Farel Bintang POV867Please respect copyright.PENANAz4vGg2AWEp
867Please respect copyright.PENANAoISqGtU0d8
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
867Please respect copyright.PENANAybJqhv84SW
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
867Please respect copyright.PENANAHgnd2bNyAM
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
867Please respect copyright.PENANAqFPcG0a6j1
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
867Please respect copyright.PENANAhIQUGSrCVF
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
867Please respect copyright.PENANAlakwrQVQ3w
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
867Please respect copyright.PENANAehqOIA5A6u
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
867Please respect copyright.PENANAZ6EuEyRrpW
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
867Please respect copyright.PENANAOplbCJGGno
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
867Please respect copyright.PENANAJ1cPkDJT1l
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
867Please respect copyright.PENANAJSzRFePe9Y
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
867Please respect copyright.PENANAfvFYmbm9NF
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
867Please respect copyright.PENANASGzYlWyuAP
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
867Please respect copyright.PENANAylVUqzRpmW
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
867Please respect copyright.PENANAvpAyJhxErD
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
867Please respect copyright.PENANAfMDO3fHcZ3
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
867Please respect copyright.PENANA1PbUKCTfs6
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
867Please respect copyright.PENANAO9ieowQ2l3
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
867Please respect copyright.PENANAJQwFAPuVAT
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
867Please respect copyright.PENANAyeDlFphVzl
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
867Please respect copyright.PENANAPMNFuFYeY9
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
867Please respect copyright.PENANAhhQthiIch3
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
867Please respect copyright.PENANAtQSSSKz37n
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
867Please respect copyright.PENANAGh1z5U8PkO
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
867Please respect copyright.PENANA649xDmL0Zf
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
867Please respect copyright.PENANAVl7PgZzAJe
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
867Please respect copyright.PENANAjNVYEmxz86
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
867Please respect copyright.PENANAPVZAp1jMla
867Please respect copyright.PENANAtvUP9cnaR7
867Please respect copyright.PENANAsGKCzIIsnM
867Please respect copyright.PENANAPAHSVuWm2T
867Please respect copyright.PENANABezsN0rXM4
867Please respect copyright.PENANAUdEI1U8E9R
867Please respect copyright.PENANAZrfxI658F5
867Please respect copyright.PENANAb2uOTXw43V
867Please respect copyright.PENANAYPG930E6LO
867Please respect copyright.PENANAfz8S9T6Wzx
867Please respect copyright.PENANA8wP9Eo5F8J
867Please respect copyright.PENANAEHrYW2SKVb
867Please respect copyright.PENANA8Ms1P85xbS
867Please respect copyright.PENANA338IDBNQej
867Please respect copyright.PENANAhm654zzO6G
867Please respect copyright.PENANAOxgIygRM2C
867Please respect copyright.PENANAgk8EXip2xd
867Please respect copyright.PENANAwYJmxrrR6P
867Please respect copyright.PENANAWnPv7xAsLo
867Please respect copyright.PENANAT23JQm7qSD
867Please respect copyright.PENANAA5EcZMnSzF
867Please respect copyright.PENANAQYQfBAQ2wt
867Please respect copyright.PENANANaI2mnhwBk
867Please respect copyright.PENANAdOgi5XTBoD
867Please respect copyright.PENANAlkwj2hf1CV
867Please respect copyright.PENANAinCTIPY2kO
867Please respect copyright.PENANA3y9eII7sxh
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
867Please respect copyright.PENANAeMpjCQzBMF
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
867Please respect copyright.PENANAfwgN1TK2dL
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
867Please respect copyright.PENANA0vPspS32SM
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
867Please respect copyright.PENANAEUtBb058oG
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
867Please respect copyright.PENANApkIVDZjGey
"Kau, kan?" tanyaku.
867Please respect copyright.PENANAfAqxOL7NaX
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
867Please respect copyright.PENANAr7X0v25hpl
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
867Please respect copyright.PENANALZIxtTrQOG
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
867Please respect copyright.PENANAdoGleRNvx7
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
867Please respect copyright.PENANAbp9GLfIqCM
Ia benar-benar membenciku.
867Please respect copyright.PENANAdVtj1PL3Af
***
867Please respect copyright.PENANAMDtShukpvZ
ns3.128.188.69da2