
#2 Perspektif1738Please respect copyright.PENANADOlDqGeQg9
1738Please respect copyright.PENANAYDsyhkR5ay
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.1738Please respect copyright.PENANARoXQkNEDNm
1738Please respect copyright.PENANAY994gDicyQ
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”1738Please respect copyright.PENANA8nYLHweYdm
1738Please respect copyright.PENANAG8zbroxlu1
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.1738Please respect copyright.PENANABkDI8mKiln
1738Please respect copyright.PENANAGfEbZ7eXXk
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.1738Please respect copyright.PENANAahk9PehQwz
1738Please respect copyright.PENANA2JdrsEVoAV
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.1738Please respect copyright.PENANA5rSaatYG2h
1738Please respect copyright.PENANASneRvbdSFI
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.1738Please respect copyright.PENANACre42AP8nM
1738Please respect copyright.PENANAXuDEWal4Uo
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.1738Please respect copyright.PENANAQ5Hso4rYKS
1738Please respect copyright.PENANAGaRhZygXdP
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.1738Please respect copyright.PENANAWy14Kd3sRp
1738Please respect copyright.PENANAGjntAbKpZu
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.1738Please respect copyright.PENANA8nCvQpFQw6
1738Please respect copyright.PENANAsxBC0dFt73
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.1738Please respect copyright.PENANAlnnoOt4lYi
1738Please respect copyright.PENANAGXIwT5zT9x
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.1738Please respect copyright.PENANAREX3swBwjp
1738Please respect copyright.PENANA3MR4GEY9Bv
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.1738Please respect copyright.PENANAHC2ZLqR41P
1738Please respect copyright.PENANAQYanugwDGj
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.1738Please respect copyright.PENANAPciaNAr6EJ
1738Please respect copyright.PENANAw9nedSshbr
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.1738Please respect copyright.PENANAcZHwYzhwVU
1738Please respect copyright.PENANADwMpv0bfxy
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.1738Please respect copyright.PENANAA3Os6uaVCC
1738Please respect copyright.PENANAHokjCHVsAv
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.1738Please respect copyright.PENANAEZQbCqM51y
1738Please respect copyright.PENANAEI8doh5HsL
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”1738Please respect copyright.PENANAGuQmSkSxtX
1738Please respect copyright.PENANATu2b4lQu3c
“Dia jaga stand buku.”.1738Please respect copyright.PENANAyqLSgcIcwL
1738Please respect copyright.PENANAJR42Hgdx9W
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.1738Please respect copyright.PENANAzPxcze414e
1738Please respect copyright.PENANAiOy7ZrSbw4
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.1738Please respect copyright.PENANAn1FLrCGUsh
1738Please respect copyright.PENANAxiXO3IFx0I
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.1738Please respect copyright.PENANAPD8KVkxRey
1738Please respect copyright.PENANAjPIiWEPn3Z
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”1738Please respect copyright.PENANA0WkwvYu5Ml
1738Please respect copyright.PENANALtferNHmB8
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”1738Please respect copyright.PENANAAZvAMABb8H
1738Please respect copyright.PENANAfEkgYOwBOj
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.1738Please respect copyright.PENANAmsQO3BeArl
1738Please respect copyright.PENANARQtzXHg646
“Gratis, om.” Tolak Fajar.1738Please respect copyright.PENANAGnebIGgC9N
1738Please respect copyright.PENANAx0pCIvJKGL
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.1738Please respect copyright.PENANAdiZ4yD2wm3
1738Please respect copyright.PENANAR93J3Xpy2K
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”1738Please respect copyright.PENANANQdTX0OgbO
1738Please respect copyright.PENANA3HhFsHI2J2
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.1738Please respect copyright.PENANAqjdNYLDDky
1738Please respect copyright.PENANAWhucduxDxW
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.1738Please respect copyright.PENANA2wdVltwIBf
1738Please respect copyright.PENANAhZaX0p6XO9
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.1738Please respect copyright.PENANAQed0X7HTNi
1738Please respect copyright.PENANAhEaihfxsMT
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.1738Please respect copyright.PENANAeV30fPZPzK
1738Please respect copyright.PENANAdxCWuYikAX
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.1738Please respect copyright.PENANAq4fYPppXhS
1738Please respect copyright.PENANATlmdBGQQbu
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.1738Please respect copyright.PENANAeSl0GPTv64
1738Please respect copyright.PENANAyq24QFzqAl
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.1738Please respect copyright.PENANAsPu1h1UTcx
1738Please respect copyright.PENANAdO0qDwZdMx
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.1738Please respect copyright.PENANAtH6LxHcRJd
1738Please respect copyright.PENANAvZZHIsQUCI
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”1738Please respect copyright.PENANAieJWL9phhM
1738Please respect copyright.PENANAaNSKlSJBVb
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.1738Please respect copyright.PENANAL2jHZdLi3a
1738Please respect copyright.PENANAlA0adFCQMd
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.1738Please respect copyright.PENANAPYH1pJt4IA
1738Please respect copyright.PENANARfznFYSlck
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.1738Please respect copyright.PENANAOMF5kmEaA8
1738Please respect copyright.PENANAfugFM1FxdK
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.1738Please respect copyright.PENANAts7UF9XtpZ
1738Please respect copyright.PENANAqVjTQxX6mC
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”1738Please respect copyright.PENANAktL3UaPj3S
1738Please respect copyright.PENANABVM5ybyNBc
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.1738Please respect copyright.PENANAPupCH0bkxf
1738Please respect copyright.PENANAZTWfROSVqr
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.1738Please respect copyright.PENANARMFRhDjECw
1738Please respect copyright.PENANAyvKMBCm9o1
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”1738Please respect copyright.PENANAdM5SJhLri4
1738Please respect copyright.PENANA5zaERovNQo
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.1738Please respect copyright.PENANAXpNnpNQ2hL
1738Please respect copyright.PENANArOm2ENAQr8
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.1738Please respect copyright.PENANAK7E3CRiZRO
1738Please respect copyright.PENANAfAd40cC27K
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.1738Please respect copyright.PENANASU7o7z1dMn
1738Please respect copyright.PENANAq15ZEk15ck
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”1738Please respect copyright.PENANAdYKwjDU91m
1738Please respect copyright.PENANAdtJEM6wahk
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.1738Please respect copyright.PENANAz0Is8uVJTs
1738Please respect copyright.PENANAFXuQKVKVhk
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.1738Please respect copyright.PENANAlhlrGDOULA
1738Please respect copyright.PENANAwD3p5hGrOz
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.1738Please respect copyright.PENANAk7ZyBNGGJ7
1738Please respect copyright.PENANAanHAV6YtI1
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.1738Please respect copyright.PENANAdz1cdIeZiW
1738Please respect copyright.PENANACDHkbFh4E1
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”1738Please respect copyright.PENANAiQetrX5b5o
1738Please respect copyright.PENANA94RVjZdSaE
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.1738Please respect copyright.PENANA9SXT909RuP
1738Please respect copyright.PENANAlrZkSIr0FT
***1738Please respect copyright.PENANAEQBhQV1SnJ
1738Please respect copyright.PENANAXi8xmuFjbh
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.1738Please respect copyright.PENANAsaYcz6Z0yB
1738Please respect copyright.PENANAjTqexJxWFZ
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.1738Please respect copyright.PENANAqtwM1PhdBd
1738Please respect copyright.PENANAZaGP351rOj
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.1738Please respect copyright.PENANAzRnDER5ptP
1738Please respect copyright.PENANAWTDTnJZM5R
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”1738Please respect copyright.PENANA32yevNq7kl
1738Please respect copyright.PENANAgmikSJXfaH
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.1738Please respect copyright.PENANAB9WeyYpEoN
1738Please respect copyright.PENANABDZbrQ3TP9
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.1738Please respect copyright.PENANA5eZT1O4BNu
1738Please respect copyright.PENANASyGfm2Tsrk
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.1738Please respect copyright.PENANADPB0odvohh
1738Please respect copyright.PENANAwlv9RPSqjV
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.1738Please respect copyright.PENANA0RaIcgcSCi
1738Please respect copyright.PENANAx27pJxiEDS
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.1738Please respect copyright.PENANATXk93WaRd8
1738Please respect copyright.PENANAXPcdC1pnve
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.1738Please respect copyright.PENANARbI4B0ClhK
1738Please respect copyright.PENANA3945RcEXb1
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”1738Please respect copyright.PENANAhyX71KD3ci
1738Please respect copyright.PENANABPwx6RX4nz
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.1738Please respect copyright.PENANAD8WuSl1y7d
1738Please respect copyright.PENANATWl7s3z5ef
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.1738Please respect copyright.PENANAkwtDBnSc2Y
1738Please respect copyright.PENANA6BcLbJ2d0b
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.1738Please respect copyright.PENANALSCiWBOBjl
1738Please respect copyright.PENANAlmsaGEehHE
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.1738Please respect copyright.PENANAU705NDMgUr
1738Please respect copyright.PENANA6NVxWTFnea
***1738Please respect copyright.PENANALt1Zgv2AAd
1738Please respect copyright.PENANA2OmYH2wh8o
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.1738Please respect copyright.PENANADoc3Ivnnq5
1738Please respect copyright.PENANAxqszveIMQf
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.1738Please respect copyright.PENANAnX4ldYPqI7
1738Please respect copyright.PENANAPYDnmN7255
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”1738Please respect copyright.PENANALHTyoQ1xDE
1738Please respect copyright.PENANACRRQ3tEBmf
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”1738Please respect copyright.PENANAi12ZcZgLaS
1738Please respect copyright.PENANAzA4uS69q6m
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.1738Please respect copyright.PENANAwHaVz9ucon
1738Please respect copyright.PENANAB7kqQfWOBB
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.1738Please respect copyright.PENANA1KuZvQxtzP
1738Please respect copyright.PENANAxz3E9ysFjS
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.1738Please respect copyright.PENANA3ctvsCjrWr
1738Please respect copyright.PENANAALUvJrD3fQ
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.1738Please respect copyright.PENANAGv7ijl7mJs
1738Please respect copyright.PENANAGsmnFNvJbq
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.1738Please respect copyright.PENANA8AH3hTKC9P
1738Please respect copyright.PENANAgGuzXOeZ9r
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.1738Please respect copyright.PENANAO0iysOadPX
1738Please respect copyright.PENANAqGvM2KVw42
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.1738Please respect copyright.PENANAYscBSteDmj
1738Please respect copyright.PENANAKGY4hr6OAA
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”1738Please respect copyright.PENANAZM9oe7uf5E
1738Please respect copyright.PENANAgACI0Gl3ow
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”1738Please respect copyright.PENANAgBP4DVYD2W
1738Please respect copyright.PENANAmZb1YCp8om
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.1738Please respect copyright.PENANAeSrqkUMg3C
1738Please respect copyright.PENANAHfc0WjFweW
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”1738Please respect copyright.PENANAGgyUUYISWM
1738Please respect copyright.PENANAij5EcE0AKg
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”1738Please respect copyright.PENANAFj0Ls31GMn
1738Please respect copyright.PENANA81fDcrUYig
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”1738Please respect copyright.PENANAtrwj8IjLgm
1738Please respect copyright.PENANAzXSXw5lwwK
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”1738Please respect copyright.PENANAgWQAXEJzfR
1738Please respect copyright.PENANArX4QOLzG6F
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.1738Please respect copyright.PENANAug7JzWj9rB
1738Please respect copyright.PENANAQkXSROx4ci
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”1738Please respect copyright.PENANADrxS6og7MF
1738Please respect copyright.PENANAOjiu4SIMWI
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.1738Please respect copyright.PENANAYcX3wHUPDq
1738Please respect copyright.PENANAuCaQY8BL3y
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.1738Please respect copyright.PENANAvqZBi0ohMf
1738Please respect copyright.PENANAEQONolChjt
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”1738Please respect copyright.PENANANSHm7m97hM
1738Please respect copyright.PENANAOpmNjqcDa3
“Umi penasaran doang,” kataku.1738Please respect copyright.PENANAlladdOe5d6
1738Please respect copyright.PENANAexq3lpSFvs
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”1738Please respect copyright.PENANA0sdXXIY73U
1738Please respect copyright.PENANAC4MRomoPc4
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.1738Please respect copyright.PENANAqIheXn5zJH
1738Please respect copyright.PENANAvzWDfwtlMV
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.1738Please respect copyright.PENANAQoPJLsZ8cZ
1738Please respect copyright.PENANAzwhNN2PosO
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.1738Please respect copyright.PENANATDVtxi6fiU
1738Please respect copyright.PENANAqs5l36nPuo
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.1738Please respect copyright.PENANApS8quTpWdt
1738Please respect copyright.PENANALR1HPZ5AxH
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”1738Please respect copyright.PENANAtirANfoT4O
1738Please respect copyright.PENANALQtzs6LDwX
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”1738Please respect copyright.PENANAlfHFMVDolt
1738Please respect copyright.PENANA3dZgYHSmjI
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”1738Please respect copyright.PENANABw2nZ0sYXh
1738Please respect copyright.PENANAavnvzOCKd2
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.1738Please respect copyright.PENANAA5VjKsFlLk
1738Please respect copyright.PENANAUPHtC4yEzB
***1738Please respect copyright.PENANA6tFRZqLgQd
1738Please respect copyright.PENANAHFPJwLBdOm
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.1738Please respect copyright.PENANAKXjwn4q0hl
1738Please respect copyright.PENANADHMmu6n5aW
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.1738Please respect copyright.PENANAcroMvFqleW
1738Please respect copyright.PENANAko5JqqKSgN
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.1738Please respect copyright.PENANAmWeBTKsbn8
1738Please respect copyright.PENANApacFPhFWIu
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.1738Please respect copyright.PENANAF2bu9kRT4f
1738Please respect copyright.PENANAef2P11VGX0
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.1738Please respect copyright.PENANAZM3CBcW8MQ
1738Please respect copyright.PENANACljjI4yb1r
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.1738Please respect copyright.PENANA7rDreofFQt
1738Please respect copyright.PENANAVpbC3W2YnG
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.1738Please respect copyright.PENANACmw5WydllB
1738Please respect copyright.PENANAeYizsPYocu
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.1738Please respect copyright.PENANAVYMi6HPABv
1738Please respect copyright.PENANAYakbRZeTVP
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.1738Please respect copyright.PENANArJmsKMto9W
1738Please respect copyright.PENANAyuEEgrcsyU
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”1738Please respect copyright.PENANAjnWXpTr7so
1738Please respect copyright.PENANARygGtHYu87
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.1738Please respect copyright.PENANANYQN5LiZJ2
1738Please respect copyright.PENANAmMXsUWhTiK
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.1738Please respect copyright.PENANAg5ihTAa6VJ
1738Please respect copyright.PENANADkN5OkpGzX
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.1738Please respect copyright.PENANAHoPQS1OlMj
1738Please respect copyright.PENANABbEqlhcoA9
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”1738Please respect copyright.PENANASAkUG3oQmu
1738Please respect copyright.PENANAJHku1HJW1W
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”1738Please respect copyright.PENANAoswGwQmK9W
1738Please respect copyright.PENANArL3RESNDuI
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.1738Please respect copyright.PENANAvP2e6bZp10
1738Please respect copyright.PENANABJPt4L5s4l
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.1738Please respect copyright.PENANAfn7Zsb8Zdc
1738Please respect copyright.PENANAWzt88kWFVe
“Tante cemburu?” dia menoleh.1738Please respect copyright.PENANAgodDzA4pEG
1738Please respect copyright.PENANAovoEVw5DqD
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.1738Please respect copyright.PENANAjkHdvHf2fj
1738Please respect copyright.PENANAVdqiVp7qPk
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.1738Please respect copyright.PENANAHHEPoFAOGJ
1738Please respect copyright.PENANAk3Q5iSjTvt
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.1738Please respect copyright.PENANA6ISuBQnuMq
1738Please respect copyright.PENANAZcN3zRiCEH
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.1738Please respect copyright.PENANAbLPaLJ34tr
1738Please respect copyright.PENANAUI1GEENg1a
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”1738Please respect copyright.PENANAlnfMarFhjF
1738Please respect copyright.PENANAC11GS1TD8U
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.1738Please respect copyright.PENANA8hGV4s49PR
1738Please respect copyright.PENANAQdYEfHc2i5
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”1738Please respect copyright.PENANAnVNXB2mzBa
1738Please respect copyright.PENANAexZyrCRazF
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.1738Please respect copyright.PENANAV6QuofLWft
1738Please respect copyright.PENANAK5ks1MVjGd
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”1738Please respect copyright.PENANAi6AssGjLTe
1738Please respect copyright.PENANARWbWrnk3TW
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.1738Please respect copyright.PENANA2l3a77gj2Y
1738Please respect copyright.PENANAykgtSnFPBV
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.1738Please respect copyright.PENANA6d362YLx3A
1738Please respect copyright.PENANA0kvGbsSFOM
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.1738Please respect copyright.PENANAJvjfLaGrVe
1738Please respect copyright.PENANA3JjK1rKyu0
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.1738Please respect copyright.PENANAUd3XmSmYVn
1738Please respect copyright.PENANAtikhDjd56T
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.1738Please respect copyright.PENANAYgpT3h6mTY
1738Please respect copyright.PENANA9TRoqAjAcn
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.1738Please respect copyright.PENANARV8yocgA2G
1738Please respect copyright.PENANABqepv6Ag1w
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.1738Please respect copyright.PENANARaOzcSbZnN
1738Please respect copyright.PENANA57H5TFNjEk
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.1738Please respect copyright.PENANA01meCodaVE
1738Please respect copyright.PENANAm6sN6s7jmQ
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?1738Please respect copyright.PENANAbboR264XsL
1738Please respect copyright.PENANAjtM7kEkMeN
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.1738Please respect copyright.PENANAidOm6WwoTK
1738Please respect copyright.PENANAMvCoDVM9CN
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.1738Please respect copyright.PENANAfbYyeRo1mf
1738Please respect copyright.PENANAKDZKSN1u44
***1738Please respect copyright.PENANAiKt3e97J92
1738Please respect copyright.PENANAXtMSgfHcuZ
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.1738Please respect copyright.PENANAuWKdp2wKgf
1738Please respect copyright.PENANAoOeDuG32Xc
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.1738Please respect copyright.PENANA70EFjaRmtl
1738Please respect copyright.PENANAFmEYBofIUn
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.1738Please respect copyright.PENANAwpVLwWAJFL
1738Please respect copyright.PENANApkPSbeiV8z
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.1738Please respect copyright.PENANAgPp8XJI07v
1738Please respect copyright.PENANA4ChsBQ3etY
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.1738Please respect copyright.PENANAM0IDTZeWlc
1738Please respect copyright.PENANAwlBAXa827R
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.1738Please respect copyright.PENANA5k64uPe4OM
1738Please respect copyright.PENANAGy6ZvlWbiS
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.1738Please respect copyright.PENANAVpfW67OUy2
1738Please respect copyright.PENANA6NDxHBzKWW
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.1738Please respect copyright.PENANANIQ34R5mQD
1738Please respect copyright.PENANA5mNIlkF5Kh
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.1738Please respect copyright.PENANA0EGSzH27wL
1738Please respect copyright.PENANAQsd6M8DfSM
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.1738Please respect copyright.PENANApWh4xlKnpy
1738Please respect copyright.PENANAW79h0ZIGgk
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.1738Please respect copyright.PENANA8sfBED40D6
1738Please respect copyright.PENANAfux3OBSplQ
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.1738Please respect copyright.PENANADYJByPy26I
1738Please respect copyright.PENANAVOraMjm2SX
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.1738Please respect copyright.PENANAU82F4gY9XG
1738Please respect copyright.PENANA8EKmwgn60p
Aku menggelang.1738Please respect copyright.PENANAJ0rYZdep9c
1738Please respect copyright.PENANA6nuQKpgwi8
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”1738Please respect copyright.PENANAprFXSgmqyM
1738Please respect copyright.PENANAgLUbQLSLSs
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”1738Please respect copyright.PENANAG6fStUOuHa
1738Please respect copyright.PENANAQYOdH7u7PA
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.1738Please respect copyright.PENANAiPWonhbI46
1738Please respect copyright.PENANAVwSm0ajGi4
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.1738Please respect copyright.PENANAU8CnCcl7YH
1738Please respect copyright.PENANA7637WP1VPJ
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,1738Please respect copyright.PENANAlz9TRZ6pxz
1738Please respect copyright.PENANAjTqFfdX4qH
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
1738Please respect copyright.PENANASLkRxOQkvQ