkTh
2584Please respect copyright.PENANApfADTVaUNz
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2584Please respect copyright.PENANAhrD85dboX9
2584Please respect copyright.PENANAc6qDHclnL3
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2584Please respect copyright.PENANAI1aM0sKvYP
2584Please respect copyright.PENANAnG9a7X4P2q
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2584Please respect copyright.PENANAcvHBCKrGhL
2584Please respect copyright.PENANAb8yramhdNh
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2584Please respect copyright.PENANAn8KkX1fyEb
2584Please respect copyright.PENANAwetwS3WT1p
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2584Please respect copyright.PENANA1zRMVc3iry
2584Please respect copyright.PENANADHIIvFtUiL
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2584Please respect copyright.PENANAELafo2gwpu
2584Please respect copyright.PENANABqGrtTszDU
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2584Please respect copyright.PENANAv13OTiCv8T
2584Please respect copyright.PENANAj5vqhjqSD8
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2584Please respect copyright.PENANAaF4Aj3WqYv
2584Please respect copyright.PENANAvNG2p20NsY
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2584Please respect copyright.PENANA01JyLOra61
2584Please respect copyright.PENANAKMC4ks2lL4
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2584Please respect copyright.PENANAWasasvvMCv
2584Please respect copyright.PENANASxVzP7ht4I
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2584Please respect copyright.PENANAjmzVCdLaO5
2584Please respect copyright.PENANAS496tDtTdi
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2584Please respect copyright.PENANAHLly2LcY8T
2584Please respect copyright.PENANAABzbQX1iSW
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2584Please respect copyright.PENANAzPNOqOUzir
2584Please respect copyright.PENANAgjwJMN8nb0
***2584Please respect copyright.PENANAqeN6oRWIdp
2584Please respect copyright.PENANArpGYl7fvXT
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2584Please respect copyright.PENANAbAnZM28GF0
2584Please respect copyright.PENANAXju0KiFBpI
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2584Please respect copyright.PENANAvcKUYP8ZOK
2584Please respect copyright.PENANAE5m1HSOUrY
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2584Please respect copyright.PENANAzMBhhmYW8M
2584Please respect copyright.PENANACPnP67tQUb
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2584Please respect copyright.PENANAXSwHeiLWF2
2584Please respect copyright.PENANA5r1ddoG93a
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2584Please respect copyright.PENANAun6xheX63k
2584Please respect copyright.PENANAI6sTnMfGDB
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2584Please respect copyright.PENANAgdo4bIG3an
2584Please respect copyright.PENANAQ2F4Ek6d8A
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2584Please respect copyright.PENANAc4WaWcZYxY
2584Please respect copyright.PENANAOKooKhKHo0
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2584Please respect copyright.PENANA7SmmX4qnBL
2584Please respect copyright.PENANA0RjiEmHNhW
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2584Please respect copyright.PENANA5SSQNuH3om
2584Please respect copyright.PENANAfRCxbABe55
Aku menggangguk antusias.2584Please respect copyright.PENANAGlapzGTW6k
2584Please respect copyright.PENANAWnxDLiduKB
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2584Please respect copyright.PENANA2uoyFiPTH2
2584Please respect copyright.PENANAJSBRLwxZA8
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2584Please respect copyright.PENANAaoJF9A8VIn
2584Please respect copyright.PENANABCYfIWd1E5
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2584Please respect copyright.PENANA9HnZREMXL1
2584Please respect copyright.PENANAIlTgh6ZHZm
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2584Please respect copyright.PENANA4i7RTKLEVS
2584Please respect copyright.PENANAepPMB9ZTUw
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2584Please respect copyright.PENANA8rZQTmqQ5e
2584Please respect copyright.PENANAtbnHeTOTqw
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2584Please respect copyright.PENANArCCtXDmoYx
2584Please respect copyright.PENANAvaDKLCjUjD
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2584Please respect copyright.PENANAUxL9VTQi85
2584Please respect copyright.PENANANitPJJtHDO
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2584Please respect copyright.PENANA8NuR8avE4q
2584Please respect copyright.PENANA8hXo57JL3U
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2584Please respect copyright.PENANA0yYRD1wEKF
2584Please respect copyright.PENANAAB7fzfbyEM
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2584Please respect copyright.PENANAxd8f5iAxAh
2584Please respect copyright.PENANAlR0DGANpSf
“Kenapa?” tanyaku.2584Please respect copyright.PENANA9umPqIaReI
2584Please respect copyright.PENANAiDWJ2aGpNo
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2584Please respect copyright.PENANAHl4mT4IUSq
2584Please respect copyright.PENANAFoI1HQMJDV
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2584Please respect copyright.PENANAKw5QYAwXJH
2584Please respect copyright.PENANAa8tNNeeqSh
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2584Please respect copyright.PENANAtqDvDR0pYZ
2584Please respect copyright.PENANADPgEZ5Q1uk
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2584Please respect copyright.PENANASis5qbSZzP
2584Please respect copyright.PENANA4ruXpY9qni
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2584Please respect copyright.PENANAL7bFhBJQ99
2584Please respect copyright.PENANAu8eSelSrpE
***2584Please respect copyright.PENANAogfZ9eWGp6
2584Please respect copyright.PENANABru6xFLbMj
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2584Please respect copyright.PENANAkZ0kUsCVo9
2584Please respect copyright.PENANAT2quhXrmLt
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2584Please respect copyright.PENANATPG4w2frE8
2584Please respect copyright.PENANAFsmARUXv4b
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2584Please respect copyright.PENANAKnRcAK5pxI
2584Please respect copyright.PENANA9zsuIPhXsI
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2584Please respect copyright.PENANAMTePSRWjjX
2584Please respect copyright.PENANAKOiwbMMSWe
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2584Please respect copyright.PENANAQ7JCudfp85
2584Please respect copyright.PENANA6gcWmjupMJ
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2584Please respect copyright.PENANASDQL9vX3Xw
2584Please respect copyright.PENANAHcrjewYnSF
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2584Please respect copyright.PENANADMeaaWwcpF
2584Please respect copyright.PENANAuwDxONymOZ
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2584Please respect copyright.PENANAK86YH3Gmqy
2584Please respect copyright.PENANAkITnrRWhAX
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2584Please respect copyright.PENANAy6FkI66yjZ
2584Please respect copyright.PENANAYDpGFKxRXc
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2584Please respect copyright.PENANAeYQLzWeOP6
2584Please respect copyright.PENANAJNwLtbsE2M
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2584Please respect copyright.PENANAlqyBquJAuj
2584Please respect copyright.PENANAhOJw3bEZem
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2584Please respect copyright.PENANA9oH7jZ2lPK
2584Please respect copyright.PENANAaL3khx8BCy
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2584Please respect copyright.PENANAZYSc96MuUt
2584Please respect copyright.PENANAW0RoGqrwOv
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2584Please respect copyright.PENANAQO7D2nED2y
2584Please respect copyright.PENANANBxBwMwExU
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2584Please respect copyright.PENANAdfvDgG4WpX
2584Please respect copyright.PENANA3NubAeNqu1
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2584Please respect copyright.PENANAEejh356Xp9
2584Please respect copyright.PENANAOvXU1rKsCp
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2584Please respect copyright.PENANApYYKp00OZ0
2584Please respect copyright.PENANAesWqQB283k
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2584Please respect copyright.PENANAZoslWmiTPk
2584Please respect copyright.PENANArVodQn7SbX
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2584Please respect copyright.PENANA6cPxGvAaFy
2584Please respect copyright.PENANAptyCrnSHkD
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2584Please respect copyright.PENANAJqQ71FA3Gc
2584Please respect copyright.PENANAJ5t49losDo
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2584Please respect copyright.PENANAZpS6BnSzry
2584Please respect copyright.PENANAqnZI9Ssfdf
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2584Please respect copyright.PENANAjMTqcczn8f
2584Please respect copyright.PENANADFzae0YItD
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2584Please respect copyright.PENANAG9aqONv5PQ
2584Please respect copyright.PENANA8BI7HdDmcI
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2584Please respect copyright.PENANA5i2zEA7JqF
2584Please respect copyright.PENANAArOW3hih1C
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2584Please respect copyright.PENANAca3QpJ9Myt
2584Please respect copyright.PENANA4R6aMmFrOM
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2584Please respect copyright.PENANA8awbqDKjeW
2584Please respect copyright.PENANAirH7BALCez
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2584Please respect copyright.PENANAG3VZac3eKu
2584Please respect copyright.PENANAH9ttVFSo1y
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2584Please respect copyright.PENANAxX9S6QlMn9
2584Please respect copyright.PENANAAywm2DRCZx
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2584Please respect copyright.PENANA5cr9CwbUqu
2584Please respect copyright.PENANAxpHetPwpNP
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2584Please respect copyright.PENANA9FH1EctTPk
2584Please respect copyright.PENANAZxz03Z8Moa
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2584Please respect copyright.PENANAEe6SC382cF
2584Please respect copyright.PENANAI94vnDsDL1
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2584Please respect copyright.PENANAwKHhjcSPt6
2584Please respect copyright.PENANADpcZzlSgfu
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2584Please respect copyright.PENANA84DVCOaYVE
2584Please respect copyright.PENANAjvqyUPuHRS
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2584Please respect copyright.PENANAvMSNMmVEUr
2584Please respect copyright.PENANAtvHSrke9MM
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2584Please respect copyright.PENANAq08dYupROg
2584Please respect copyright.PENANAiLtWEYOu6y
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2584Please respect copyright.PENANAUDnLlPOfnh
2584Please respect copyright.PENANAUiOUZ7CT29
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2584Please respect copyright.PENANA1i5ebgi1XH
2584Please respect copyright.PENANAjJ8YmWhDdh
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2584Please respect copyright.PENANAkgVrhEVlbS
2584Please respect copyright.PENANA4QbwFC6xeu
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2584Please respect copyright.PENANAOgGo5aZRHL
2584Please respect copyright.PENANAJKY8FhwEdn
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2584Please respect copyright.PENANAah4zYAkjDd
2584Please respect copyright.PENANAVsYJhhldwj
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2584Please respect copyright.PENANAHpTRAFALbr
2584Please respect copyright.PENANAHwkwW7yACU
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2584Please respect copyright.PENANAB6qvJvWxmJ
2584Please respect copyright.PENANADUwWEpzo0T
***2584Please respect copyright.PENANABMAPbYlT6a
2584Please respect copyright.PENANAdkHZweNvGS
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2584Please respect copyright.PENANAFJlhunmOeR
2584Please respect copyright.PENANAndLVQMdjzf
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2584Please respect copyright.PENANAR3iqBZ3H81
2584Please respect copyright.PENANA8kiHXPMP3q
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2584Please respect copyright.PENANAGwPQES1yvf
2584Please respect copyright.PENANAtGOjtZeFW6
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2584Please respect copyright.PENANANT4JetYEdx
2584Please respect copyright.PENANAXOZPsMiN9e
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2584Please respect copyright.PENANA4a8ryEQO3B
2584Please respect copyright.PENANArh5EXDurEw
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2584Please respect copyright.PENANA9dNIRpYotN
2584Please respect copyright.PENANAv7g0Lwd5jt
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2584Please respect copyright.PENANAik7qV9IQFk
2584Please respect copyright.PENANAHQeo7k3az2
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2584Please respect copyright.PENANA3p8Vmn31Rk
2584Please respect copyright.PENANADOlbtFWRH5
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2584Please respect copyright.PENANArSKe8l4vEW
2584Please respect copyright.PENANAqbe9T3d9da
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2584Please respect copyright.PENANABaKK40aho6
2584Please respect copyright.PENANAPI8PWjQRJc
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2584Please respect copyright.PENANA0UZaq7eXSG
2584Please respect copyright.PENANAw3cpSWb5Vv
“Perlengkapan buat piknik.”2584Please respect copyright.PENANA0FSd9Mia4P
2584Please respect copyright.PENANAHxNcErctmo
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2584Please respect copyright.PENANANRF5LltvMX
2584Please respect copyright.PENANAGtlP1q1Xzp
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2584Please respect copyright.PENANABuqG9wB58T
2584Please respect copyright.PENANAst6X7YJQ7s
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2584Please respect copyright.PENANA2HUk0FuZOq
2584Please respect copyright.PENANAI8ESVAMjoK
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2584Please respect copyright.PENANAxBGyhvxd9d
2584Please respect copyright.PENANAiyzgQQPkKR
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2584Please respect copyright.PENANAvN94FumGcW
2584Please respect copyright.PENANADSEP8zleIM
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2584Please respect copyright.PENANAewSZpBU5AH
2584Please respect copyright.PENANAwEYMCqkcRG
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2584Please respect copyright.PENANAgUrdLw8Yqc
2584Please respect copyright.PENANAxHgcZt0t1P
“Kamu excited banget, Jar.”2584Please respect copyright.PENANAcy8g74pKFH
2584Please respect copyright.PENANAnNRgl6ZVhO
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2584Please respect copyright.PENANA4aMBE3m4k9
2584Please respect copyright.PENANAd3U2Rwi1Uw
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2584Please respect copyright.PENANAQlJsAVMaKQ
2584Please respect copyright.PENANALxDpaozdWE
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2584Please respect copyright.PENANArz5eIT3YiX
2584Please respect copyright.PENANA9yRdZVnnPa
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2584Please respect copyright.PENANAa6auc4WRFl
2584Please respect copyright.PENANA7WvwgICJDp
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2584Please respect copyright.PENANALkIuZZeiuN
2584Please respect copyright.PENANAiKDrTt8TM6
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2584Please respect copyright.PENANAVjIXzEhzNK
2584Please respect copyright.PENANAH4FtYF5gCN
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2584Please respect copyright.PENANAL763GRmySv
2584Please respect copyright.PENANAHAtf6lWITN
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2584Please respect copyright.PENANA8GBc7566fm
2584Please respect copyright.PENANAhrdZPYIQAk
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2584Please respect copyright.PENANA6deUmQRA3q
2584Please respect copyright.PENANAUYslWNW9gG
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2584Please respect copyright.PENANAq8y2bwR6b6
2584Please respect copyright.PENANAl0VB0dkspB
“Assamulaikum, bi,” kataku.2584Please respect copyright.PENANAg8Xkkfl52z
2584Please respect copyright.PENANA5TzD90TC0J
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2584Please respect copyright.PENANAuH9pobchKt
2584Please respect copyright.PENANA8pR95mT17V
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2584Please respect copyright.PENANAs580yDFmTD
2584Please respect copyright.PENANAx1pcZBxtvV
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2584Please respect copyright.PENANA0KNJlTfrQZ
2584Please respect copyright.PENANAg93mlFbYCN
“Umi kenapa?”2584Please respect copyright.PENANAMyKsAjXJ2v
2584Please respect copyright.PENANA7Cn3fHZELM
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2584Please respect copyright.PENANAUTS42FGXbL
2584Please respect copyright.PENANAbiXpcWSMqc
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2584Please respect copyright.PENANAsaJJHuA89P
2584Please respect copyright.PENANAJea4Lev4ot
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2584Please respect copyright.PENANAYm8WcPTmX4
2584Please respect copyright.PENANAFxhjGeupo2
“Iya, bi,” jawabku singkat.2584Please respect copyright.PENANAjYtzAOvDqO
2584Please respect copyright.PENANAvtQ1NLagzx
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2584Please respect copyright.PENANACwX1klXp0F
2584Please respect copyright.PENANA22rDK8PgOX
“Terserah, bi.”2584Please respect copyright.PENANA4GunU2TsMb
2584Please respect copyright.PENANAHX4zmr4UX5
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2584Please respect copyright.PENANA2UWK3erWuC
2584Please respect copyright.PENANAtTGSAIuq0q
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2584Please respect copyright.PENANAgW1G24nkJD
2584Please respect copyright.PENANAGYOUkoWMpa
“Umi?”2584Please respect copyright.PENANABipQxZ2JwA
2584Please respect copyright.PENANAaV54JSC8Tv
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2584Please respect copyright.PENANAuhU5ubTxBi
Bersambung.
ns216.73.216.154da2