
# 4 Sentuhan demi sentuhan
1323Please respect copyright.PENANAXV4eCzCVzp
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.1323Please respect copyright.PENANApb52tts3Xt
1323Please respect copyright.PENANAUZUCZogeJf
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.1323Please respect copyright.PENANAJcRcsCiVoB
1323Please respect copyright.PENANAg5MqZw0rxk
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.1323Please respect copyright.PENANAiozVqRjmDf
1323Please respect copyright.PENANAsHxFiiUbm9
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.1323Please respect copyright.PENANAl5PpdydGHV
1323Please respect copyright.PENANAf1RIMDUbBo
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.1323Please respect copyright.PENANAPnNDFVqYCq
1323Please respect copyright.PENANAE44p6Z9mmY
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.1323Please respect copyright.PENANAuavoJtyZXS
1323Please respect copyright.PENANAx8O3lBeKFb
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.1323Please respect copyright.PENANABgSrAlY8Fe
1323Please respect copyright.PENANA2sO16oF4Nk
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.1323Please respect copyright.PENANAYe8QyyWj46
1323Please respect copyright.PENANAvqrP9NDai8
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.1323Please respect copyright.PENANA8mQgMXiRWH
1323Please respect copyright.PENANAY9fEJpBupu
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.1323Please respect copyright.PENANA10mZdqLnru
1323Please respect copyright.PENANANmzoSl5Ujq
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.1323Please respect copyright.PENANATmXXcYPN6m
1323Please respect copyright.PENANAKXdWOl0ZVy
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”1323Please respect copyright.PENANA9ozL4zb4Ei
1323Please respect copyright.PENANA5pAlFemgDp
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”1323Please respect copyright.PENANA70hv13YnJX
1323Please respect copyright.PENANAd5ilumiOq8
“iya, sayang,” kata Fajar.1323Please respect copyright.PENANADDigbHwhk0
1323Please respect copyright.PENANA7otbwYuVow
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.1323Please respect copyright.PENANAh29JXDrivp
1323Please respect copyright.PENANAi19HcYdm5W
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.1323Please respect copyright.PENANAWIaKSGNOKn
1323Please respect copyright.PENANADN2MSfJazD
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.1323Please respect copyright.PENANArpnpU3iOAp
1323Please respect copyright.PENANA0Dljp90MwH
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”1323Please respect copyright.PENANAgA4zLg3B4F
1323Please respect copyright.PENANAdM25lcj7Se
“Ngobrol aja di ruang tamu.”1323Please respect copyright.PENANAElyhtp8GDi
1323Please respect copyright.PENANAWRUmRXauWy
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.1323Please respect copyright.PENANAzcGpmissBP
1323Please respect copyright.PENANAIDL88l4Yy3
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.1323Please respect copyright.PENANAlCWKXh3GDR
1323Please respect copyright.PENANAe3H9RGHJe9
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.1323Please respect copyright.PENANAv01VHLnjyY
1323Please respect copyright.PENANACFGWvJMxEj
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.1323Please respect copyright.PENANA4qPn55rpoD
1323Please respect copyright.PENANAxpeelopVCc
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.1323Please respect copyright.PENANACURC0PMhEm
1323Please respect copyright.PENANAeeCBHbQ5J4
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.1323Please respect copyright.PENANAhEXGc6nxBq
1323Please respect copyright.PENANAuwvQFiIxgc
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.1323Please respect copyright.PENANABoTk8wujun
1323Please respect copyright.PENANAbNBqdY5nCM
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.1323Please respect copyright.PENANAE3LeZKC4IL
1323Please respect copyright.PENANAUenPXEF6BZ
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.1323Please respect copyright.PENANApMh0x7XOC7
1323Please respect copyright.PENANApP5MKWITV1
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.1323Please respect copyright.PENANArgGsvvYNNY
1323Please respect copyright.PENANAFUh2g6kwxQ
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.1323Please respect copyright.PENANAditJn9ctZN
1323Please respect copyright.PENANAOThyazS4tm
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.1323Please respect copyright.PENANANraaLRIOhS
1323Please respect copyright.PENANAqWXRxnrrck
“Ke mana?”1323Please respect copyright.PENANAvaiRMaNNA5
1323Please respect copyright.PENANASav8SFEwVg
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”1323Please respect copyright.PENANAXIZjRZ7Inu
1323Please respect copyright.PENANAPnL4UxizxN
“Tante ikut aja, sih.”1323Please respect copyright.PENANAV6TK9aXtbr
1323Please respect copyright.PENANAF04SqwVnXb
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”1323Please respect copyright.PENANAw6vo74yMVG
1323Please respect copyright.PENANAN3y6Sgv5rq
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.1323Please respect copyright.PENANACjfIqclaoe
1323Please respect copyright.PENANAUE9UK6ERdg
“Tan?” tanyanya lagi.1323Please respect copyright.PENANALxslzgfM7P
1323Please respect copyright.PENANAQKg2qzuOD7
Aku ragu untuk menjawab iya.1323Please respect copyright.PENANApoqufIilix
1323Please respect copyright.PENANAfmYQtqsrQN
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.1323Please respect copyright.PENANAdILzZ7MzgG
1323Please respect copyright.PENANA40c9Pb7T2t
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.1323Please respect copyright.PENANA9elmOsTOk2
1323Please respect copyright.PENANAa941kDubFl
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”1323Please respect copyright.PENANAV8MY8VVJdK
1323Please respect copyright.PENANAb8VByU1H38
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.1323Please respect copyright.PENANAQXlQWQey8X
1323Please respect copyright.PENANANvgnKN2aNn
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.1323Please respect copyright.PENANAe2h3YMR98R
1323Please respect copyright.PENANA7JsDp15POz
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.1323Please respect copyright.PENANAhR3PzWerzC
1323Please respect copyright.PENANAxFJd995QoC
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.1323Please respect copyright.PENANA5waULaqU2k
1323Please respect copyright.PENANAReqEcILRQf
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.1323Please respect copyright.PENANA6Qbdeo1UyH
1323Please respect copyright.PENANAsnlHUHkWfT
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.1323Please respect copyright.PENANAuuOA2BrAOF
1323Please respect copyright.PENANAqq1YQ4pCWP
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.1323Please respect copyright.PENANAFK41eOWY0U
1323Please respect copyright.PENANAcw3176XSFG
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.1323Please respect copyright.PENANAhvoXBfYbl3
1323Please respect copyright.PENANAA1DxLz92fz
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.1323Please respect copyright.PENANAutzs2jGlXr
1323Please respect copyright.PENANAW1s23XqQkR
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.1323Please respect copyright.PENANATQui4uqDJ1
1323Please respect copyright.PENANA2lB5REqLvH
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.1323Please respect copyright.PENANACdOZ8xvHXY
1323Please respect copyright.PENANATUlUgpGGNM
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”1323Please respect copyright.PENANAeDsFvYsLiQ
1323Please respect copyright.PENANANZDE0DSXJY
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.1323Please respect copyright.PENANAIe63HRAyFm
1323Please respect copyright.PENANAZm58duldH9
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.1323Please respect copyright.PENANAALWHvnxpJt
1323Please respect copyright.PENANA2ru0dunBxv
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.1323Please respect copyright.PENANAmZKRpe32ut
1323Please respect copyright.PENANAUwgdaEPLWw
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.1323Please respect copyright.PENANAR3IQhivcSC
1323Please respect copyright.PENANAHtkeWd2Bze
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.1323Please respect copyright.PENANAa8AbqQQCAX
1323Please respect copyright.PENANAch4m3GTj5f
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.1323Please respect copyright.PENANAsYrWpRXOss
1323Please respect copyright.PENANANxpiL2beSm
***1323Please respect copyright.PENANAqBUDZyO17r
1323Please respect copyright.PENANAxQP0Iwqo0t
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.1323Please respect copyright.PENANADVNBWVbKmI
1323Please respect copyright.PENANAYWbC59CVfI
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.1323Please respect copyright.PENANAnAuPHLsFmH
1323Please respect copyright.PENANAFhdeAHEJlK
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.1323Please respect copyright.PENANAwxo3a5dsxj
1323Please respect copyright.PENANA8rCXcDyGmd
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”1323Please respect copyright.PENANAX5Rjpeju4l
1323Please respect copyright.PENANA8OSm1TeYVu
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”1323Please respect copyright.PENANAzlEB6dPX5a
1323Please respect copyright.PENANAUUU9GVLqQj
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”1323Please respect copyright.PENANARF96jW4f4F
1323Please respect copyright.PENANAMSSFL3T9a8
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”1323Please respect copyright.PENANAygDGSzyFWY
1323Please respect copyright.PENANAgwQcoiiVc6
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”1323Please respect copyright.PENANAtlfD9Olbey
1323Please respect copyright.PENANAxWr8oOUQ5i
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”1323Please respect copyright.PENANAMqUtnmTSul
1323Please respect copyright.PENANAhu41IrfKWT
Aku menggangguk antusias.1323Please respect copyright.PENANAxJS5f5Wp3a
1323Please respect copyright.PENANAmOdcbCXz1P
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.1323Please respect copyright.PENANAjWjJuwG0cx
1323Please respect copyright.PENANAetkJN84GAX
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.1323Please respect copyright.PENANAIICrJEXjeQ
1323Please respect copyright.PENANAtM8naJjb6X
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”1323Please respect copyright.PENANAsGMN32687u
1323Please respect copyright.PENANAY1rf0IbkcB
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”1323Please respect copyright.PENANAnrbV1hZtXK
1323Please respect copyright.PENANACuuvSnBN9W
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.1323Please respect copyright.PENANAp9rdPFq4EL
1323Please respect copyright.PENANAVtUyfhnKb9
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.1323Please respect copyright.PENANAdfnvhlUbmT
1323Please respect copyright.PENANA8ohRN8cdzw
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.1323Please respect copyright.PENANAbbHmsRq2a1
1323Please respect copyright.PENANA1E7VseVwGG
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.1323Please respect copyright.PENANAJp0FQIhwUt
1323Please respect copyright.PENANAF9HeoAPCko
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.1323Please respect copyright.PENANAKLNcxeDcdW
1323Please respect copyright.PENANAvoISGHhTdR
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.1323Please respect copyright.PENANAnamkazVKAe
1323Please respect copyright.PENANA223RUKJk9C
“Kenapa?” tanyaku.1323Please respect copyright.PENANATmMGd4a35a
1323Please respect copyright.PENANAjB47BRad9X
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.1323Please respect copyright.PENANABJx3Lpu6Zw
1323Please respect copyright.PENANA75L6EiHva0
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”1323Please respect copyright.PENANAJD31UJPl1B
1323Please respect copyright.PENANAbJ7G93qQVu
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”1323Please respect copyright.PENANAuYc4BocuoC
1323Please respect copyright.PENANAWDZWYgYty1
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.1323Please respect copyright.PENANANR2OXuXtTk
1323Please respect copyright.PENANANgzxxMcG26
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.1323Please respect copyright.PENANAAt9aTYqZvm
1323Please respect copyright.PENANAs4puOssyz6
***1323Please respect copyright.PENANA6bD8AXeyoE
1323Please respect copyright.PENANAyE6sCduLK5
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.1323Please respect copyright.PENANATpOUndpqpQ
1323Please respect copyright.PENANAGt3jGKN9Lz
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.1323Please respect copyright.PENANA7khbLPQqz6
1323Please respect copyright.PENANA8RAowRpJrk
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.1323Please respect copyright.PENANAZPhQ8jqKn8
1323Please respect copyright.PENANAPxVwGzf8Sb
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.1323Please respect copyright.PENANAgYsfJI83EN
1323Please respect copyright.PENANASJMIiLayRE
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.1323Please respect copyright.PENANAuoMfKAW9Ro
1323Please respect copyright.PENANAFzIIsQylPV
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.1323Please respect copyright.PENANArIlNkcK8C5
1323Please respect copyright.PENANAFdTi2U9J6M
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.1323Please respect copyright.PENANAJAOfcxdG7q
1323Please respect copyright.PENANAfQKoB2tAVx
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.1323Please respect copyright.PENANAxZBVjJaM3a
1323Please respect copyright.PENANAi41aGjwEB7
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.1323Please respect copyright.PENANAHPiUuns0PQ
1323Please respect copyright.PENANA1Sv5gpj1Di
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.1323Please respect copyright.PENANAttZ8RROig9
1323Please respect copyright.PENANA6RjU1PBi0Y
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.1323Please respect copyright.PENANAkW5tTkk0Nk
1323Please respect copyright.PENANAh75AEsouqu
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.1323Please respect copyright.PENANAkxA4vBdSyt
1323Please respect copyright.PENANAUCw8U7BRvY
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.1323Please respect copyright.PENANAvwifgrZU9B
1323Please respect copyright.PENANAJF9wX5eXFv
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.1323Please respect copyright.PENANAuSi0AMKGea
1323Please respect copyright.PENANAqWoy3Oiu7m
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”1323Please respect copyright.PENANAVeSAz0Lp7F
1323Please respect copyright.PENANAehbnU2a6Dl
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.1323Please respect copyright.PENANANRPfMU22PM
1323Please respect copyright.PENANAPtY0shMRua
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.1323Please respect copyright.PENANABczVKlTTRV
1323Please respect copyright.PENANAPgKamKenqU
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.1323Please respect copyright.PENANAA3PGjYIq6A
1323Please respect copyright.PENANAtxOSo9g4Ph
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.1323Please respect copyright.PENANAg76conz22H
1323Please respect copyright.PENANASYzE9FSu0C
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.1323Please respect copyright.PENANAgILTLC5PKZ
1323Please respect copyright.PENANAB06Fpa7H0Q
Aku tersenyum, “Iya, pak.”1323Please respect copyright.PENANAa4VXldOeeL
1323Please respect copyright.PENANADnaW3CHswJ
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.1323Please respect copyright.PENANAye9osn74tJ
1323Please respect copyright.PENANAq9gpbAqefH
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.1323Please respect copyright.PENANAgKb9HgQkYS
1323Please respect copyright.PENANAjbFs8jqFcw
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.1323Please respect copyright.PENANA46sHhZ3rDq
1323Please respect copyright.PENANASFmFwLniZE
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.1323Please respect copyright.PENANAyEidoJRYcU
1323Please respect copyright.PENANAMgCgJNtaE2
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.1323Please respect copyright.PENANAWRhFZuNfVm
1323Please respect copyright.PENANAoJSpi93Y4E
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.1323Please respect copyright.PENANAPfC1BqVeRs
1323Please respect copyright.PENANAGioV1EGzsI
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.1323Please respect copyright.PENANA3FLoqEuPrv
1323Please respect copyright.PENANAC1yOrUJnsn
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.1323Please respect copyright.PENANAqcvXbtyOTb
1323Please respect copyright.PENANALAtIRuNh3V
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.1323Please respect copyright.PENANAd2nK1AnyPp
1323Please respect copyright.PENANAP7xYe8aJpO
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.1323Please respect copyright.PENANAfKOyyqDDHK
1323Please respect copyright.PENANAb4lWTgzuV5
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.1323Please respect copyright.PENANAphuuM5Yw2v
1323Please respect copyright.PENANAGgFgxUaV6N
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.1323Please respect copyright.PENANAqsk4775jyx
1323Please respect copyright.PENANAkGLP6m1PQk
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.1323Please respect copyright.PENANAPrAv4y5vIo
1323Please respect copyright.PENANApFXtbvq4Gi
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”1323Please respect copyright.PENANAwiYOLoW9pt
1323Please respect copyright.PENANAg0JwhLaacy
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.1323Please respect copyright.PENANAxYxDFwAT80
1323Please respect copyright.PENANAR81Iw8XBb2
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.1323Please respect copyright.PENANAwPLPKrXESA
1323Please respect copyright.PENANAYjwv1fX4eT
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.1323Please respect copyright.PENANAxSVulQOyTj
1323Please respect copyright.PENANAYcHQp6UOQI
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.1323Please respect copyright.PENANAh8Zcl3ak1C
1323Please respect copyright.PENANAIOytT2vMPk
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.1323Please respect copyright.PENANAHA2jyCz82g
1323Please respect copyright.PENANAvh6IVC62Bc
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.1323Please respect copyright.PENANAsCCOyklUUV
1323Please respect copyright.PENANA9jlKUGdhg5
Aku membalas dengan tersenyum lebar.1323Please respect copyright.PENANAOnFiN1ERRU
1323Please respect copyright.PENANA56648yr6dx
***1323Please respect copyright.PENANAi146rPdGRX
1323Please respect copyright.PENANAVMC6qmOmkd
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.1323Please respect copyright.PENANAevoCk7a8mY
1323Please respect copyright.PENANAyhYky1YEZw
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.1323Please respect copyright.PENANAoaFMRo4nCQ
1323Please respect copyright.PENANAGWRvbVZX8Y
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.1323Please respect copyright.PENANAQxU75Y6FJd
1323Please respect copyright.PENANAIGGqCJbDzV
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.1323Please respect copyright.PENANA35AskW51sN
1323Please respect copyright.PENANAe5U45MklaB
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.1323Please respect copyright.PENANAS7jxl4zSo7
1323Please respect copyright.PENANA5RWJ6gLz8n
“Masih lama, Jar?” tanyaku.1323Please respect copyright.PENANA32nm0cAtD8
1323Please respect copyright.PENANATT1AtqmXe2
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.1323Please respect copyright.PENANABVnSClecxX
1323Please respect copyright.PENANAQrOJb9C9UY
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.1323Please respect copyright.PENANAmjFaCOHSrI
1323Please respect copyright.PENANAs4QKAoCRej
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.1323Please respect copyright.PENANAPNParqMyuz
1323Please respect copyright.PENANAbfEhhoNrOS
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.1323Please respect copyright.PENANAV7h0UlOYeR
1323Please respect copyright.PENANAx2zSW2FKGc
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.1323Please respect copyright.PENANA8d3ghSz6WE
1323Please respect copyright.PENANA9T5NCfozr0
“Perlengkapan buat piknik.”1323Please respect copyright.PENANAYdCvuaIoIS
1323Please respect copyright.PENANAJ2gxkKIrYt
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.1323Please respect copyright.PENANANynIICb7xE
1323Please respect copyright.PENANARE6k7TD55d
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.1323Please respect copyright.PENANAGKquSfm5xj
1323Please respect copyright.PENANAtyHoXi9RRT
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.1323Please respect copyright.PENANA43GKHGtnDW
1323Please respect copyright.PENANAIL7qOlGrCm
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.1323Please respect copyright.PENANAxXU0Gwwkyf
1323Please respect copyright.PENANAyVMzTIe7cZ
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.1323Please respect copyright.PENANA2Oa6DJ7Wcp
1323Please respect copyright.PENANAA9YWJ1ahEb
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.1323Please respect copyright.PENANAqDVX5e1a4O
1323Please respect copyright.PENANAkDHdOAXCTq
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.1323Please respect copyright.PENANACdv1Q58UKJ
1323Please respect copyright.PENANAtmrv7a0ZpK
“Kamu excited banget, Jar.”1323Please respect copyright.PENANAhpXo0lAMro
1323Please respect copyright.PENANAfzOo4qVTUa
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.1323Please respect copyright.PENANAgCrp55MCdY
1323Please respect copyright.PENANAnEeOCUFL1Z
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.1323Please respect copyright.PENANAY5DS5uMtN5
1323Please respect copyright.PENANAmFBR5UKKAs
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.1323Please respect copyright.PENANA8ae1JcdUBc
1323Please respect copyright.PENANAHNz3FU6DRq
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.1323Please respect copyright.PENANAkXadxSEefd
1323Please respect copyright.PENANAiuoyftmHGI
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.1323Please respect copyright.PENANAwRo9sNMGn1
1323Please respect copyright.PENANAjoc9UWkueL
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.1323Please respect copyright.PENANA90KmwJ0eUO
1323Please respect copyright.PENANAP0MI2dDjax
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.1323Please respect copyright.PENANALsUO7sGddX
1323Please respect copyright.PENANAjVQGEk5b2b
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.1323Please respect copyright.PENANAjrefZBeHA6
1323Please respect copyright.PENANAWZwgVgVGef
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.1323Please respect copyright.PENANARoW9kz3CnC
1323Please respect copyright.PENANAhOFFEfu9Nu
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.1323Please respect copyright.PENANABU1uVtE33v
1323Please respect copyright.PENANAA6bnODCAsC
“Assamulaikum, bi,” kataku.1323Please respect copyright.PENANALyPhhxK79N
1323Please respect copyright.PENANAGFHYqcG4gB
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”1323Please respect copyright.PENANA33XQulVGxb
1323Please respect copyright.PENANAw7wEMom55h
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.1323Please respect copyright.PENANAvqlrc7zZJZ
1323Please respect copyright.PENANAFTZXPg9E9l
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.1323Please respect copyright.PENANAdDCx9jZts1
1323Please respect copyright.PENANAQqFTXZ6aPB
“Umi kenapa?”1323Please respect copyright.PENANAcP3C0jVruX
1323Please respect copyright.PENANA3U9OkSXcTX
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.1323Please respect copyright.PENANAhOxrVibtsm
1323Please respect copyright.PENANA0rjvtonzCp
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.1323Please respect copyright.PENANAwAwE9WEWzZ
1323Please respect copyright.PENANAhtDbU5Rw1b
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”1323Please respect copyright.PENANAJNbv04AI76
1323Please respect copyright.PENANABRLX8PLFC5
“Iya, bi,” jawabku singkat.1323Please respect copyright.PENANAFwqs6kJZ2P
1323Please respect copyright.PENANAndCFPW6bnt
“Umi mau oleh-oleh, apa?”1323Please respect copyright.PENANAZHkZSZCz5U
1323Please respect copyright.PENANA2akGXThS5O
“Terserah, bi.”1323Please respect copyright.PENANAdFOLAMrck5
1323Please respect copyright.PENANAGpgDbPtmVP
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.1323Please respect copyright.PENANAi1LVRVx80C
1323Please respect copyright.PENANAtkC9IKaOgh
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.1323Please respect copyright.PENANARJ4GYMNLVO
1323Please respect copyright.PENANAStV040pqV3
“Umi?”1323Please respect copyright.PENANAxKNJOYrC00
1323Please respect copyright.PENANAA1e4g3Z4VV
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
1323Please respect copyright.PENANAgFcckMUswm
Bersambung.
ns3.131.160.145da2