x
Prolog
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnyMVTHfBEq
Masa puber adalah fase paling menggairahkan dalam hidupku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXwBHPfO1aK
Sebuah periode di mana setiap tarikan napas terasa seperti petualangan baru, setiap pandangan mata menyimpan hasrat tersembunyi. Ketika seragam putih abu-abu mulai lepas dari tubuhku, aku memutuskan untuk tinggal bersama Pamanku di daerah perkebunan. Alasannya sederhana: sudah sejak lama aku sudah terpikat oleh dunia pertanian, dan kebetulan Pamanku adalah seorang petani sukses.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtr5D1MMM3i
Nessalia Zenada—itulah nama lengkapku. Di rumah, aku dipanggil Elia. Di sekolah, Nada. Aku tak masalah dengan banyaknya nama panggilan. Bagiku, selama itu membuatku lebih dekat dengan orang lain, tak ada yang salah.
Aku dibesarkan dengan tuntutan tinggi. Ayah dan Ibu mendorongku untuk selalu kompetitif, dan sifat itu melekat kuat dalam diriku. Jika aku menginginkan sesuatu, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ruang tamu rumahku dipenuhi piagam dan piala, baik milik orang tuaku maupun milikku sendiri. Tapi tak semua sifat mereka kusukai. Kami sering berdebat karena perbedaan sudut pandang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡixeQmDU3OP
Ayahku, seorang pebisnis tulen, tak pernah ragu mendukung keinginanku. Tentu saja, dengan segudang wejangan dan syarat. "Elia, jangan lupa laporan mingguan, ya!" Begitu selalu pesannya. Tapi bagiku, ini adalah kesempatan untuk bebas—jauh dari pengawasan ketat orang tua, meski harus berhadapan dengan dua sepupu yang membuatku...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxBfOiobplF
Gelisah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4GqSw7HfTq
Keluarga Paman tak hanya terdiri dari mereka berdua. Ada Dania, si sulung, lima tahun di atasku, dan Rania, setahun lebih muda dariku. Keduanya cantik... sangat cantik. Wajah mereka begitu pribumi meskipun masih ada sedikit oriental, berbanding terbalik dengan fitur amoy-ku yang lebih kental.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbM9f75MJHB
Kadang, kecantikan mereka membuatku sedikit tidak percaya diri. Wajahku cenderung lebih "amoy", sementara mereka mewarisi kecantikan alami Bibiku yang berdarah pribumi. Perpaduan latar belakang suku yang berbeda dalam keluarga mereka menghasilkan wajah-wajah memesona. Setiap kumpul keluarga, aku selalu terpana memandangi mereka, terutama Dania.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKaibqz9BXu
Mengapa aku tak pernah bosan memandang Dania? Karna ia begitu sempurna! Bibirnya tebal, kulitnya kecokelatan, dan tubuhnya—oh Tuhan—tubuhnya adalah mahakarya. Berbeda denganku yang kurus, Dania punya lekuk yang memikat: pinggang ramping, bokong bulat, dan payudara yang menggoda setiap kali dia berlari atau tertawa.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXZ7MOOPmuK
Setelah akhirnya aku pindah dan hanya tinggal bersama Dania berdua, hal ini menjadi awal obsesiku terhadap "tipe pejantan" yang berseberangan denganku. Aku mulai mengidamkan pasangan yang benar-benar berbeda dariku, yang nantinya akan kalian tahu. Obsesiku ini tumbuh karna ulah Dania, atau lebih sopannya…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9HzWXrxojH
Kak Dania..
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡozqWSAyZYZ
Dan di sini, di tengah perkebunan yang luas, aku mulai mengenal sisi lain diriku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhCSEcGIyZn
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxbpQSOH1oN
Masa SMA-ku berlalu begitu cepat. Tinggal satu semester lagi sebelum aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Selama ini, aku berteman dengan beragam karakter dari yang paling baik sampai yang paling urakan.
Karena liburan semester kali ini lebih panjang dari biasanya—tiga minggu penuh. Aku menghabiskan waktu dengan belajar mengelola kebun bersama Dania, karna Pamanku sedang keluar kota, ada urusan bisnis katanya..
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg9KJ8wFPsU
Dania adalah calon penerus usaha Pamanku. Sejak kecil, dia sudah dibiasakan dengan urusan bercocok tanam, dan antusiasmenya terlihat jelas. Jika Paman sibuk dengan urusan bisnis, aku biasanya belajar langsung dari Kak Dania.
Seperti hari ini, kami berdua berkeliling kebun bersama Pak Mulyono, ajudan Paman, untuk memastikan persiapan panen berjalan lancar.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe0pPDRsSPd
Tetapi, ada hal yang membuatku bingung hari ini, Dania terlihat aneh.
Wajahnya pucat…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoxcQOTQv0g
"Kakak keliatan capek," kataku, mataku tak lepas dari tubuhnya yang berkeringat.
"Iya, Nad. Kemarin kakak banyak gerak habis bantu Pak Mulyono benerin pompa air," jawabnya sambil tersenyum kecil.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdilE399Ido
Aku mengernyit. Benerin pompa air?
"Emang harus banyak gerak?" tanyaku polos.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuh3A6McIGE
Dania hanya tersipu, sementara Pak Mulyono ajudan Pamanku yang berotot dan berkulit gelap tersenyum penuh arti.
"Iya, Non. Bapak kebelet pipis, jadi minta tolong Non Dania pegangin selangnya sambil bapak... tekan-tekan pompanya."
Aku masih bingung.
"Terus?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5A5fKWFa6S
"Nah, setelah beberapa lama gak keluar air, bapak minta Non Dania yang tekan-tekan, bapak yang pegang selangnya." ujar Pak Mulyono menjelaskan.
Dania memicingkan mata, bibirnya menyungging senyum nakal.
"Langsung deras airnya," tambah Pak Mulyono sambil tertawa.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNDclGeVEKi
Aku masih tak paham. Tapi ada sesuatu dalam cara mereka bertukar pandang—sesuatu yang panas.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1vSLrosEz0
"Makanya, kalau kamu ingat, kemarin aku berkeringat lebih banyak dari biasanya. Itu karena bantu Pak Mulyono." timpal kak Dania.
Aku mencoba mengingat-ingat. Kemarin, bajunya memang lebih basah dari biasanya. Ada aroma aneh juga bukan sekadar bau keringat biasa.
"Jadi itu sebabnya bajunya basah banget?" tanyaku lagi.
"Iya, betul Nad!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡacKxW4QsmW
" Aku masih gak paham, kenapa benerin pompa harus banyak gerak?" aku kembali bertanya.
"Ah, kamu nanti juga akan paham, Nad." jawab kak Dania dengan sedikit tersenyum.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPOCusWDZo9
Aku masih penasaran. Sepertinya, ini bukan sekadar urusan pompa.
Lagi pula tadi saat berjalan dibelakang Dania, aku memperhatikan langkahnya yang sedikit lemas, ah mungkin memang efek karna abis jogging pagi juga seperti biasanya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxPJzh51DtK
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjFsoEcp0Yd
Sepanjang perjalanan pulang, Nada berjalan di depan Dania. Kesempatan itu digunakan Dania, ia melambatkan langkah, memberi isyarat seolah masih ingin bicara dengan orang di sampingnya, ia pun membisikan sesuatu ke Pak Mulyono.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdQKKAjNbiP
"Jangan aneh-aneh ya, Mang," bisik Dania tiba-tiba, suaranya parau.
"Hehe, iya Non," jawab Pak Mulyono, masih berbisik.
"Non Nada kayaknya gak paham."
"Pokoknya jangan kayak gitu lagi!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKt2ctZCW5d
"Sip, Non!"
Diam sejenak.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrq8wBH9g0x
"Oya, Non..."
"Apa, Mang?"
"Non makin pinter."
Dania tersipu, lalu membalas dengan senyum genit.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf5edgv7KzX
"Mamang kan yang ngajarin... hihi."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz2VoEbq36b
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4FicN3Tr7O
==================================================
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL6oLSHeEA4
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz6iHymRWwk
Part 1
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfzrjeu1B0m
POV Dania
Beberapa tahun sebelum ada Nada
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5fndji2n9J
Hari ini genap seminggu aku berada di rumah sendiri. Sejak kecil, Papa selalu menanamkan kemandirian dalam diriku, dan kini di usiaku yang sudah matang, kebiasaan itu melekat begitu saja. Mama sudah berbulan-bulan menemani Nenek yang sakit di kota lain. Kondisi Nenek yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik membuatnya mustahil untuk tinggal di sini. Apalagi cuaca di sini cukup dingin. Mama hanya sesekali pulang untuk mengecek keadaanku dan usaha Papa.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8VmIgzdTmM
Adikku, Rania, sedang menjalani program pertukaran pelajar diluar negeri dan baru akan kembali dua tahun lagi. Papa? Jangan ditanya. Dia sibuk dengan urusannya sendiri, sering keluar kota. Sekali lagi, hanya aku yang bisa membantunya mengurus kebun di sini. Tak apa, toh aku juga menikmatinya. Papa sudah membesarkanku dengan pengetahuan tentang bisnisnya sejak kecil. Kuliahku pun sebentar lagi selesai, awal tahun depan aku wisuda.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3NF9CqaKcS
"Hmm, kegiatan apa lagi ya yang bisa mengisi waktuku?"
Aku melamun sambil menatap langit-langit kamar.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOBcym9Ge97
"Oh ya, Nada baru pindah ke sini enam bulan lagi untuk masuk Kuliah."
"Artinya, kesendirianku masih panjang..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjxBWjDu9JC
"Lari pagi aja deh. Sudah lama diwacanakan, mending eksekusi!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ15MXlfT85L
Kehidupanku belakangan ini monoton. Aku tipe orang yang suka keseimbangan. Kalau hari ini aku menguras tenaga 100%, besok harus 50%. Mungkin terdengar aneh, tapi itu ciri khasku. Mungkin itu juga yang bikin hubungan pacaranku selalu gagal. Pasanganku tak pernah benar-benar menerima sikapku. Mereka hanya tertarik pada kecantikanku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ02YxuEEmDB
Narsis? Enggak, aku memang cantik. Hehe.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡahj4zcnF8p
Meski sudah jam 7 pagi, kuanggap masih lumayan untuk jalan-jalan pagi. Aku tak yakin jam berapa yang tepat untuk lari pagi, tapi daripada bosan, lebih baik mencoba. Biasanya aku lebih sering yoga atau senam aerobik, terpengaruh kebiasaan Mama yang suka menonton acara senam pagi di A*TV waktu aku kecil. Tapi kali ini, aku ingin sesuatu yang berbeda.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyJKeCSdLVq
Kubuka lemari, memilih pakaian olahraga. Biasanya aku pakai crop top atau sport bra, tapi hari ini aku memilih kaos tanpa lengan yang simpel dan nyaman. Cuaca pagi ini sejuk, sempurna untuk menikmati kenyamanan tanpa harus terlalu terbuka. Setelah pemanasan singkat, aku mulai lari menyusuri perkebunan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP39ARnwHVa
Papa mendesain bukit di belakang rumah khusus untuk keluarga. Ada jalan bercabang menuju perkebunan bisnisnya, tapi rute yang kupilih hari ini mengelilingi area pribadi dulu, lalu turun ke side B perkebunan bisnis, dan kembali ke rumah. Bukit ini cukup tinggi, memberikan pemandangan desa yang memukau. Papa sengaja membangun gazebo di tengah bukit, dikelilingi pepohonan asli untuk meredam suara. Lokasinya sekitar 300 meter dari rumah, agak jauh memang, tapi pemandangannya sepadan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1yCfraUex
Dua jam sudah berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi saat aku kembali ke halaman belakang rumah. Aku berpapasan dengan Mang Mulyono dan Mang Joko yang sedang menyeruput kopi di teras rumah kecil mereka.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGjB07t2pq7
"Baru bangun, Mang Yono? Mang Joko?" sapaku sambil mengusap keringat di dahi.
"Pagi, Non Dania," jawab mereka serempak.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlPLxHRixCE
"Udah dari tadi, Non. Tadi sempat lihat Non lewat dari dalam rumah," kata Pak Mulyono.
"Kalau saya sih baru bangun, Non. Maklum semalem habis nguli," timpal Pak Joko sambil menguap.
Aku ingat Papa bilang Mang Joko harus mengantar pesanan kemarin sampai larut malam.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh1GDT4hluo
"Duh, pasti capek ya? Istirahat aja hari ini, kebun juga gak terlalu sibuk," saranku.
"Ah, gapapa, Non. Lihat Non pagi-pagi udah olahraga, saya jadi ikutan seger," balasnya sambil tersenyum licik.
"Yah, kalau mau seger, ikutan lari dong!" godaku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpUwa7mjJj0
"Hehehe, olahraga saya mah gak di sini, Non." kata Pak Joko
"Di mana dong?" balasku.
"Di pulau!" kata Pak Joko lagi
"Pulau apa?" timpalku seperti sedang bersaut-sautan.
"Pulau kapuk! Hehehe" ucapnya usil.
Mereka berdua tertawa. Aku menggeleng, lalu berpamitan, "Yaudah, aku masuk dulu ya!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb0UNqFHePz
"Sip, Non!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1YlLpT8mDS
Meski sendirian di rumah dengan dua pria di luar, aku merasa aman. Mereka tak pernah bersikap aneh. Aku mengenal mereka sejak kecil, sudah kuanggap seperti paman sendiri. Selain itu, Papa sudah banyak membantu kehidupan mereka. Pernah kudengar Mang Yono berutang budi besar pada Papa karena biaya pengobatan istrinya yang sakit kanker dulu ditanggung sepenuhnya oleh Papa.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOVrBXcrRrn
Sementara Mang Joko adalah teman SD Mang Yono, mantan polisi hutan yang akhirnya bekerja di sini karena kebutuhan ekonomi. Kerjanya bagus, makanya Papa mempercayakannya tinggal dekat rumah.
Tapi tanpa kuketahui, ketika aku sudah berjalan lagi menuju rumahnya, salah satu dari mereka masih menantap penuh arti kearahku. Orang itu berucap pelan, sambil berjalan kembali ke kamarnya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdOUoEyrrAH
"Aahh... geulis pisan non Dania..." Mang Joko menggeram pelan kembali diam-diam memperhatikan nona majikannya yang sedang berjalan pulang. Matanya menyipit saat menatap Dania dari balik jendela, tangannya merayap ke celana, mengelus benda yang mulai mengeras.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRsLXxFUcND
"Tapi gak nyangka... bertahun-tahun kerja di sini, baru lihat non pakai baju olahraga kayak gini."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKCMXj48ZM7
Cekrek
Suara kamera ponselnya mengintip saat aku melakukan peregangan di teras.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ420vnuN0Ft
"Kali ini aja... selama non gak tahu..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ70CQF94mLM
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpC9vmTrkJu
Keesokan harinya, aku lari pagi lagi. Kali ini rutenya kebalikan—perkebunan dulu, baru ke bukit pribadi. Seharusnya aku yoga hari ini, tapi semangat lari pagi masih membara. Mungkin besok baru kujadwalkan selang-seling.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSjCXSsbXWA
"Aaah... enak juga ya lari pagi," gumamku sambil duduk di gazebo, menikmati mentari pagi yang mulai naik.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgm4fMToUJe
Ting.
Notifikasi dari Papa: "Jangan lupa cek kebun hari ini. -Love Papa."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ93zVeRFgUA
Aku menghela napas—Klasik.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQuFjTiSLBf
Papa jarang nanya kabar, tapi kalau di rumah, dia sangat perhatian. Love language-nya quality time, sementara aku act of service, Rania words of affirmation, dan Mama meskipun sudah berpisah dari papa, aku tahu kalau dia itu receiving gifts.
Lucu ya, satu keluarga bisa beda-beda.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyVD9EAzQmQ
Jam sudah setengah 9. Aku turun dari bukit, menuju rumah. Saat melewati belakang, tiba-tiba—
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡafUr8dgZ1x
"Eh, Non Dania! Maaf, Non!"
Mang Yono baru keluar kamar mandi, bertelanjang dada. Refleks, aku menutup wajah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡETjfqhQDDZ
"Udah pakai handuk, Non!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8LEet4ybkE
Perlahan, kuangkat tanganku. Ini pertama kalinya aku melihat tubuh pria telanjang dada selain Papa. Mang Yono, meski sudah 40-an, badannya kekar seperti pria 30-an. Kulitnya tidak terlalu gelap, tidak juga terang—pas. Otot-ototnya terpahat jelas, membuat jantungku berdebar kencang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCjtmThXuLo
"Iya, aku kaget aja..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvlXdEkBsYc
Kami mengobrol sebentar sebelum aku masuk rumah. Di bawah guyuran air shower, pikiranku melayang ke bayangan tubuh Mang Yono tadi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGCG137HuDj
"Hmm... kok bagus ya badannya?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGvvomv0hfX
Aku perempuan normal, bukan lesbian. Wajar kalau aku suka melihat keindahan tubuh pria.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD1H7Qvb9xA
Tapi selama ini, aku belum pernah merasakan ketertarikan intim yang mendalam. Kedua mantanku atletis—satu pemain basket, satu pemain futsal—tapi hubungan kami tak pernah sampai ke ranah fisik.
First kiss-ku saja baru dengan si basket dan tubuhku masih perawan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxbwI97zC1F
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVg0z8VnXbq
Pagi itu, sinar matahari menyapu perkebunan dengan kehangatannya. Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap untuk berkerja. Aku berjalan menyusuri perkebun, mengenakan baju casual berbahan hangat, dilapisi cardigan rajut berwarna biru.
Selama perjalanan aku menyadari ada beberapa matanya dari para pekerja yang menyapu tubuhku dari ujung kepala hingga kaki, berhenti sejenak di lekuk dadaku yang bergoyang pelan. Semua dilakukan dengan lirikan cepat dan singkat.
Tak bisa dipungkuri, aku merasa jadi pemandangan indah mereka setiap hari, tak masalah, karna aku tidak merasa dirugikan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrKUUcXSr7D
Saat menuju kebun, aku berpapasan dengan Mang Yono.
"Pagi, Non Dania! Wangi amat nih!"
"Iya, habis mandi!"
"Bukan wangi sabun, Non... wangi parfumnya..." Aku tersipu, Mang Yono menyadari hal itu,
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBDfq5sfhMu
Memang aku sengaja memakai parfum baru yang agak menggoda—aroma vanilla dan kayu yang hangat, dengan sentuhan musk yang sensual. Aku tahu efeknya pada pria, tapi tidak menyangka Mang Yono akan berkomentar begitu blak-blakan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkTe3RkyoJ5
Dia pun menjelaskan rencana kerjanya hari ini sebelum pergi ke sektor lain. Selama dia menjelaskan, aku menangkap matanya yang sesekali mencuri pandang ke arah lain di tubuhku. Ada sensasi aneh—semacam kepuasan mengetahui bahwa ada bagian ditubuhku bisa membuatnya gelisah.
“Apa mungkin karna efek melihat tubuh atletis Mang Yono tadi?” batinku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRtDUr28JOI
Setelah mendengar penjelasannya, aku pun segera masuk ke kantor perkebunan. Hari ini kerjaku akan banyak sekali. Melihat laporan pengelolaan, hasil jual beli pada pasar setempat, dan hal-hal lainnya yang butuh ketelitian angka. Tanpa kusadari, waktu berjalan begitu cepat hingga sudah waktunya makan siang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO08sxO0xUX
Saat aku bergegas ke toilet, ketika melewati ruang staff, tiba-tiba kudengar obrolan yang membuatku berhenti di tempat—
Suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain, menyebut namaku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1k5vqPaJJW
"Wangi banget parfum non Dania tadi..."
"Sayang belum nikah, pasti laku keras tuh..."
"Duh, pengen punya istri kayak non Dania..."
Dadaku berdebar kencang. Ini pertama kalinya aku mendengar mereka membicarakanku seperti ini. Aku tahu beberapa pekerja kebun sering melirik, tapi tidak pernah sampai mendengar obrolan mereka tentangku. Aku pun jadi penasaran…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs7bakFB0qA
"Sssttt... ini..."
Suara bisik-bisik. Apa yang mereka lihat?
"Wadaw! Gak takut ketawan, Pak?!"
"Beuhhh... mantap nih..."
Aku ingin tahu apa yang mereka lihat, tapi takut ketahuan mengintip.
Akhirnya, kuurungkan niat, karna aku sudah tidak tahan ingin ke toilet.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhu8eMqWJim
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiQkGWpuFg8
Masih di dalam Ruangan Staff
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Zh7iG9buJ
"Hehehe... mantap banget body-nya non Dania..." Pak Joko menyeringai, memutar ponselnya ke arah rekan-rekannya. Beberapa lelaki dalam ruang istirahat itu langsung mendekat, mata mereka terpaku pada layar.
"Ini tadi pagi pas lari... keliatan cantik banget..." Dia menggeser foto demi foto—gambar Dania dalam balutan baju olahraganya dan leggings hitam, tubuhnya berkeringat di bawah sinar matahari pagi. Bajunya yang ketat menampilkan keseluruhan lekup tubuhnya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrxPIAuNozv
"Buat bahan coli nih..." Disambut tawa terkekek.
"Duh, gak tahan... wangi banget tadi..." Pak Joko menutup mata sejenak, seolah menikmati memori itu.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRDeJgcoZYa
"Nunggu jadi janda aja, Non Dania saya masih mau..."
Terlihat wajah Mang Joko dan para pekerja yang bersamanya tersenyum mesum.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyAbReLC13g
“Nginep disini lagi kali ya, siapa tahu dapat pemandangan lagi.” batin Pak Joko.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWeZLv93EoC
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAlENKedNLv
==================================================
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTHgl2Wv3P3
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvBSzp8FkGe
Part 2
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmtK1unlcXi
Sudah beberapa hari aku berhasil menetapkan jadwal olahraga yang teratur, selang-seling antara yoga dan lari pagi. Awal minggu ini, antusiasme membuatku lari pagi tiga hari berturut-turut, mencoba berbagai rute sambil menghitung waktu yang dibutuhkan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIUMZJZsVd1
Kurang lebih dua sampai dua setengah jam, dimulai pukul lima pagi. Badanku terasa lebih ringan, otot perut mulai terbentuk, dan lemak di beberapa bagian tubuh berkurang. Bahkan payudaraku terlihat lebih kencang, terutama saat mengenakan sport bra dengan cup yang sedikit uplift.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ20frkAqVNP
Aku suka memandanginya di cermin—bentuknya sempurna.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNW93P7qBeZ
Hari Rabu ini, pekerjaanku di kebun tak terlalu padat. Hanya mengecek stok, penjualan, dan merapikan data. Pukul setengah lima sore, sebagian besar pekerja sudah pulang, tinggal penjaga pos dan kadang Mang Yono atau Mang Joko yang masih berkeliaran. Meski mereka tinggal di belakang rumah, aku selalu pulang sendiri.
Papa bilang mereka tak perlu menemaniku kecuali aku meminta.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6x2p8Vb3vZ
"Ahh... capeknya..." Aku merenggangkan pergelangan tangan sebelum bersiap pulang.
Langit mulai senja, lebih baik segera pergi sebelum gelap. Saat hendak keluar, telingaku menangkap obrolan dari ruang staff lagi—
suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain seperti beberapa hari kemarin.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpmht4jzPr1
"Wah iya sih, pantat Non Dania makin berisi sekarang..." ucap salah satu dari mereka, entah siapa.
"Lagi-lagi ngomongin aku? Ah hari ini aku tahu mereka ngobrolin apa aja! Karna kemarin aku gak tahan pengen ke toilet" batinku.
"Gimana, Pak? Tanggapannya? Kemarin-kemarin kan Bapak nginep di situ terus..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm2BIp3iRQ3
Slruppp.
Suara sedotan kopi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRfDa97r14u
"Aah... gimana ya bilangnya..."
"Gimana-gimana, Pak? Ayo, kasih tahu!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgzr8opj217
Aku mengenali suara Mang Joko. Apa lagi yang dia bicarakan? Kemarin aku tak sempat dengar jelas, sekarang penasaranku menggebu.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9zfVtPSHsv
"Halah-halah, Bud, padahal kamu yang ingetin saya kemarin! Sekarang malah antusias!" Tawa mereka pecah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpc2xAzDTOt
"Oh, salah satunya Mang Budi?"
"Mereka bahas apa sih???" pikirku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvsyCmtEXWA
"Saya sih gak foto lagi, tapi apa yang saya lihat sudah cukup buat bahan pikiran dua minggu ke depan..."
"Foto? Bahan pikiran?" Aku benar-benar berdebar menantikan sejauh mana pembicaraan ini akan tertuju.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLR1jljzVYq
"Wah, apa tuh, Pak? Kasih tahu dong!"
"Sssttt!! Non Dania masih di dalam, jangan keras-keras!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLnRgQ8qU81
"Ya ampun, kalau bahas Non Dania, saya paling seneng..."
"Ngefans banget sama beliau..." ucap salah satu pekerja bernama Mang Diki.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡygOXlTKsIX
"Apa?! Mang Diki ngefans sama aku?!" Jantungku berdegup kencang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS4yDjYQPIj
"Hehehe, saya juga ngefans... tapi untuk hal lain..." Suara Mang Joko membuat bulu kudukku merinding.
"Sini, dekatkan kuping kalian..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7DdQ1Q8k3n
Aku menggigit bibir. Lagi-lagi mereka berbisik!
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsgXeu1x2ru
"WAH, BANGSAT, BERUNTUNG BANGET BAPAK!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUN02itSroW
Plak!
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡANR1u5WLby
"Jangan teriak-teriak, tolol!"
"Eh, maaf, Pak! Abis gimana saya jadi gimana gitu dengerinnya!"
"Bapak beruntung banget!"
"Wah, saya gak percaya, Pak..."
"Bener kata Diki, Bapak beruntung banget!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7PSHWWKMTN
"APA SIH APA SIH?!" batinku penasaran, Aku hampir melompat keluar, tapi tiba-tiba—
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc2jk8uM2cI
"Udah, simpan aja rahasia ini..."
"Tapi gak bisa dipungkiri, dada Non Dania... meski dari luar keliatan bentuknya cakep banget..."
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKXv6WnmtQH
DEG!
Tubuhku panas seketika.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6OpQBirXEp
"D-Dadaku?!" Aku tak pernah peduli jadi bahan obrolan, tapi ini... mereka membicarakan tubuhku secara vulgar. Seharusnya aku marah, tapi...
Kenapa aku malah merasa... terangsang?
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡISrhC1Qov6
"Iya, dada Non Dania emang indah bentuknya..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9INvWKV0su
"Duh... perasaan apa ini...?" Aku menekan paha, merasakan kelembaban yang tak biasa di celana dalam.
"Cukup..Cukup.. Ini udah… Harus dihentikan!" Aku melangkah keluar dengan tegas.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUEqskpDSSt
"Eh, Mang Joko, Mang Budi, Mang Diki, belum pulang?" Wajah mereka pucat ketika mereka mendengar suaraku yang muncul tiba-tiba.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx4uz35GiOg
"E-eh, iya, Non... ini mau balik..." kata mang Budi.
"Aanu... abis ngobrol bentar..." timpal mang Diki.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNTrXFNn7Ct
"Abis ngecek gedung, Non Dania?" Mang Joko mencoba tenang, tapi matanya tak bisa lepas dari dadaku.
"Iya, Pak Joko. Duluan ya!" Aku bergegas pergi, tapi telingaku masih menangkap bisik-bisik mereka.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBI4z9uu11l
"Kalian kayak maling ketangkep aja!" Mang Joko berbisik pelan.
"Ya gimana, tiba-tiba Non muncul..." timpal mang Budi.
"Semoga gak denger..." suara pelan mang Diki.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVs7y2PyzeW
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL5fcde98rp
Pagi ini, aku lari pagi lagi—rute perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Udara sejuk, tapi pikiranku masih panas.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡksI8Y70vYx
"Memangnya ada apa dengan dadaku?" Percakapan kemarin masih terngiang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ11oHuUej3q
"Kemarin Mang Joko membisikkan sesuatu... dan mereka terkejut..."
"Kalau memang tentang dadaku... jangan-jangan..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCjXyVsABGV
Aku mengingat tiga hari lalu, saat aku lari pagi berturut-turut dengan sport bra tipis. Putingku sempat nyeplak karena udara dingin.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEUIttPjwzQ
"Apa Mang Joko lihat...?"
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..." Kalimat itu membakar pikiranku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnvCQAyjdli
Tanpa sadar, tangan kiriku meremas payudaraku sendiri.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡahYMbAsRiY
"Apa aku semenarik itu?" Tekanan semakin kencang.
"Nghhh... apa yang...? Kenapa aku gak berhenti...?" Putingku mengeras, panas menjalar ke selangkangan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfCF6bIKuwp
Teman dekatku, Sania, pernah bilang: "Umur 21 tahun, udah waktunya cewek kena kontol!"
Kata-kata rusak-nya sekarang terngiang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2ImlYAd7rl
"Apakah aku harus belajar perihal seks sekarang?"
"Sshhh... nghhh..." Desahan keluar saat kugesekkan paha.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQaIyGnDWSd
"Tangan yang beruntung meremas dadaku... tangan siapa?" pikiranku melayang ke Mang Yono—badannya kekar, wangi sabunnya...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLCq96yxlkn
"Ah..udah..udahh mending pulang aja daripada pikiranku makin kemana-mana.." Akupun langsung bangkit dari gazebo dan buru-buru menuruni bukit.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOZkwWRYuYq
Saking masih tidak fokusnya pikiranku dan langkahku terburu-buru,
“Aduhhh!!” Tiba-tiba aku terpeleset.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9gOchxP1o2
"Non Dania, kenapa?!" Teriak Mang Yono yang kebetulan melihatku dari rumah kecilnya. Ia pun berlari dan menggendongku dengan mudah. Dadanya yang telanjang menempel di lenganku.
Di dudukannya aku di bangku teras rumah kecilnya, aku pun tidak sengaja menghirup aroma tubuhnya pada saat ia meletakanku di bangku.
"Wanginya... enak banget...aduhhhh"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpRAZf6a8vd
Diselonjorkannya kedua kakiku, lalu perlahan Mang Yono memijit kakiku dengan lembut. Awalnya aku merasa perih, aku tidak merasa kakiku terkilir, tapi tetap saja rasanya sakit.
Pijitannya yang lembut membuatku merasa nyaman, sampai ketika ia pijatannya menyentuh betis atasku...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfQiD5Q9npk
"Nghhh..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0Wockcowh7
"Non, sakit?"
"Dikit, Mang..." Bohong, yang kurasakan bukan sakit…ini karna pijatannya…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuTE4sO9vEz
Ada rasa yang tersisa muncul lagi. Dan, ini pertama kalinya aku dipijat oleh pria dewasa yang sedang bertelanjang dada—
Mengingatkan pada aktivitas kecilku di bukit tadi, membuatku merasakan lembab lagi di pangkal pahaku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP6xaNdNxWN
"Uhhh... gak tahan!" batinku.
“Udah Mang.. Dania udah gak berasa sakit, aku balik dulu ya Mang, udah gak betah pengen mandi.” Aku menghentikannya, inginku buru-buru masuk ke kamar.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcgqBGnrlt2
“Tapi non?” Aku yang tidak menghiraukannya langsung saja buru-buru masuk ke rumah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnJB5bwsY3l
Dengan langkah cepat-cepat, aku menuju kamarku, dan setelah aku menutup pintu kamarku,
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtqM4GL6HR5
"Sania... bangsat!"
Tanpa pikir panjang, ku buka celana leggingku, dan merebahkan diriku dibalik pintu, ku lebarkan kedua kakiku dan menekuknya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYKbaroUup5
Ngghhhhhhhh...
Nnghhhhhhh...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf4T9zRhsay
Aaaaahhhhh...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJvmVMStr6f
Jari-jariku menjelajah, menemukan titik yang selama ini tersembunyi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM7bmekA84n
Aku memang masih perawan, tapi terimakasih untuk Sania yang kadang berbagi materi pelajaran "Biologi"-nya di group yang berisikan aku, dia, dan seorang sahabatku satunya lagi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLTQBHunWMT
"Sshee... seminggu lagi Papa baru pulang..." Sambil kuputar pelan-pelan bagian itu sesuai informasi yang pernah diberikan Sania.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeKA6nxgPeq
Aghhh...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDY2VS474o
"Dan... aku masih sendirian..." Gerakaku perlahan semakin cepat.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpKt0Kg7mee
Shhh... nghhh...
aku tak bisa menahan eranganku, lagi pula hanya ada aku sendiri di rumah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX2MKiFpcHI
"Harus... kah aku....?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeioliSXyaP
MMMMPHHH!!!
NGHHMMPPPP!!!
SSHHMMP!!!!!
Tubuhku bergetar hebat, pertama kalinya aku merasakan orgasme.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR9IHylkjkr
Di gazebo, di kamar—bibit penasaranku tumbuh menjadi api yang tak bisa dipadamkan.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWNhGNI2iqg
Dan aku...
Masih punya lima bulan sendirian di rumah.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY37WCmFyJ2
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy4OrXKixQo
"Malu bangeettt!!!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1v0V1Ra1a
Aku masih merasakan getaran di sekujur tubuhku. Beberapa jam yang lalu, aku melakukan sesuatu yang benar-benar gila—sesuatu yang tak pernah kubayangkan akan kulakukan.
Desahan dan eranganku masih bergema di telingaku, seolah kamarku menyimpan setiap suara mesum yang keluar dari bibirku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfEPUF9L3b4
Aku duduk di ruang tamu, mengunyah kacang mede dengan gemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tubuhku masih lemas, mataku berat, tapi ada kepuasan yang tak bisa dijelaskan. Bau amis yang aneh masih tercium samar—
Bau yang sama yang kulihat menempel di antara pahaku setelah ledakan kenikmatan tadi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLxAjpXc6hG
"Kenapa rasanya seenak itu?"
"Dan aku bisa melakukannya sendiri... tanpa bantuan siapa pun…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3x2GYZ99yF
“Semua gara-gara Sania!"
Senyum kecil mengembang di bibirku saat mengingat bagaimana jemariku dengan terampil menemukan titik-titik sensitif yang memberikan rangsangan keseluruh tubuhku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwYL17gqHcz
"Sania benar... ini memang nagih..."
Tapi ada satu hal yang menggangguku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXGCI9sx8fG
"Aku sama sekali tidak membayangkan siapa pun saat melakukannya..."
"Sempet sih mikirin Mang Yono… tapi akhirnya cuma fokus pada sensasi yang kurasakan..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhwe785p8qE
Apakah ini normal? Atau aku memang berbeda?
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnYCFkWjXoO
"Nghhssshhh..."
Napasku sedikit tersengal saat bayangan jika seandainya nanti tangan besar, menjamah tubuhku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9VrrTavXli
"Dah ah, tidur saja. Sudah jam 1 pagi..."
Aku berjalan ke kamar, melepas satu persatu kancing piyamaku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWqmneMXs6P
"Hihihi... lagipula tidak ada yang melihat..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwVN1kX5zNR
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmz0RbPyHiR
Aku selalu percaya diri dengan penampilanku. Tanpa riasan berlebihan pun, aku tahu aku menarik. Tapi kejadian-kejadian belakangan ini membuatku sadar daya tarikku ternyata lebih dari sekadar cantik.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk3MadHbSyd
"Apa Mang Joko sedang mencuri pandang lagi?" Pikiranku melayang saat berdiri di sebelahnya, mendengarkan laporan pekerjaan.
"Nah, makanya, Non, si Bapak sempat bilang—" Aku tak mendengarkan.
Pikiranku sibuk mempertanyakan:
"Apa Mang Budi juga melirikku hari ini?"
"Mang Diki tidak masuk, jadi dia tidak melihatku..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI0yhyLDX2O
"Ehh!!!" Aku tersentak, memotong pembicaraannya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEV6Ex7pvEp
"Ngg, kenapa, Non?"
"Gapapa, Pak Joko... tadi aku cuma keinget sesuatu." Tapi sebenarnya, aku sedang berperang dengan diriku sendiri.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvDTGHZlsc2
"Dania, kamu kenapa sih?"
"Kenapa kamu mikirin mereka melirikmu atau tidak?"
"Harusnya kamu marah!"
"Tapi... kenapa malah senang?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ5r1oJVbmT
"SENANG??!!!" Jantungku berdebar kencang.
"Apakah aku memang senang diperhatikan seperti itu?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq6LmmpvZe3
Kepalaku panas. Tanpa sadar, jariku membuka kancing kemejaku satu per satu...
Satu... dua... tiga...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh6UWtiIFnf
Mang Joko menatap.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTpxKxifJoL
"Dan... Dania kepanasan, Mang Joko..."
"E-eh, iya, Non..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR3SCqUuClE
Mata kami bertemu. Ada sesuatu yang menggantung di antara kami—sebuah pertanyaan yang tak terucap.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8PBOF6vOK3
"Dania... apa yang sedang kamu lakukan?"
Aku berbalik, berjalan meninggalkannya dengan jantung berdebar dan senyum tipis.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvKmyRqTazc
"Apa yang baru saja kulakukan?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjHjxLwt1wi
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdVAITVwI21
Hari ini, aku memilih rute lari pagi yang berakhir di gazebo bukit. Biasanya, aku bermeditasi di sini selama 15 menit, mencari solusi untuk masalah-masalah kecil.
Tapi hari ini, pikiranku dipenuhi oleh satu hal:
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhaZe0fV2QG
"Payudaraku"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVkeiOSJ8TJ
"Apakah kekaguman para pria kepada salah satu bagian tubuhku memicu ini?"
Tanpa berpikir panjang, ku buka tali sport bra-ku dan melepasnya. Kaos oblong olahragaku kugeser ke bawah, membiarkan udara pagi menyentuh kulit yang biasanya tertutup.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa5SiRE9Wrp
"Apa aku suka dilihat?"
Aku memejamkan mata, mengulang pertanyaan dalam hati:
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnJpqersr4J
"Dania, apakah kamu suka jika dadamu disentuh orang lain?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1Cd1gHucPV
Deg! Deg! Deg!
Jantungku berdetak kencang.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRTOzhqQTCb
"Dania, apakah kamu senang dikagumi?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvgr6kzfKTm
Ahhh...
Desahan keluar tanpa kusadari. Tubuhku mulai merespon.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡec8cour3WY
"Jadi ini jawabannya..."
Aku flashback ke momen-momen sebelumnya—obrolan mesum Mang Joko, pijatan Mang Yono, masturbasi pertamaku...
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡei1szy59wy
"Aku suka perasaan hangat ini..."
Tapi apakah sensasi ini akan bertahan? Atau hanya karena ini pengalaman pertama kali?
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4IFsIWzvGa
"Haruskah kujadikan ini percobaan?"
Mataku tertuju pada sport bra yang tergeletak di sampingku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2gOYszkcYz
"Hihihi... apakah Mang Yono akan beruntung?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDaSWYDlWqp
***
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZfNNy58JCR
Aku menuruni bukit dengan langkah penuh antisipasi.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3qFBgljLzA
"Apa Mang Yono akan ada di rumah?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpjazjmh4Ip
Dan benar—
Dia sedang memotong rumput di teras.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYj1K4Y5LAA
"Mang Yono, rajin amat pagi-pagi?" Dia tak menoleh.
"Kenapa gak noleh sih? Aku jadi kesal..."
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb9YzVVLzZ6
Aku duduk di kursi tempatnya memijitku kemarin.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHAsoqE621Q
"Mang Yono... boleh minta pijit lagi?"
"Oh, masih sakit, Non?"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0znURYUj4k
"Sedikit sih.. Aku agak takut kalau pijit-pijit sendiri, pijitan Mang Yono enak soalnya, kemarin ngurangin rasa sakitnya"
Mang Yono tersenyum mendengar penjelasanku dan mengangguk, ia pun menyelesaikan pekerjaannya sebelum mendekatiku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9YvWjdLkyc
Aku memejamkan mata, menunggu sentuhannya. Terasa jemari dari tangan kasar Mang Yono mulai menekan salah satu kaki dan betisku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQaJUCd3AN7
"Kenapa tangannya sebesar ini...? Kasar, tapi justru bikin merinding..."
Setiap kali Mang Yono menekan, bayangan aneh muncul di kepalaku. Bagaimana jika tangan itu tidak berhenti di paha?
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0Fytql6Yi4
Bagaimana jika—
"Nngh—!"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡixds7qYyLI
Aku menggigit bibir bawah keras-keras merasakan jari Mang Yono membelai kulit pahaku, yang agak sensitif.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKbP6BkrpMu
"Kalau dia terus naik... apa aku akan menghentikannya?"
Pikiranku kacau. Bau keringat Mang Yono terasa menusuk, memenuhi kepalaku. Anehnya, itu membuatku semakin pusing... semakin penasaran.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL4OnqZtm3i
"Mang Yono...pelann— ah!"
“Eh saya ke kencengan ya non? Maaf maaf…”
“Engga mang, tapi pelan-pelan aja masih agak nyeri bagian situ..” Jawabku berbohong.
Padahal aku mengerang kecil karena saat pria itu menekan titik di belakang lututku, rasanya seperti sentuhan itu langsung tersambung ke antara pahaku.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKTkujoyXKC
Mang Yono bergumam menyadarkan lamunanku, "Non.. Ini biar nggak pegel lagi pas lari besok...", Aku tidak begitu mendengarkannya, fokus mataku mengikuti arah pegerakan tangannya kepada kaki kananku, aku pun hanya bisa mengangguk lemah untuk merespon apapun yang keluar dari mulutnya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡErnryyL0Kx
“Lari besok? Aku malah jadi mikir hal-hal lain…”
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2xZQCBg8Hq
Tapi...
"Kenapa rasanya aku menginginkan lebih dari sekedar pijatan"
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡncdtRDLwRd
Ada perasaan yang menuntut sesuatu dari arah selangkanganku. Rasanya aku ingin menjepit sesuatu disana. Lagi-lagi aku teringat satu hal dari omongan Sania, dan itu membuatku penasaran.. Lebih tepatnya aku benar-benar ingin tahu rasanya, dan kuyakin orang seperti Mang Yono pasti sudah berpengalaman..
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHV67DjSc80
Aku menatapnya sayu… dan dengan rasa frustasi karna hasratku yang tiba-tiba menggebu, aku menarik tangannya.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtZSWJWLH9k
"Mang Yono! Dania mohon..." Napasku berat.
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiQsnLB8LAo
"Jilat memek Dania, Mang!!"
Akal sehatku hilang. Yang tersisa hanya keinginan untuk tahu—seberapa jauh kenikmatan baru akan membawaku?
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUVb4TktMdD
Dan saat ini... aku siap untuk semuanya…
1212Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡezBrtCM2js
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.85da2
