Ustazah Nurul Fathiah menarik nafas dalam-dalam, cuba menahan rasa mual yang meluap. Dia memalingkan wajahnya. Air matanya terus mengalir, membasahi pipi. Dia tidak dapat menafikan kata-kata Siva tentang respons tubuhnya, dan itu adalah pukulan paling berat untuk jiwanya. "Jijik… Jijik pada diri sendiri," bisik hati Ustazah, rasa jijik pada tubuh yang seolah mengkhianatinya.778Please respect copyright.PENANACLtNRjYaeh
778Please respect copyright.PENANApiMMQI5mUn
Siva terus merapat, menindih Ustazah Nurul Fathiah sekali lagi. "Tolonglah, cantik… aku perlukan lagi… aku janji, kali ni, kau akan suka…" Suaranya berbisik di telinga Ustazah Nurul Fathiah, nafasnya yang panas dan berbau menampar pipi wanita itu. Dia tidak menunggu jawapan. Tangan Siva yang kasar kembali merayap di tubuh Ustazah Nurul Fathiah yang kini terdedah sepenuhnya dari pinggang ke bawah, jubahnya tersingkap dan seluar dalamnya tersadai di tepi. Jemarinya mula bermain-main dengan buah dada Ustazah yang empuk, mengurut perlahan puting yang telah ranum, membangkitkan getaran yang tidak diingini.778Please respect copyright.PENANAN5BMdcwPYJ
778Please respect copyright.PENANAEUjaV3tm7j
Ustazah Nurul Fathiah menggigil, cuba mengumpul tenaga untuk meronta. "Jangan…!" bisiknya, suaranya parau, hampir tidak kedengaran. Tetapi tubuhnya seakan lumpuh, terperangkap dalam kepenatan dan kejutan. Siva kini mengalih posisinya. Dia tidak lagi membiarkan kaki Ustazah Nurul Fathiah di bahunya. Sebaliknya, Siva membalikkan Ustazah Nurul Fathiah perlahan-lahan ke posisi meniarap, menekan lembut pinggulnya untuk mengangkat tubuh Ustazah sedikit. Ustazah Nurul Fathiah kini dalam posisi merangkak di atas katil, punggungnya yang gebu dan montok terangkat tinggi, menjadi sasaran empuk. Tudung labuhnya masih tersarung longgar, menutupi sebahagian kepalanya, namun ia tidak lagi menjadi perisai.778Please respect copyright.PENANAoXGgEbeEVy
778Please respect copyright.PENANAbr18dpoY45
Siva merapatkan tubuhnya dari belakang, menghela nafas panjang, menghirup aroma tubuh Ustazah Nurul Fathiah yang bercampur dengan bau ketakutan. Dia mencium belakang leher Ustazah Nurul Fathiah, menghantarkan getaran aneh. Tangannya memegang pinggang Ustazah erat, manakala alat kelaminnya yang kembali tegang mencari jalan masuk.778Please respect copyright.PENANAHRd1KNZgLX
778Please respect copyright.PENANA9wu9A5bBeF
"Ahh…!" Ustazah Nurul Fathiah menjerit kecil, tubuhnya tersentak ke hadapan apabila Siva menerjah masuk dari belakang. Kesakitan itu menikam, namun ia bercampur dengan rasa penuh yang menyesakkan. Air mata terus mengalir membasahi bantal, dan dia merasakan kehinaan yang tidak terperi. Dia cuba merangkak menjauh, namun Siva menahan erat pinggulnya.778Please respect copyright.PENANAqDvrj9On9R
778Please respect copyright.PENANAQMsbjnHzDu
Siva mula bergerak dengan irama yang lebih laju dan ganas, mendorong Ustazah Nurul Fathiah ke hadapan setiap kali dia mengasak. "Ini yang aku cari, cantik… Ini yang kau patut rasa…" monolog Siva dalam hati, penuh kepuasan. Dia dapat merasakan respons dari tubuh Ustazah, setiap getaran kecil, setiap hembusan nafas yang terpaksa dilepaskan. Tangannya kini merayap ke hadapan, mencapai buah dada Ustazah Nurul Fathiah. Kali ini, jemarinya meramas langsung pada kulit yang lembut, memicit dan menarik puting Ustazah Nurul Fathiah, menambah sensasi yang bercampur baur—antara jijik dan denyutan aneh yang tidak mampu dikawal Ustazah.778Please respect copyright.PENANAKzMV2GEaip
778Please respect copyright.PENANAlTxmc1AlI0
Ustazah Nurul Fathiah memejamkan mata rapat-rapat, menggeletar hebat. Setiap sentuhan Siva, setiap gerakan tubuh lelaki itu di dalam dirinya, adalah siksaan yang luar biasa. Dia rasa tercemar, kotor, dan maruahnya diinjak-injak. Namun, dia membenci bagaimana tubuhnya, tanpa izin akalnya, masih mampu bereaksi terhadap rangsangan itu. Ada gelombang panas yang tidak diingini menjalari urat nadinya, menyebabkan perutnya berombak, dan otot-otot intimnya mengecut secara refleks. Air mata mengalir deras, membanjiri bantal di bawah wajahnya.778Please respect copyright.PENANAkvYvDwVjUv
778Please respect copyright.PENANA5p8eU8G9l2
Gelombang demi gelombang mula melanda Ustazah Nurul Fathiah sekali lagi, lebih cepat, lebih ganas, memaksa erangan demi erangan terlepas dari bibirnya yang kaku. Tubuhnya menegang, menggeletar tidak terkawal, mencapai klimaks yang lebih kuat, lebih dalam daripada sebelumnya, sebuah kemuncak yang membawa serta kehancuran jiwa. Dia tidak dapat menahan diri daripada melengkung ke belakang, nafasnya terhenti, terperangkap antara kenikmatan yang dibenci dan kehinaan yang memakan diri.778Please respect copyright.PENANAPz81cYT1SY
778Please respect copyright.PENANAGIuqw1uLr2
Siva turut menjerit kepuasan, melepaskan segala isinya dengan satu asakan terakhir yang dahsyat. Dia tersembam di atas tubuh Ustazah Nurul Fathiah, nafasnya terputus-putus, merasakan kelegaan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar, kini benar-benar "sembuh" dan puas.778Please respect copyright.PENANA7k3RPr9R0I
778Please respect copyright.PENANAjz7Xw9WvVj
Ustazah Nurul Fathiah terbaring lesu di atas katil, dalam posisi merangkak yang kaku. Basah dengan peluh dan air mata. Matanya merenung kosong, jiwanya terasa mati. Dia telah dipecahkan, dinodai, dan yang paling parah, dikhianati oleh tubuhnya sendiri. Hujan di luar masih lebat, seolah-olah alam menangisi kehancuran yang berlaku di dalam kamar itu.778Please respect copyright.PENANA0DaJnNAwQg
778Please respect copyright.PENANAspP3MCPsnE
778Please respect copyright.PENANAZ876i2ZvZY
778Please respect copyright.PENANAmpdk4UaQ4l
778Please respect copyright.PENANAW8qU9xdOo7
778Please respect copyright.PENANARITDrFtOQd
778Please respect copyright.PENANA7kQPDqzZ9u
778Please respect copyright.PENANA0R5H8xk8AB
778Please respect copyright.PENANAJdHGrhUkNG
778Please respect copyright.PENANA6hTUIrLuhj
ns216.73.216.82da2