×

Penana
US
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
Report this story
Widya
G
21.9K
16
1
3.5K
0


swap_vert
#1
Issue 1
0 Likes
993 Reads
0 Comments
#2
Widya bagian 2
1 Like
661 Reads
0 Comments

Widya Ayu Ningrum (32 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja.
  "Berawal Dari Sebuah Saran Tetangga"

Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 32 tahun sedangkan suami Harjo berusia 36 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih disebut muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono yang sekarang baru menginjak bangku Sekolah menengah pertama. Namun Evan sendiri semenjak masuk SMP, Evan tinggal di rumah orang tua yang memang dimana jarak antara rumah orang tua Widya dengan sekolah Evan belajar lumayan dekat dibandingkan rumah yang Widya tempati. Evan kadang mengunjungi ibunya tiap malam minggu dan selalu menginap. Evan akan kembali pulang ke rumah nenek atau ibu Widya pada Senin pagi. Sebenarnya Widya merasa sangat kesepian setelah ditinggal sang suami, kini anak semata wayangnya terpaksa harus ia titipkan di rumah ibunya semata-mata hanya untuk mengirit pengeluaran yang mulai memburuk sejak ditinggal meninggal oleh Harjo.

Widya sebenarnya bisa memperbaiki masalah yang dihadapinya demgan cara menikah kembali. Widya cantik, mulus dan untuk badannya sendiri sangatlah terawat dan kalaupun Widya ada niatan untuk mencari pria pengganti Harjo pasti dengan cepat bisa Widya dapatkan. Sayangnya Widya belum memikirkan hal itu sampai 3 tahun ini. Ia hanya fokus pada anak serta kehidupannya.

Widya belum memikirkan akan sosok pengganti ayah bagi Evan, tapi sejauh ini sudah banyak lelaki yang mendekati Widya untuk mempersuntingnya dengan menerima statusnya sebagai janda anak satu, bahkan ibunya sendiri menyarankan Widya untuk menikah kembali karna umur Widya yang masih muda tersebut, tapi lagi-lagi Widya tolak dengan halus.

Dari segi bisnis. Widya mempunyai bisnis sampingan berupa jasa Katering yang selama ini ia kerjakan, tapi sekarang sudah mulai tak pasti ada pesanan yang masuk. Karna hal itu Widya benar-benar memutar otak supaya semaksimal mungkin ia bisa membiayai terus sekolah anaknya dan juga membiayai kehidupan dirinya sendiri pula.

Bukan ibu Widya maupun saudaranya tak mau membantu, mereka sudah sangatlah sering menawarkan bantuan tetapi dari pihak Widya nya sendiri menolak halus dan lebih berusaha sendiri sebisa mungkin karna ini memang tanggung jawabnya sebagai orang tua bagi anaknya.

Saat ini, Evan datang mengunjungi Widya dengan kabar yang membuat Widya buntu. Dimana Evan memberitahukan ibunya bahwa uang SPP yang sudah 4 bulan belum dibayar sudah kembali di tanyakan oleh pihak sekolah. Sebenarnya kalau Widya meminta bantuan ibunya pasti semua masalah akan selesai tapi kembali lagi ke ego Widya dengan alasan Tanggung Jawab.

“Nanti mama cari uangnya, kamu bilang aja dulu sama kepala sekolah buat kasih mama waktu lagi”, ucap Widya masih mencoba untuk tersenyum.
“Tapi kata kepala sekolah mama hanya dikasih waktu sampai bulan depan, kalau bulan depan mama ga bisa bayar katanya untuk sementara Evan dilarang masuk sekolah sampai mama bisa bayar semuanya”, tutur Evan pada Widya.
"Iya mama bakal usaha secepatnya. Kamu ga usah mikir hal ini, kamu yang penting belajar aja yang tajin biar jadi orang pintar terus jadi orang yang sukses", ucap Widya pada anaknya. Evan mengangguk.
“Yaudah makan dulu gih”, suruh Widya.
“Mama tau aja kalo Evan belum makan. Hihihihi…”
“Yakan emang udah kebiasaan kamu kalo Sabtu hari langsung ke rumah tanpa balik ke rumah nenek dulu”. Evan hanya tersenyum lebar sambil berlari pelan ke arah ruangan untuk mengganti pakaian.
“mah, Evan menginap disini ya selama libur satu minggu ini”
Sesaat setelah anaknya masuk ke dalam kamar, ponsel Widya mendapat pesan masuk dari ibunya yang bertanya tentang apa cucunya sudah ke rumah Widya atau belum. Seperti itulah ibu Widya terhadap anaknya. Evan oleh neneknya sangatlah dimanja, namun betapapun dapat perlakuan seperti itu dari neneknya, Evan tak menjadi seorang anak yang manja pula. Karna rasa sayang neneknya terhadap Evan, jika Evan pergi entah kemana pasti selalu ia khawatirkan.

Sore harinya ketika Widya berada di depan rumah sedang mengisi waktu luangnya merawat tanaman, tetangga rumahnya menyapa Widya dengan sapaan ala ibu-ibu rumah tangga.

“rajin banget bu Widya ini”
“Eh, iya bu buat isi waktu luang aja ini”
“tanaman tiap sore disiram, tapi yang siram kangen disiram juga ga nih? Hehehe”, canda tetangganya itu yang bernama bu Nonik.
"ibu bisa aja. Ibu juga rajin tiap sore pasti olahraga gitu. Biar singset ya bu", balas canda Widya.

Bu Nonik yang awalnya sedang lari kecil sore menghentikan kegiatannya dan berkumpul bersama Widya di depan rumah.

“kelihatannya lagi bingung banget ibu Widya ini. Kelihatan jelas loh dari mukanya”

Widya tersenyum, “iya ini bu. Saya lagi bingung soalnya uang SPP Evan sudah 4 bulan belum dibayar. Sedangkan Katering saya juga sudah merosot, hutang bank juga lagi dikejar-kejar”, ujar Widya.

Bu Nonik terdiam setelah mendengar masalah yang Widya alami. Bu Nonik terlihat berpikir untuk membantu bagaimana masalah tetangganya bisa diselesaikan.

“Bu Widya mau dengerin saran saya ga?”, Tanya bu Nonik.
"Saran apa, bu? Kalo emang bisa membantu mungkin saya bisa terima saran bu Nonik"

"Giman ya bilangnya. Hmmm… Sebenernya saya sih belum pernah, tapi teman saya sudah coba cara ini dan cerita ini juga teman saya yang ceritain"
"semacam…. semacam pasang pelaris gitu, Cuma bukan pelaris jualan, tapi pelaris rezeki katanya. Teman saya udah coba hal itu dan memang benar hanya beberapa minggu setelahnya teman saya itu kaya ketiban durian runtuh. Yang awalnya banyak hutang akhirnya bisa beli mobil bagus”, ujar bu Nonik.

"ah ga, bu. Itu sama saja dosa. Ga mau saya, bu kalo kaya gitu", tolak Widya.
"saya kan Cuma kasih saran aja, bu. Kalo ibu pikir-pikir lagi juga dari mana ibu bisa dapetin uang buat bayar SPP Evan? Iya buat SPP emang ga terlalu besar, tapi coba ibu bayangin gimana bayar hutang bank yang jumlahnya bukan satu dua juta aja. Kalo ga salah hutang membantu pak Harjo kan diatas 200 Jt. Memang dicicil, tapi hutang segitu bisa berapa tahun baru lunas, bu?", ucap bu Nonik.

“Ya saya sih ga paksa, Cuma coba ibu pikirin lagi deh. Kapan lagi bisa dapat duit dalam waktu ga terlalu lama dan dalam jumlah besar”

Widya mencoba memahami ucapan bu Nonik. "kalau semisal. Semisal ini ya, kalo emang bayar buat pasang kaya gitu berapa ya, bu?"

“kalo buat bayar sih kata teman saya gratis, cuman…cuman kata teman saya proses pemasangan pelaris itu berat, bu. Ga tau berat dalam segi apa, soalnya teman saya ga kasih tau kaya apa proses”

“pernah bilang juga sih kalo proses pemasangannya itu enak dan setelah proses pemasangan pun juga harus tetap melakukan ritual rutin katanya buat jaga kualitas pelaris yang dipakai”, ujar bu Nonik.

"Enak? Bersetubuh kah?", kaget Widya.

"kalo untuk itu saya ga tau, bu. Tapi ada kemungkinan juga proses seperti itu karna memang teman saya pas jelasin ada kata-kata kalo semakin sering disiram akan semakin bagus. Nah mungkin yang disiram itu ya hal yang berhubungan dengan Bersetubuh" "

Tapi tadi katanya setelah proses pemasangan, harus tetap melakukan ritual buat menjaga kualitas pelaris yang dipakai. Berarti dengan kata lain harus bersetubuh secara rutin dengan orang yang memasangkan itu?", ucap Widya dan tanpa bu Nonik sadari entah kenapa tiba-tiba karna tersebut, kedua puting Widya terasa berakhir.

“ya mungkin, saya kan belum pernah coba, bu. Tapi kalo emang kaya gitu kan berarti enak juga toh, bu. Dapat uang banyak iya, dapat yang enak-enak juga iya”, balas bu Nonik sambil tersenyum meledek.
“kaya wanita murahan dong, bu. Tiap dipakai terus dapat uang”
"Ya beda lah, bu. Disini memang kalo bersetubuh dapat uang kasaranya, tapi kalo ga bersetubuh juga masih bisa dapat uang, tapi ga sebanyak kalo bersetubuh. Cuma kalo seterusnya ga bersetubuh ya lama-lama ga dapet uang sama sekali. Intinya laris ya ditanam di tubuh orang itu supaya menghasilkan uang harus dikasih makan dan makanan dia itu ya sperma lelaki, mungkin? Ya saya juga ga bisa akhirin kalau proses ada bersetubuh apa ga, tapi buat kemungkinannya kaya gitu", sanggah bu Nonik.

“Kalau bu Widya berubah pikiran dan mau coba bisa bilang sama saya, nanti saya hubungin teman saya itu buat minta alamat orang yang bisa membantu memasangkan ke bu Widya ini”, lanjut bu Nonik.

“Saya pikir-pikir dulu deh, bu buat hal ini”, ucap Widya.
“Iya, bu orang saya juga ga paksa. Yaudah kalo gitu saya pulang dulu deh, udah mau Maghrib soalnya”, ujar bu Nonik pamit.

"SPP Evan bakal ga ada masalah dan semua hutang pun bakal lunas. Coba dulu apa ga ya?", pikir Widya.

Makan malam telah selesai disantap. Widya terlihat bersandar di tempat tidur sambil memikirkan saran yang dikasihi oleh bu Nonik sore tadi. Widya bingung apakah ia akan mengambil jalan pintas tersebut atau harus bersusah payah dengan usahanya sendiri. Kalo untuk meminta bantuan ibu itu tak terpikirkan oleh Widya karna memang kembali tak mau terlihat sangat menyusahkan di depan orang tuanya.

Sedari tadi Widya melamunkan saran yang ia dapat, hingga ia terpikirkan untuk berdiskusi di bagian proses pemasangan. Tanpa sadar tangan kanannya merambat masuk ke dalam celana tidurnya dan sedikit demi sedikit mulai memasukkan mikroskop ke dalam lubang memeknya. Entah kenapa dia merasa sangat terangsang ketika teringat percakapan sore tadi dan dia terangsang jika membayangkan dirinya melakukan proses pemasangan tersebut dan harus bersetubuh dengan pria lain yang sama sekali tak ia kenal itu.

“Sshhhhh……”

Tanpa Widya sadar kembali, mulutnya mengeluarkan desahan kecil sambil mengira dirinya sedang disetubuhi oleh entah siapa pria itu. Membayangkan bagaimana dirinya disetubuhi dan seperti apa rasanya bersetubuh dengan pria lain selain oleh suami sah nya. Bahkan laju keluar masuk torsi semakin cepat ingin mengejar kenikmatan.

“Ssshhh….enakkk….aku kangen…kamu…mas…sshhhh…”

“mass…Harjo…oowwhhhsss…”

Widya semakin terbawa suasana. Dari sebuah percakapan menjadikannya sebuah fantasi yang sama sekali belum pernah ia pikirkan selama ini. Sebuah fantasi dengan membayangkan dirinya tengah di sebadani oleh lelaki yang bukan suami sahnya dan lelaki lelaki tersebut yang tak ia kenal dan baru pertama kaki ia temui. Nafasnya tersengal, badannya panas dingin dan perasaannya merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Mungkin karna sudah 3 tahun ini Widya sama sekali tak melakukan hubungan badan ataupun masturbasi, dirinya dengan cepat bisa meraih orgasme yang pernah ia rasakan dulu, meski rasa yang didapat tak Sebanding dengan benda yang mungkin memasuki lubangnya itu.

JAM!!! JAM!!! JAM!!!

“Aakkkhhhh….oowwsshhhh…..”

Orgasme pertama dalam kurun waktu 3 tahun akhirnya bisa Widya keluarkan. Terlihat jelas seprei sangat basah akibat orgasme pertama itu yang selama ini tak ia keluarkan.

HOSH!!! HOSH!!! HOSH!!!

Widya mencoba mengatur kembali nafasnya sehabis gelombang orgasme yang telah ia alami. Pada memeknya ia merasakan panas karna terjadi dan mengocok lehernya sendiri pada memeknya.

"Aku tau ini dosa, tapi aku sudah tak tau harus seperti apa lagi. Akan aku ambil saran bu Nonik itu. Ya, aku harus ambil", ucap Widya setelah gelombang orgasme mereda.

Keesokannya, hari minggu sehabis belanja sayuran pagi. Widya berjalan beriringan bersama bu Nonik dengan sebuah kantung plastik berisi bahan-bahan makanan di tangan. Widya mulai mengutarakan tentang niatnya untuk mengambil saran yang diberikan oleh bu Nonik kemarin sore di depan teras rumahnya.

Awalnya bu Nonik kaget karna Widya mau mengambil cara tersebut, tapi di lain hal bu Nonik merasa senang akan keputusan yang Widya ambil tersebut. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Nonik akan Widya.

“bu Widya beneran?”, tanya bu Nonik.

Widya mengangguk, “saya sudah bingung harus seperti apa lagi, bu. Saya bakal coba cara yang bu Nonik sarankan, walaupun saya sendiri juga sadar betul bahwa apa yang akan saya lakukan ini dosa yang penting anak saya bisa hidup dan bisa bersekolah tanpa ada masalah lagi, tanpa ada rasa malu atau minder karna orang lain tak bisa bayar uang SPP yang jumlahnya sebenarnya tak seberapa. Saya ga mau anak saya susah dan merasa malu, bu”, ujar Widya.

“Kalau keputusan bu Widya memang seperti itu, saya nanti bakal coba tanya detailnya lagi sama teman saya itu. Bu Widya tunggu aja kabar dari saya, kalo sudah nanti saya bakal ke rumah ibu buat kasih tau”. Widya mengangguk.

Sebelum bu Nonik masuk ke area pekarangan rumahnya, bu Nonik berbicara, “tapi ibu juga harus siap dengan prosesnya”. Widya menoleh, “iya, bu.Saya siap”. Jawab Widya.

Sore harinya Widya beserta anaknya, Evan berada di rumah ibu Widya setelah siang tadi bu Nonik datang ke rumah untuk memberi tahu semua informasi yang ia dapatkan dari temannya. Tujuan Widya datang ke rumah ibunya semata-mata hanya ingin berpamitan untuk pergi sementara waktu ke suatu tempat dengan alasan mengajak Evan berlibur sebentar disaat libur sekolah.

Ibu Widya ingin ikut bersama anak beserta cucunya itu, namun Widya beralasan kalau liburan kali ini ia lakukan khusus untuk liburan keluarga antara anak dan ibunya. Tentunya Widya berkata dengan halus dan sopan pada ibunya, hingga sang ibu mengerti dan memperbolehkan mereka untuk pergi. Seperti seorang nenek yang sayang pada cucunya, ibu Widya memberi uang jajan untuk Evan karna ibu Widya tau pasti kalo Widya pasti tak akan mau menerima uang darinya, maka dati itu sang ibu hanya memberi pada Evan, cucu tersayang itu.

“Widya juga mau izin menginap di sini dulu, bu.Besok pagi kita berangkat soalnya”, ujar Widya.
“Rumah ibu, rumah kamu juga ngapain harus minta izin. Kamu menginap disini ataupun tinggal disini walaupun juga ibu malah senang, Wid”

Widya menaruh beberapa barang bawaannya ke dalam kamar dan tak lama berbicara kembali ibunya untuk melanjutkan berbentuk hal ringan sambil melepaskan kangen karna Widy jarang bertemu dengan ibunya, walaupun sebenarnya rumahnya dengan rumah ibu tam terlalu jauh, hanya memerlukan waktu setengah jam perjalanan.

"Kamu masih belum ada niatan buat cari pengganti Harjo, Wid? Maaf ibu tanya kaya gini lagi, ibu Cuma mau kalau kamu bisa hidup lebih baik lagi kalau ada sosok pria
di
sampingmu
” itu, bu. Widya masih berpikir, Widya bakal cari pengganti, tapi belum untuk sekarang”

Ibu Widya mengusap tangan lembut Widya, “yaudah gapapa, semua kan kamu yang jalani. Kalo kamu merasa belum waktunya ya ga papa. Widya memeluk tubuh ibunya dari samping sambil menempatkan kepalanya di antara leher dan dada ibunya. “Makasih, bu”. Dan dibalas usapan lembut oleh ibu di kepala Widya.



Pagi dimana keberangkatan Widya ditemani oleh anaknya, Evan telah tiba. Widya beserta anaknya berpamitan kepada kedua orang tuanya dan pergi menggunakan angkutan umum menuju ke terminal bus karna tempat yang akan dituju memang memerlukan jasa angkutan bus karna lumayan jauh.

Sekitar setengah jam perjalanan menggunakan angkutan umum akhirnya ibu beserta anak tersebut telah sampai di dalam terminal bus. Dimana selama perjalanan tadi Widya kurang merasa nyaman karna tepat didepanya duduk seorang pria sambil memegang ponselnya dengan gelagat seperti sedang merekam dirinya, karna aku bisa melihat betul arah dari kamera yang membawanya, tapi itu hanya perasaannya saja jadi ia tak berani untuk menugur pria tersebut.
Widya mencari bus yang bisa mengantarkan dirinya ke tempat yang akan ia tuju. Ternyata tempat tersebut sangatlah jarang dilalui oleh rute bus yang ada, dengan susah payah Widya bertanya kesana kemari untuk hal tersebut. Hingga akhirnya ia mendapatkan bus yang ia harapkan, namun dengan bayaran yang lumayan mahal.

“Maaf aja bu. Rute yang akan ibu lewati memang jauh dan lumayan pelosok, jadi yang harus ibu bayar ya segitu dan lagian bus yang melayani rute tersebut memang sangat jarang, kalau ibu merasa keberatan ibu bisa cari bus lain dan itupun kalau bisa”, jelas calo bus.

Widya terlihat berpikir dengan apa yang dijelaskan oleh bapak tersebut. Ada benarnya juga si bapak karna sedari tadi ia sangatlah sulit mencari bus yang bisa mengantarkan dirinya dan sekalinya dapat dengan harga mahal.

“Yaudah, pak saya mau”, putus Widya.

Jika calo terlihat tersenyum senang karna penumpang yang ia dapat bertambah. “Bus sebentar lagi bakal berangkat, bu.Untuk busnya yang warna putih, nomor 23DF”, ucap si calo sambil menunjuk le arah bus yang dimaksud.

Dengan sigap si calo membantu membawakan barang bawaan milik Widya dan memuat ke bagasi samping bus. Sementara Widya dan Evan masuk untuk duduk di tempatnya. Baru saja duduk, terlihat seorang pria bertubuh besar dengan kulit lumayan hitam mendekati Widya untuk meminta tiket bus dan tak lama setelahnya bus pun langsung berangkat seperti yang si calo katakan tadi.

Widya duduk di bangku bagian tengah dan ia melihat sekelilingnya ternyata hanya ada beberapa penumpang yang ada di dalam bus. Mungkin karna rute yang ia tuju lumayan pelosok dan sekarang hari biasa jadi penumpang yang ada bisa dihitung dengan jari, malah bisa dibilang sepi.

Di bagian depan terdapat 2 bangku berisi pasangan, dibangku sebelahnya 1 laki-laki, dibelakangnya berisi 2 pasangan lainnya dan 2 laki-laki. Sementara dibangku panjang paling belakang terdapat 3 laki-laki. Di dalam bus berarti terdapat 16 penumpang termasuk dirinya. Laki-laki ada 11 termasuk anaknya dan ditambah lagi kernet beserta sopir bus berarti ada 13 laki-laki. Sementara perempuan yang ada hanya 5 orang.

Bus mulai melaju menuju ke tempat tujuan. Evan yang memang sangat mudah meminum kendaraan tak bisa menahan rasa mualnya. Evan sedikit demi sedikit mengeluarkan makanan yang ia makan sebelum berangkat tadi. Dengan telaten Widya mengurutkan tengkuk Evan.

HUKUM!!! HUKUM!!!

“ini dihirup kayu putihnya biar sedikit mendingan”, ucap Widya sambil mengarahkan botol kayu putih ke hidung Evan.
“Apa tempatnya masih jauh, mah?”, tanya Evan disela menghirup aroma kayu putih.
“besok pagi baru sampai, nak. Sabar ya”
“jadi Evan bakal seharian di dalam bus, mah? Evan ga tahan”, keluh Evan atas rasa mabuknya.
"Maaf ya nak, tempatnya jauh soalnya. Mama lupa kalo kamu gampang mabuk kendaraan. Kalau mama ingat pasti mama bakal ajak orang lain buat temani mama", ucap Widya merasa bersalah.
“yaudah, kamu tidur aja biar mabuknya ga terlalu berasa”, lanjut Widya.

Evan mencoba menuruti kata mamanya dan mencoba untuk tidur. Tak lama Evan berhasil memejamkan matanya dengan lelap di samping Widya. Perjalanan masih jauh dan bus yang ia tumpangi baru keluar dari kotanya sendiri. Widya yang teringat perjalanan memakan banyak waktu lalu memutuskan untuk ikut memejamkan mata.

Widya tertidur selama perjalanan lumayan lama, saat ia bangun ternyata Evan sudah terlebih dahulu bangun dan juga bus akan segera berhenti untuk beristirahat sejenak.

Saat bus benar-benar berhenti, Evan melihat jam tangan yang telah menunjukkan pukul 19.19. Widya menawarkan Evan untuk ikut turun dari bus, namun Evan menolak karena dia merasa takut. Akhirnya Widya hanya bertanya apakah ada yang mau dibelikan dan Evan hanya meminta beberapa makanan. Widya turun dari Bus beserta dengan penumpang lainnya.

HOAM!!!

Karna merasa ketakutan kembali akhirnya Evan memutuskan untuk tidur sampai mamanya kembali.

Evan kembali terbangun dari tidurnya karna ia dikagetkan oleh suara klakson bus yang keras. Saat ia melihat sekelilingnya ternyata hanya ada beberapa orang yang sudah masuk dan duduk kembali di dalam bus sambil makan ada juga yang tidur. Evan melihat ke luar jendela bus dan sesekali melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 20.16, dengan kata lain bus yang ia tumpangi telah berhenti hampir 1 jam dan begitu juga mamanya yang belum kembali ke tempatnya.

“memangnya kalo berhenti selama ini ya?”, bingung Evan yang dimana baru pertama kali ini naik bus.

Disaat dirinya dalam kebingungan, Evan merasakan bahwa ia ingin membuang air kecil. Dengan segera Evan turun dari bus dan menuju toilet. Saat dirinya sedang buang air kecil terdengar dari luar ada dua orang pria sedang berbicara.

“serius lu?!”
"seriuslah, gila memeknya enak banget. Kapan lagi bisa rasain memek bini orang. Udah kaya gitu gratisan lagi. Bodinya mantap banget, mulus, toketnya bikin gemas. Nama sama badanya pas"
"sial, jadi pengen gue. Namanya siapa emang?"
"namanya Widya, lebih baik lu ke belakang, di tempat sopir bus biasa pada istirahat. Lu liat sendiri Sono. Kalo pengen cobain aja mumpung gratisan. Dibelakang juga kayaknya itu perempuan masih dipake"
"Tapi kalo lu mau ikut sodok itu memek pasti lu kebagian pas memeknya udah penuh sama peju. Orang tadi pada buang di dalam semua, termasuk gue. Gue juga tadi buang ini peju di dalem memeknya itu", sambungnya.
"bodo amat lah yang penting gue bisa ikut buang peju ke memek gratisan. Siapa tau juga nanti gue bisa bikin hamil bini orang"

Setelahnya tak ada suara lagi dari mereka dan Evan yang sudah selesai buang air kecil pun mengangkut ke tempat entah siapa pria tersebut. Evan merasa terganggu karna nama yang pria tersebut sama dengan nama mamanya.

Memang benar di halaman belakang rest area terdapat satu bangunan petak yang berjarak dari area Rest area. Tapi dari yang Evan lihat rumah tersebut terlihat tak ada orang, hanya lampu rumah tersebut terlihat menyala.

Dengan langkah penasarannya Evan mendekati ke arah bangunan tersebut. Dari suasana terlihat sunyi, namun pas dirinya sudah dekat dengan bangunan tersebut mulai terdengar suara seperti rintihan dan desahan. Bukan hanya itu, terdengar juga beberapa suara pria berbicara dan juga tertawa. Suara yang di dengar menggambarkan bahwa orang yang berada di dalam bangunan peta tersebut lebih dari 4 orang.

Evan mencari cara untuk bisa melihat ke dalam lewat ventilasi udara samping. Saat dia melihat ke arah dalam, jantungnya langsung berdetak kencang dimana ia melihat mamanya dengan hanya memakai baju tetapi bagian kedua payudaranya keluar dengan bebas dan celananya telah dilepas dalam posisi menungging di atas kasur lantai yang subur. Dibelakang terdapat pria telanjang yang ia kenal sopir bus yang mengantarkannya tengah memaju mundurkan pantatnya menubruk pantat mamanya dengan telanjang bulat sambil sesekali menampar pantat Widya. Sedangkan di arah depan si kernet tengah memaksa keluar masuk tititnya dengan kasar sambil menjambak rambut Widya.

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

"Aakkkhhhh…Aakkkhhhh…enak banget ini memek…sshhhh… Bu Widya janda kan? Tenang aja bu…ssshhh…malam ini rasa haus ibu bakal kita hilangkan dengan titit besar kita…sshhhh….”

GOK!!! GOK!!! GOK!!! Suara mulut Widya tengah mengoral titit si kernet bus.

"ini titit aku bu Widya. Makan yang banyak. Malam ini dan di perjalanan ini bu Widya bakal kita kasih makan titit sampe kenyang. Sshhhh….Aakkkhhhh…”

Kedua pria tersebut tengah memasukkan kedua tititnya ke kedua lubang Widya dan sementara itu di sisi kanan maju seorang pria yang baru dayang dan kemungkinan pria itu yang Evan dengar tadi di toilet, ia maju sambil mengocok pelan tititnya yang mulai tegang kembali. Ia kocok tititnya diatas punggung Widya sambil sesekali mengoleskannya di kulit punggung Widya. Di pojok ruangan terdapat satu pria yang sepertinya sudah kebagian terlebih dahulu menikmati tubuh Widya dan mulai berpakaian kembali.

"Kontol suami ibu kecil ya? Ssshh…makanya ibu cari titit yang bisa puasin…anjing…sssshhhhh….”
“Ga, pak….sshhhh….ga”
“kalo…kontol suami ibu ga kecil…berarti ibu memang seorang yang binal…”
“saya….Aakkkhhhh….saya janda, pak….Aakkkhhhh… Suami saya sudah meninggallhhhhh…”

Si sopir tersenyum, “kalo begitu ibu jadi istri saya sajaahhh…nanti bakal kasih saya titit tiap hari…ssshhhhh”

“ga mau paakkgghhh….sshhhhh…”
“ibu kaya pelacur kalo begini… Apa ibu mau jadi pelacur? Sshhhhh….kalo ibu mau jadi pelacur saya bisa bantu jualin…disini pasti memek ibu bakal laku keras…Aakkkhhhh…”, ucap si sopir melecehkan, “disini banyak sopir truk sama sopir bus, pasti mereka…bakal senang ada memek yang bisa puasin mereka….ibu juga bakal puas karna bakal banyak titit yang sodok memek ibu ini…anjing ini memek enak banget.. sshhhh….”, Lanjutnya.

Widya yang mengerti seperti itu merasa bahwa cairan kewanitaannya semakin membanjir. Entah kenapa dia merasa bernafsu ketika ada yang menyamakan dirinya seperti pelacur. Mereka dibayar tapi dengan Widya tanpa dipungut biaya alias gratisan. Bahkan hal itu lebih rendah dari seorang pelacur sekalipun. Widya benar-benar sedang dikuasai oleh nafsunya. Ia tidak dapat berpikir jernih karna hal yang sudah 3 tahun tak ia dapatkan. Sekali ia mendapatkan rasanya berlipat ganda dari yang pernah ia rasakan selama hidupnya ini.

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

Gerakan si sopir mulai dipercepat karena ia merasa sedikit lagi akan ejakulasi akibat remasan dinding memek Widya. Si kernet yang tau hal tersebut langsung melepaskan tititnya dari dalam mulut Widya sehingga Widya kini bisa mengeluarkan suaranya dengan jelas.

“Aakkkhhhh….teruss pakk….terusss…ssshhh….oowwhhhh… Ya teruss…”, racau Widya yang ternyata menikmati perlakuan atas dirinya.
“Saya…saya mau keluar, buugghh…terima peju saya.Aakkkhhhh…terima benih saya…Aakkkhhhh!!!”
“saya jugaaahh…keluar pakkgghh….”

“AAKKKHHHH!!! LONTE!!! PELACUR!!!”

CROT!!! CROT!!! CROT!!!

Baik Widya maupun sang sopir, mereka orgasme secara bersamaan sambil sang sopir terus membenamkan lebih dalam tititnya ke dalam memek Widya sehingga peju yang dikeluarkan. Bisa masuk ke dalam rahim Widya dengan Banyaknya.

Beberapa saat si Sopir mendiamkan tititnya dan saat sudah dirasa cukup ia cabut dengan perlahan hingga terlihat sedikit peju yang meleleh keluar dari lubang memek Widya jatuh ke atas kasur lantai yang tipis.

“Aakkkhhhh….”, lirih Widya saat titit si sopir keluar dari memeknya dan juga hasil output kecil pada pantatnya yang dilakukan si sopir bus tersebut.

Dalam keadaan lemas akibat orgasme yang ia alami, tubuh Widya dibalik oleh si kernet dan tanpa aba-aba langsung di buka lebar kedua kaki Widya. Dengan mudah sebuah titit lain mengisi kembali memek Widya yang sudah diisi oleh peju beberapa orang terminal. Dengan bernafsu si kernet menggenjot memek Widya dengan celat sambil meremas kedua buah payudara Widya yang menantang tersebut. Putingnya ia pelintir bergantian sambil sesekali dibarengi oleh gerakan menarik narik puting tersebut sehingga Widya bertambah menggelinjang seperti cacing kepanasan akibat sensasi yang ia dapatkan itu.

“ternyata memang sedap ini lubang…sshhhh… Nanti di dalam bus…kalo saya nafsu lagi ibu layani saya lagi ya…sshhhh….”, ucap si Kernet sambil terus menggenjot memek Widya tanpa mengurangi temponya.
“Iyaa… Iya pak…Aakkkhhhh….”
“Bagus… Dapat juga bini orang binal kaya gini…Aakkkhhhh…”
“Ibu puasin titit kita, nanti kita kembalikan uang tiket bus ibu…sshhhh…kita juga bakal kasih lebih…oowwhhhh…”

Perkataan si kernet tersebut mengungkapkan bahwa Widya seperti seorang pelacur saja di dekatnya dengan membayar jika ia bisa memuaskan nafsu si lelaki. Umunya seorang perempuan akan sangat marah bila dilecehkan seperti itu, namun berbeda bagi Widya karna dirinya memang di keadaan sudah ikut masuk ke dalam gelombang kenikmatan yang sudah 3 tahun lamanya tak mendapatkan nafkah berupa kepuasan intim.

Saat si kernet sedang fokus menggenjot memek Widya, ternyata pria yang baru datang tersebut sudah tak tahan oleh kocokannya sendiri. Karna dirinya sudah tak bisa menahan dan dirasa peju nya akan segera keluar dengan cepat ia kangkangi wajah Widya dan ia memasukkan tititnya ke dalam mulut Widya. Dengan gerakan cepat yang singkat, si pria menyemprotkan pejunya ke dalam tenggorokan Widya dengan sangat banyak. Widya yang sedang digempur dari bawah hanya bisa menelan semua peju yang ia terima.

"aakkhh….iya telan semua bu…telan!! Sshhhh…”, ucapnya sambil membenamkan sedalam mungkin ke dalam tenggorokan Widya.

Pria tersebut melepas keluar tititnya dan terdengar Widya terbatuk-batuk, bahkan terlihat dari lubang hidungnya keluar sedikit peju akibat tersedak. Pria tersebut mengoleskan tititnya ke seluruh wajah Widya sebelum dirinya mendekat dan memakai kembali celananya.

Plak!!! Plak!!! Plak!!!

"Sedikit lagi bu! Sedikit lagi!! Aakkkhhhh….", erang si kernet dan CROT!!! KROT!!! Ia mengeluarkan semua isi buah zakatnya mengisi memek Widya.

Sama seperti si sopir, si kernet juga diamkan beberapa saat tititnya dan baru mencabut keluar. Ia mendekati tubuh Widya yang tergolek lemas di atas kasur lantai tipis dengan memek yang mengalir oleh peju. Si kernet mengusapkan tititnya yang basah oleh lendir kewanitaan Widya yang bercampur dengan peju para lelaki yang telah menikmatinya ke kedua kulit mulus nan halus payudara Widya.

“Bu Widya hebat banget bisa puasin kita. Beruntung banget bisa ketemu sama bu Widya ini”, ucap si kernet bus.

Sementara Widya hanya diam sambil mencoba mengatur nafasnya yang berantakan akibat gempuran bertubi-tubi yang ia terima dari persetubuhannya yang mengalami itu. Dadanya naik turun, tubuhnya berkeringat bahkan baju yang masih ia gunakan sedikit basah oleh keringat miliknya sendiri maupun tetesan keringat dari para lelaki yang sudah menikmati tubuhnya.

Sementara itu Evan yang sedang mengintip dari balik ventilasi udara hanya bisa melihat tanpa ada reaksi apa-apa, karna dirinya sendiri tak terlalu tahu akan apa itu seks. Ia tahu hanya sebatas tahu tanpa bisa menyikapi seperti apa. Ia hanya melihat dan berpikir bahwa ibunya sedang berhubungan seks dengan pria yang bukan ayahnya. Hanya itu.

Si kernet mengambil celana dalam Widya dan menggunakannya untuk mengelas peju yang tercecer dan yang mengalir dari lubang memek Widya.

“celana dalam saya, pak” ,ucap Widya lirih.
“Udah gapapa, bu Widya ga usah pake celana dalam biar nanti kita bisa puasin ibu lagi di dalam bus. Hehehe… Ibu masih mau kan puasin?”, tanya si kernet.
“Iya, ibu kan janda jadi ga ada yang bisa puasin ibu. Mumpung disini ada yang siap buat puasin ibu loh”, sahut si Sopir.

Dengan masih lemas Widya bangun dan memakai kembali celananya, namun dibantu oleh para pria sambil sesekali meremas payudara Widya saat merapikan kembali posisi payudaranya untuk dimasukkan ke dalam Bra hitamnya.

“bapak, ih….”, seru Widya saat kedua payudaranya diremas dari balik bajunya yang sudah rapi saat akan keluar.
“habisnya saya gemas sama toket bu Widya ini”

Evan yang mengetahui bahwa mama serta para pria akan kembali ke dalam bus langsung berkendara menuju bus terlebih dahulu. Saat sudah di dalam bus, Evan melihat dari balik jendela mamanya berjalan beriringan bersama Sopir dan kernet bus. Saat mamanya kembali duduk di tempatnya, Evan bisa mencium bau peju dari badan dan mamanya. Tapi Evan yang memang belum terlalu tahu akan seks tak terlalu memikirkan hal tersebut. Saat ia melihat jam tangan ternyata sudah menunjukkan pukul 21.10 dan mamanya baru saja kembali. Berarti hampir dua jam mamanya bersama para pria di dalam bangunan belakang Rest area ini dan entah berapa pria yang sudah menikmati tubuh mamanya itu, yang ia tahu hanya 4 orang termasuk pria yang memberitahu pria lainnya di dalam toilet tadi.

Karna tak tau harus menyikapi seperti apa, akhirnya Evan kembali tidur setelah memakan makanan yang mamanya belikan sebelum masuk ke dalam bus tadi.



JEDUG!!!

Suara bus menginjak lubang jalan yang rusak membangunkan Evan kembali dari tidurnya. Ia melihat ke arah mamanya ternyata ia tak ada di sampingnya dan lampu dalam bis juga dalam keadaan mati sehingga ia tak bisa melihat dimana mamanya berada. Saat ia mencoba menengok ke belakang ternyata mamanya ada di kursi panjang bagian belakang dengan kegiatan yang sama seperti yang ia lihat di dalam bangunan belakang Rest area.

Dimana mamanya sedang disetubuhi oleh entah siapa pria itu dan terdapat juga beberapa pria lain termasuk si kernet.

Widya tidur terlentang di kursi panjang dengan keadaan kini telanjang bulat sambil seseorang tengah memompa dengan nafsu tititnya di memek Widya. Tak lama Evan memperhatikan ternyata si pria terlihat mengejang menyemprotkan pejunya ke dalam memek Widya. Setelah si pria tersebut selesai langsung digantikan oleh pria lainnya yang ternyata pria tersebut pria yang duduk di samping tempat duduknya tadi.

Terlihat sekelebat dari bayangan lampu jalan bahwa titit pria tersebut berukuran besar dan sedikit menghadap ke atas. Ia arahkan titit besarnya itu menyentuh memek Widya. Dengan perlahan ia mulai memasukkan senti demi senti titit besarnya menembus sempitnya memek Widya.

“Aakkkhhhh!!!”, terdengar suara erangan dari mulut Widya karna ukuran titit pria tersebut yang besar dan mencoba masuk dengan paksa. Mulut Widya langsung dibungkam oleh si kernet karena takut diketahui penumpang lainnya. Terlihat si kernet mengucapkan sesuatu pada Widya, namun tak terdengar oleh Evan.

Dengan sedikit usaha akhirnya titit besar pria tersebut berhasil tertanam di dalam memek Widya sepenuhnya. Dengan gerakan lembut ia mulai menikmati dinding memek Widya yang sangat nikmat itu. Pria tersebut sampai merem melek dibuatnya. Karna desakan dari si kernet untuk cepat selesaikan, akhirnya si pria meningkatkan genjotannya pada memek Widya dengan cepat. Widya tak dapat mengontrol rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya yang terpusat di memeknya.

Widya menggelinjang dengan hebat saat titit tersebut keluar masuk di memeknya dengan cepat dan bertenaga. Kedua payudaranya ikut bergerak kesana kemari saat tubuhnya terdorong oleh sentakan selangkangan si pria yang tengah menumbuk selangkangan Widya.

“ssshhh…..nikmatnya bu Widya ini…akkkhhhh….”
“akan saya puaskan, ibu ini….Aakkkhhhh….”

“iya pak,, terus…sshhhh…jangan berhenti…”
“enak?Sshhhh….”, tanyanya sambil meremas sebelah payudara Widya dengan kencang.
“Enak pakk… Enak…”, jawabnya sambil meringis menahan nikmat serta sedikit rasa sakit di payudaranya hasil remasan yang ia dapat.
“bu Widya suka kita entotin begini? Ibu suka? Aakkkhhhh…sshhhh…”
“iya ini enak…saya suka…saya suka dientot bapak…terusss…Aakkkhhhh….”
Pria tersebut berubah gaya dengan memosisikan tubuh Widya untuk menyamping menghadap ke arah Evan duduk memperhatikan. Dalam posisi tersebut titit pria tersebut lebih dalam mengacak-acak memek Widya. Karna hal itu Widya seperti kesetanan akan nikmat yang ia dapat. Widya mengerang lebih keras dan hal tersebut membuat si kernet gemas dan langsung menyumpal mulut Widya dengan tititnya dalam posisi menyamping. Si kernet mengocok tititnya di dalam mulut Widya seakan-akan sedang keluar masuk di dalam memeknya. Widya dibuat gelagapan oleh kedua serangan kasar tersebut. Hingga akhirnya Widya mendapatkan orgasme yang panjang, badanya bergetar dengan hebat dalam posisi disetubuhi pada memek dan mulut.

“Aaaakkkkhhh….ke…keluuaarr…..aakkhh…..”, jerit nikmat Widya disela mulut yang tersumpal titit.

"Hahaha… Ibu muncrat lagi kan karna titit kita. Udah berapa kali ibu muncrat? Tadi sama sopir bus aja keluar dua kali. Hahaha", ucap si kernet. Widya masih dalam keadaan orgasme yang panjang. Ternyata juga sebelumnya si sopir bus telah menikmati kembali memek Widya untuk kedua kalinya.

Plak!!! Plak!!! Plak!!!

“Saya juga mau keluar Widya sayang”
“keluarkan…keluarkan sayang….keluarkan semua…akkkhhhh…”, sahut Widya membantu.

"hajar terus, mas. Lagian bu Widya ini janda. Kita hamilin aja siapa tau bisa hamil beneran terus minta tanggung jawab. Kalo bu Widya minta tanggung jawab kita semua jadi suami aja biar bisa kita entotin bareng-bareng lagi. Hahaha", ucap si kernet melecehkan Widya dengan sesukanya.

Si pria yang tengah menikmati memek Widya mempercepat sodokannya dan CROT!!! CROT!!! CROT!!!

“Terima peju ku, bu…..Aakkkhhhh… bisa buntingin bini orang juga…ssshhh”

Sekitar 7 semburan peju masuk ke dalam memek Widya tanpa halangan. Pria tersebut langsung mencabut tititnya yang besar. Hal tersebut tak disia-siakan oleh si kernet bus, ia langsung mengangkat tubuh Widya untuk memosisikan menungging dan langsung memeknya diisi penuh oleh titit kembali.

BERLAH!!!

“Sekarang tinggal titit saya yang bakal puasin bu Widya ini”, ucap si Kernet bus.
“Aakkkhhhh…pak….puaskan saya…puaskan”, racau Widya saat dirinya kembali disetubuhi dalam posisi menungging.
Si kernet bus tersebut tak langsung menggerakkan tititnya di memek Widya. Dia berencana ingin memancing lebih banyak nafsu yang Widya alami. Ia ingin mengeluarkan sisi binal yang ada pada diri Widya tersebut, sisi binal dari penumpang bus yang ia angkut hari itu. Sisi binal dari istri orang yang sama sekali ia tak kenal dan baru ia temui hari itu juga.

“ibu mau apa?”, tanya si kernet.
“saya….mau titit buat puasin memek saya ,pak….aakkhh…”
“Ibu mau saya bikin hamil?”
“Mau pakkgghh….saya mau…aakkhh…yang penting saya bisa puasin sama titit besar…Aakkkhhhh…”
“Bagus, lonteku…bagus…sshhhh… Saya bakal entotin ibu sampe puas hari ini…sshhhh….”
“Iya pak… Saya lonte di dalam bus ini….Aakkkhhhh… Saya lagi nge'lonte di bus…akkkhhhh….”

Si kernet tersenyum puas mendengar ucapan yang Widya lontarkan tersebut. Sebuah ucapan yang keluar langsung dari seorang ibu muda dengan anak satu yang memacu nafsunya bertambah untuk lebih bersemangat menyetubuhinya.


“Aakkkhhhh!!! Tampar pantatku pak….sshhhhh..”

PLAK!!! Plak!!! Plak!!!

Berulang kali si kernet bus menampar pantat sekal Widya, yang awalnya berwarna putih mulus kini karna pencahayaan yang diberikan berulang kali oleh si kernet bus warnanya berubah merah, walaupun tak terlalu terlihat tapi sudah dipastikan bahwa pantatnya memerah.

Si kernet terus bombardir memek Widya dengan cepat dan bernafsu. Ia terus menikmati setiap jengkal tubuh Widya dengan berbagai gaya di kursi panjang belakang bus itu. Bahkan si kernet menyuruh ibu untuk terlentang di lantai bus dan kembali menyetubuhinya di posisi itu dengan bernafsu.
“Ibu ingat…sshhhh…ada anak ibu di depan sana…ibu malah dibelakang telanjang lagi ngentot…Aakkkhhhh….anjing enak banget ini memek….sshhhh….”
“Aakkkhhhh…pak….akkkkhhhh…”
“bagaimana anaknya tau kalo ibunya ternyata wanita binal begini…sshhhhh….”
“Aakkkhhhh….Aakkkhhhh….tolong jangan bawa-bawa…anak saya, pak…bapak cukup entotin saya saja…aakkhh….”
"Bu Widya binal!!! Aakkkhhhh….rasakan perkasanya tititku ini bu….sshhhh….rasakan!!!"

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

Menit demi menit tubuh serta memek Widya terus dinikmati oleh si kernet bus, hingga si kernet bus menyerah dan ingin segera menyemprotkan peju nya ke dalam memek Widya sambil menindih tubuhnya di lantai bus.

“Saya keluar bu….keluar!!!”, ucapnya sambil memeluk erat tubuh Widya dilantai bus.

“bareng pak…bareenngg….Aakkkhhhh….”

Dalam keadaan saling berpelukan di lantai bus keduanya mencapai orgasme secara bersamaan. Jari kuku Widya sampai mencakar punggung si kernet karna rasa nikmat yang ia alami jauh lebih nikmat dari yang pernah ia alami selama ini. Baru pertama kali Widya merasakan kenikmatan yang teramat sangat saat bersetubuh, apalagi kenikmatan yang ia dapat tersebut berasal dari kernet bus yang baru ia kenal dengan tampang jelek dan bau keringat.

Setelah gelombang orgasme keduanya selesai mereka saling melumat satu sama lain layaknya seperti pasangan suami istri sah sedang malam pertama. Sebuah ciuman yang hanya menggambarkan sebuah nafsu belaka dari masing-masing.

MENCUCUP!!! MENCUCUP!!!

Si kernet melumat bibir Widya tanpa henti dengan sisa nafsunya sebelum mencabut tititnya yang mulai mengecil di bawah sana. Ternyata hal itu belum berakhir, dua pria lain dengan bergiliran kembali menikmati tubuh Widya dengan bernafsu. Kembali Widya harus melayani nafsu para lelaki lainnya dengan gaya dan rasa bervariasi kembali.
“beruntung banget gue naik ini bus…akkkhhhh…bisa dapat memek gratisan dari bini orang yang binal model kaya gini…sshhhh…”
“iya, bang…terus entot sepuasnya….teruuss….sshhhh…”

Si kernet sekarang sudah berganti posisi dengan si sopir dengan dirinya kini mendekati Widya yang tengah dalam kenikmatan titit pria lainnya. Si mendekati sopir Widya.

“Bu Widya…”, sambil mengelus rambut Widya, “bu Widya jangan jadi lonte di bus saya ini”

Widya tak menghiraukan ucapan si sopir yang tengah melecehkannya itu. Widya terlalu fokus akan kenikmatan yang ia dapat secara bertubi-tubi sedari tadi dari para lelakinya yang dengan kuat terus membuatnya melayang.
Karna tak mendapat respon dari Widya, si sopir langsung mengeluarkan titit besar hitamnya yang dalam keadaan setengah tegang, lalu dijambaknya rambut Widya. Ia disuruh untuk mengoral titit tersebut menggunakan mulut sampai memaksa kembali.
“ayo lonte…ssshhhhh…bikin keras tititku ini”, ucapnya sambil memukulkan titit besar hitamnya ke wajah dan bibir Widya dengan gemas.

Disaat si sopir sedang asyik menikmati lembut dan hangatnya mulut Widya tiba-tiba pria yang sedang menyetubuhi Widya berseru untuk si sopir berhenti karna sebentar dirinya akan segera menyelesaikan kegiatannya.

“abang berhenti dulu. Saya bentar lagi mau keluar. Sshhhh….saya udah ga sabar pengen pejuhin memeknya ini, bang. Akkkhhhh…Aakkkhhhh…”
Si pengemudi berhenti dari kegiatannya di mulut Widya dan hanya diam memperhatikan si pria tengah mengejar kenikmatan pada tubuh penumpangnya itu dengan cepat dan sangat bernafsu. Diremasnya kedua payudara Widya. Posisi kakinya ditekuk hingga kedua lututnya menempel di payudaranya dan tempo genjotan si pria sama sekali tak berkurang. Terus, terus dan terus mereka berdua mengeluarkan desahan dan racauan erotis.

Peluh dikeduanya terlihat jelas membanjiri tubuh masing-masing. Dahi Widya berkeringat menempel beberapa helai rambut dan hal itu membuat hawa nafsu lawannya kian membara karna pemandangan yang erotis dia.

“keluar….Aaaakkkkhhh….terima peju ku, bu…terima ini!! Aakkkhhhh!!!

CROT!!! CROT!!! CROT!!!

“Bangsat!! Enak banget ini lonte!!”, racaunya saat orgasme mengeluarkan peju nya di dalam rahim Widya sambil sedikit mencekik leher Widya karna suasana nikmat yang menerpanya.

Setelah semuanya selesai mendapat bagian, ternyata si pria yang duduk di bangku sebelah Evan kembali meminta kenikmatan dari tubuh Widya, begitu juga dengan si kernet dan bertukar posisi kembali dengan si sopir untuk ikut kembali menikmati sempitnya memek Widya.

Malam itu di perjalanan bus Widya benar-benar dibuat kelojotan oleh para pria yang asyik mengeluar masukan tititnya menyetubuhi dan tak ada bosannya menyemprotkan peju nya ke dalam memek Widya hingga meluap mengalir keluar. Widya kelelahan dan merasa lemas karna di Setubuhi secara bergilir dan rata-rata dari mereka meminta bagian untuk menikmati sempitnya memek Widya 3 kali. Karna terlalu lama hal tersebut berlangsung, Evan kembali tertidur dibangkunya.

Pukul 04.21 Evan dibangunkan oleh Mamanya karna bus yang mereka tumpangi sudah sampai di tempat yang dituju. Dengan sedikit didukung Evan bangkit dari duduknya dan berjalan pelan di belakang mamanya, karna masih ditakuti Evan sedikit ada jarak dengan mamanya. Terlihat saat mamanya akan keluar lewat pintu depan ternyata si Sopir meremas dan menampar pantat mamanya, sedangkan si kernet meremas gemas sedikit keras di sebelah payudaranya. Tapi terlihat mamanya hanya tersenyum akan perbuatan kedua orang tersebut di atas tubuhnya yang sedang dilecehkan.

Terdengar juga si sopir menceritakan sesuatu pada Widya yang hendak turun, “nanti kalau pulang bareng sama kita lagi ya, bu. Nanti bakal kita puasin lagi pake titit kita sampe bu Widya ini ketagihan. Hehehe”. Ucapnya sambil memegang tititnya dari balik celana dan si kernet mengarahkan tangan Widya pada titit si kernet yang sudah tegang kembali di balik celana longgarnya.

“Isshhh si bapak, banyak orang tuh.Di belakang juga ada anak saya”, ucap Widya dan si sopir melihat ke arah Evan.
“Gapapa, bu, lagian anak ibu jauh ga bakal dengar”

Setelah hal itu, Widya memanggil Evan untuk konstruksi dan turun dari bus. Karna rasa kantuk yang masih terasa, Evan memeluk ibunya dari samping dan terciumlah aroma peju yang lebih menyengat dari sebelumnya.

Ternyata pas berjalan ke arah ruang tunggu ada beberapa orang yang melihat sinis ke arah Widya. Orang-orang yang satu bus bersama Widya dan diam-diam mereka tau apa yang terjadi selama di dalam bus tadi. Mereka bisa melihatnya dengan jelas saat Widya digilir oleh sopir bus, kernetnya dan juga oleh beberapa penumpang lainnya secara bergantian. Terdengar juga oleh Widya beberapa cemooh yang ditunjukkan kepadanya, namun Widya memilih untuk diam.

"Dasar lonte, ada anaknya digilir malah kesenangan. Dibayar berapa? Apa Cuma dibayar pake titit sama peju doang?"
“dasar murahan!!!”

Walau lirih tapi Widya bisa mendengar ucapan mereka. Widya terus berjalan demgan Evan memeluknya dari samping karna masih disembunyikan. Widya berhasil masuk ke dalam ruang tunggu tanpa menanggapi cemooh yang ia dapatkan dari beberapa orang karna ia juga sadar bahwa itu memang salahnya sendiri, makanya ia lebih memilih untuk diam. Berbeda dengan saat bersetubuh. Sekarang ia merasa sakit saat ada orang melecehkan dirinya sendiri, tapi mau bagai mana lagi, semua sudah terjadi dan dirinya juga sempat menikmatinya. Merasa marah atau merasa menyesal pun tidak ada gunanya.

“kamu tunggu sini dulu ya, ibu mau ganti pakaian”, pamit Widya pada Evan untuk mengganti pakaian karna Widya sadar betul bahwa tubuhnya bau peju.

Tak lama Widya kembali menghampiri Evan dengan pakaian yang sudah berganti dan bau peju lelaki tergantikan oleh wangi parfum. Widya mengajak anaknya untuk makan terlebih dahulu kemudian baru akan kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan utama.

Kini Widya mengganti pakaiannya dengan tanktop putih dengan hanya dibalut oleh jaket tipis berwarna hitam miliknya. Sedangkan celananya ia ganti menggunakan celana Jeans ketat dan sudah memakai celana dalam kembali. Sementara baju, Bra dan celana yang ia pakai tadi ia bungkus dalam kantung Kresek dan telah ia buang karena bau sperma yang menempel terlalu kuat.
Memang benar tadi Widya telanjang tapi setelah mereka selesai menggilir Widya, mereka menggunakan semua pakaian Widya untuk mengelap ceceran peju serta mengelap memek Widya yang berlepotan oleh cairan putih lelaki. Bukan hanya itu mereka juga menggunakannya untuk mengelap titit mereka masing-masing sehingga semua pakaiannya berbau peju yang menyengat, bahkan di bajunya ada beberapa corak basah dari peju. Celana pun juga tak luput basah karna Widya turun dari bus tak memakai celana dalam sehingga peju yang tertampung di memeknya merembes keluar secara langsung ke celananya hingga sangat basah di bagian selangkangannya.

“Kita makan dulu ya, nanti baru lanjut perjalanan. Udah dekat kok”, ucap Widya sambil menjawab raut wajah yang Evan tunjukkan.

.
.

*Bersambung…

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert
#1
Issue 1
0 Likes
993 Reads
0 Comments
#2
Widya bagian 2
1 Like
661 Reads
0 Comments

X
Never miss what's happening on Penana! Close