143Please respect copyright.PENANAngvSyhesvQ
Pagi ini adalah hari pertama Hamdan masuk kuliah di salah satu PTN ternama di Yogjakarta. Sudah sejak SMA dirinya menargetkan untuk bisa melanjutkan studi di Yogyakarta dan di PTN ini. Hamdan berasal dari Sumatra dan dari keluarga yang pas-pasan sehingga dia kuliah pun harus mencari alternatif kos yang murah agar tidak memberatkan orang tuanya.
Karena mempertimbangkan kondisi ekonominya, ia pun memutuskan untuk mencari kos di dekat kampus di daerah pogung. Hamdan pun mendapatkan kos yang lumayan murah sekitar 3jutaan/tahun meskipun kondisi kos seadanya. Untuk membantu membiayai kuliahnya, dia harus mencari kerja sampingan selagi kuliah.
Pagi itu udara lumayan dingin di Yogyakarta, ketika dia keluar kos dan hendak ke kampus, matanya tertuju pada akhwat yang keluar dari rumah mewah di depannya. Berjilbab lebar se paha, dengan gamis hingga menyentuh tanah dan bercadar tetap saja tidak mampu menyembunyikan mata indahnya yang dihimpit kain cadar hitam dan dinaungi kacamata yang menambah keindahan matanya yang juga terpoles eyeliner.
Dilihatnya seperti terburu-buru hendak menyalakan motornya, tapi ternyata tidak mau di starter sehingga akhwat itu harus menyalakan secara manual motor matic nya. Yah biasa lah perempuan, pasti tidak kuat kalau harus menggunakan standar tengah, sehingga dia terlihat seperti kelabakan karena juga diburu waktu. Akhirnya hamdan pun memberanikan diri untuk membantunya.
Hamdan : afwan ukh.. butuh bantuan?
Ketika hamdan bertanya, ia pun menatap hamdan sesaat kemudian menganggukkan kepala seraya agak mundur dari motornya. Terlihat ia pun sedikit menundukkan pandangannya berusaha menjaga pandangan dari ikhwan. Hamdan pun segera tanggap dengan langsung membantu mengangkat motor untuk di standar tengah. Tanpa sengaja tangan Hamdan bersentuhan dengannya yang sontak membuat si akhwat segera menarik tangannya. Hamdan sempat melihat kulit putih tangannya dengan kutek merah marun menghias indah kukunya yang dibalut manset hitam.
Hamdan : afwan ukh.. gak sengaja
Tanpa pikir panjang Hamdan pun segera menggenjot stater kaki motornya dan langsung menyala. Sembari berterimakasih atas bantuan Hamdan, Hamdan pun tak bisa melepaskan kesempatan itu untuk berkenalan.
Hamdan : afwan ukh.. nama saya Hamdan, kalau boleh tau nama ukhti siapa?
Alisa : nama ana Alisa
Hamdan : ohh ukhti Alisa ya.. kuliah jurusan apa?Alisa : Arsitektur.. kalau akhi sendiri?
Hamdan : wah ana di Teknik Fisika ukh.. buru-buru ya ukh?
Alisa : iya.. hari ini ada rekrutmen KMI (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas pagi ini banget, jadi harus buru-buru.. akhi Hamdan sendiri ngga ikutan daftar?
Hamdan : wah.. baru tau.. apa masih open requirement?
Alisa : iya akhi.. langsung aja ke sekrenya.. ana duluan ya akhi.. syukron.. assalamualaikum
Kemudian Alisa pun pergi dengan melepas senyum yang tersirat melalui matanya bak bidadari. Pagi ini pun kulewati dengan perasaan bahagia karena hari pertamaku kuliah bisa berkenalan dengan ukhti cantik.
Sorenya Hamdan pulang dan segera melakukan aktifitas rutinnya yaitu jogging setelah tadi sempat mengikuti reqruitmen di KMI kampusnya. Ketika dia selesai mengikat sepatu, tatapan mata Hamdan teralihkan dengan selembar kertas yang menempel di gerbang rumah Alisa. Tertera bahawasanya dibutuhkan tenaga pembantu rumah. Tanpa pikir panjang Hamdan langsung mengetuk pintu rumahnya.
Hamdan : Assalamualaikum..
Terdengar sayup-sayup suara jawaban salam dari perempuan dari dalam rumah. Ketika dibuka pintunya, betapa kagetnya Hamdan ketika melihat akhwat yang begitu cantik dengan kulit putih berjilab lebar sepaha dan gamis panjang membuka pintu gerbang.
Hamdan : afwan bu.. benar ini buka lowongan kerja ya?
Bu Zaskia : iya benar.. gmna dek?
Hamdan : kalau boleh saya ingin bekerja disini bu
Bu Zaskia : wah pas sekali.. saya juga lagi butuh sesegera mungkin pembantu di rumah. Ohh iya nama adek siapa?
Hamdan : nama ana Hamdan bu
Bu Zaskia : ohh dek Hamdan.. saya biasa dipanggil Bu Zaskia.. panggil umm juga boleh. Kira-kira besok sudah bisa mulai kerja kah?
Hamdan : inshaaAllah bisa bu
Mata hamdan pun daritadi tidak bisa berhenti menjelajahi tubuh indah Ummu Zaskia yang tertutup rapi dengan jilbab lebar dan gamisnya. Kecantikan wajahnya yang begitu mirip Zaskia Adya Mecca pun menjadi poin utamanya. Hamdan pun diberikan jobdesk pekerjaan yang harus dia kerjakan di rumahnya mulai besok dengan upah 800ribu/bulan
Hari berikutnya, ketika Hamdan pulang dari kuliahnya, ia segera mengerjakan job desk yang sudah diberikan oleh Ummu Zaskia. Ketika Hamdan mengetuk pintu gerbang, maka dibuka oleh Alisa dengan setelan cadar bandana hitam, jilbab biru navy dan gamis hitamnya
Alisa : ohh akhi Hamdan.. kata ummi mulai kerja disini ya hari ini?
Hamdan : iya afwan ukh.. soalnya buat bantu-bantu biaya kuliah
Alisa : mashaaAllah.. yasudah nanti kalau butuh apa-apa panggil ana ya, ana mau benah-benah kamar dulu
Hamdan : inshaaAllah ukh
Kemudian Hamdan segera melakukan jobdesk yang telah diberikan seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, menata taman, dll. Semua pekerjaan rumah ia lakukan. Hamdan memang sudah terbiasa latihan fisik seperti jogging dll, sehingga pekerjaan seperti ini pun menjadi pengganti dari latihan hariannya.
Ketika tengah membersihkan ruang tamu, tiba-tiba terdengar seperti suara benda jatuh dan diiringi erangan Alisa.
Alisa : akhh!! Innalilaah
Hamdan pun bersegera menuju kamar Alisa dan berhenti didepan pintu kamar Alisa.
Hamdan : afwan ukh.. ukhti gak papa?
Alisa yang mengetahui Hamdan ada di depan kamarnya segera menyahut.
Alisa : iya akhi.. gppa kok, ini tadi kepleset waktu bersih-bersih atas lemari jadi jatuh. Sambil alisa menahan sakit dan mengelus bagian tubuhnya yang memar.
Hamdan : mau saya bantu ukh?
Alisa pun berfikir kalau dilanjutkan khawatir jatuh lagi tapi kalau minta Hamdan untuk membantu, maka khawatir terjadi khalwat karena Alisa belum pernah berdua dengan Ikhwan dalam satu kamar. Tapi sejenak kemudian Alisa pun memantapkan diri untuk membolehkan Hamdan membantunya.
Alisa : mm.. boleh deh, tapi tunggu sebentar akhi, ana pakai cadar dulu.
Kemudian selesai memakai cadar, Hamdan pun masuk kamar yang dibukakan oleh Alisa. Alisa pun kemudian duduk di ranjangnya dengan cadar bandana hitam dan jilbab instan warna biru navy dan gamis hitamnya. Hamdan sempat melirik kearah tangannya yang putih mulus bersih tanpa manset membuatnya berkhayal tentang tubuh Alisa. Alisa duduk dengan posisi agak membusung dengan tangan kiri menyangga tubuhnya dan tangan kanan mengelus punggungnya. Tak ayal bongkahan bukit indah yang tertutup jilbab itu mulai menampakkan wujud aslinya. Begitu besar dan bulat membuat Hamdan menelan ludah membayangkan kekenyalannya. Tanpa sadar kontol Hamdan pun mulai tegang di balik sarungnya.
Alisa : itu tolong akhi di atas lemari yang itu. Sembari Alisa menunjuk lemari yang dimaksud untuk dibersihkan dan di tata.
Ketika Hamdan mulai menaiki kursi yang digunakan untuk pijakan, mau tidak mau Hamdan pun harus menegakkan badan supaya bisa menjangkau bagian atas lemari. Sehingga kontol Hamdan yang sudah tegang dan keras yang berukuran 25cm itu mengacung tajam bak tombak. Sarung yang menutupinya pun tak bisa membendung bentuk asli kontol Hamdan.
Alisa pun terperanjat dan terbelalak melihat pemandangan di depannya. Meskipun masih tertutup sarung, ia pun tahu bahwa ada sesuatu di dalamnya yang sudah tegang mengeras. Memang Alisa menjaga diri dari perkara-perkara yang dilarang agama, tetapi bukan berarti Alisa tidak pernah melihat kontol asli seperti apa. Sudah menjadi kewajaran diusia Alisa untuk penasaran terhadap hal-hal berbau laki-laki. Sehingga ia juga pernah sekali-sekali menonton video porno di laptopnya.
Hamdan yang mengetahui mata indah Alisa tengah menatap kontol tegangnya berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya meskipun dia juga menikmati apa yang terjadi pada Alisa. Kelihatannya Alisa belum menyadari kalau Hamdan pun sesekali mencuri pandang pada tingkah laku Alisa. Alisa tanpa sadar nafasnya mulai terengah-engah tanpa sedetikpun berkedip dari pemandangan di depannya. Tangannya yang tadi mengelus punggung, kini beralih meraba-raba dan meremas buah dadanya. Hamdan pun semakin menikmati pemandangan itu sehingga dia melambatkan pekerjaan membereskan lemari.
Nafas Alisa pun makin terdengar berat dan mulai terdengar desahan-desahan kecil. Ketika Hamdan melirik, ternyata tangan kiri Alisa mulai memainkan pangkal pahanya dengan tangan kirinya. Sesekali Alisa merem melek merasakan kenikmatan yang jarang dia rasakan. Alisa pernah meraskan hal yang sama ketika menonton video porno di laptopnya. Tapi yang ini berbeda karena kontol yang biasa dia lihat di laptop, kini ada di depannya hanya tertutup sarung saja. Desakan birahi yang sudah mulai memasuki tubuh Alisa pun tak bisa ia tutupi dengan pakaian syar’inya.
Hamdan pun masih beringkah seakan dia tidak tahu apa yang dilakukan Alisa.Merasa aman, Alisa pun memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh meskipun di dalam hatinya berkecamuk antara larangan agama dan hawa nafsu yang menggoda. Sering dia mendengarkan kajian-kajian keislaman yang melarang ia berbuat hal itu, tapi birahi kuat yang menguasainya lebih ia pilih untuk dituruti. Akhirnya Alisa pun menarik gamis hitamnya ke atas hingga pangkal paha, sehingga terlihat CD warna pink muda yang sudah mulai basah. Alisa pun mulai memasukkan tangan kirinya ke dalam CD nya, ingin merasakan sensasi yang lebih.
Hamdan sesekali melirik ke arah Alisa yang kini menampilkan paha putih mulusnya tanpa cela yang hanya tertutup kaos kaki hitam sebetis. Bagian yang begitu dilindungi oleh akhwat, kini terpampang indah di hadapan Hamdan. Alisa pun seperti sudah kehilangan kesadaran dan mulai menggesek-gesekkan jarinya di kemaluannya yang mulai membasahi celana dalamnya. Jilbab biru navynya pun mulai terlihat kusut karena remasan liar dari tangan kanannya dibarengi dengan desahan-desahan yang mulai keluar dari mulutnya.
Aksi Alisa pun semakin liar dengan remasan dan permainan tangan kirinya memuaskan bagian bawah tubuhnya. Hamdan pun semakin tak kuasa menahan birahi yang menerpa dirinya.
Hamdan : ehm.. pengen banget kah ukhti?
Mendengar pertanyaan Hamdan, sontak membuat Alisa terperanjat dan langsung menghentikan permainannya. Ia segera merapikan semua pakaiannya dan menunduk malu. Alisa pun tidak berani menatap Hamdan. Ternyata selama ini dia melihat apa yang Alisa lakukan.
Hamdan pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan kontol yang masih tegak berdiri, ia segera turun dari kursi dan memberanikan diri duduk di ranjang di samping Alisa. Alisa sebenarnya ingin mencegah supaya Hamdan tidak dekat-dekat dengannya, tapi sudah terlanjur basah ketahuan sehingga Alisa pun hanya terdiam ketika Hamdan duduk tepat disampingnya.
Hamdan : hemm.. gak papa kok ukh.. ana juga tau kalau akhwat juga manusia yang punya nafsu dan syahwat.
Hamdan berusaha meenangkan Alisa supaya tidak merasa bersalah.
Hamdan : sebenarnya sejak daritadi ana juga nafsu melihat ukhti main kayak gitu. Nih lihat jadi tegang kan kontol ana
Alisa sedikit menaikkan kepalanya sambil masih mencuri pandang ke arah kontol Hamdan yang tegak menjulang didalam sarungnya. Begitu banyak rasa berkecamuk di dalam diri Alisa, namun ia juga ingin sekali merasakan kontol asli seorang ikhwan.
Hamdan : ana janji gak akan cerita ke Ummu Zaskia. Kalau ukhti mau lanjut lagi pun ga masalah buat ana.
Alisa : beneran akhi? Ana malu banget
Hamdan : ga perlu malu ukh.. ana tau kok kalau seumuran kita memang sudah waktunya mengetahui hal-hal seperti ini.
Hamdan pun memberanikan diri untuk merangkul pundak Alisa. Alisa pun terlihat seperti mengiyakan saja ketika tangan kiri Hamdan merangkul pundak kiri Alisa dan menariknya ke arahnya. Kemudian Hamdan memberanikan diri untuk menarik tangan kanan Alisa untuk memegang kontolnya.
Dalam diri Alisa masih berkecamuk antara rasa bersalah dan birahi yang tak tertuntaskan. Kajian-kajian yang pernah ia ikuti tak mampu membendung hasrat birahinya untuk merasakan kontol laki-laki yang bukan mahramnya. Alisa masih seperti menahan tangannya dari ajakan tangan Hamdan.
Hamdan : gak papa kok ukh.. toh ga ada siapa-siapa
Mendengar hal itu, Alisa pun terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menggenggam kontol yang selama ini hanya menjadi fantasinya.
Alisa : tapi ana malu akhi
Hamdan : malu sama siapa lho? Kan hanya ada ukhti sama ana. Toh ana juga pengen kok.. Sambil Hamdan tertawa kecil.
Alisa pun kini mulai meraba-raba kontol besar hamdan yang masih terbalut sarung. Hamdan yang merasa mendapatkan sinyal hijau mulai memberanikan diri untuk berbuat lebih jauh. Kini dagu Alisa ia pegang dan diarahkan ke arah wajahnya. Hamdan pun mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Alisah yang tertutup cadar. Alisa memejamkan matanya pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian Hamdan pun melahap bibir Alisa dari balik cadarnya. Awalnya Alisa hanya terdiam, tapi beberapa saat iapun mulai membalas ciuman dari Hamdan. Cadar hitam yang membatasi bibir mereka pun mulai basah oleh liur birahi kedua anak adam itu. Hamdan pun menghentikan ciumannya. Alisa membuka matanya dan menatap Hamdan dengan mata indahnya.
Hamdan : ana buka sedikit ya cadarnya ukh? Biar enakan
Alisa hanya menganggukkan kepala. Hamdan pun terkejut melihat kecantikan bibir tipis merah Alisa dengan kulit putih merona alaminya.
Hamdan : cantiknya ukhti ini. Puji Hamdan tertegun melihat harta karun di balik cadar itu
Alisa hanya tertunduk malu meski dalam hatinya ia merasa senang dengan pujian itu karena ini pertama kalinya ia dipuji kecantikannya oleh Ikhwan. Hamdan langsung saja melumat ganas bibir Alisa dan disambut dengan ciuman ganas juga oleh Alisa. Lidah mereka pun saling menyeruak masuk ke mulut pasangannya seolah ingin menjelajahinya. Tangan Alisa pun makin mantab menggenggam kontol Hamdan. Tangan kanan Hamdan kini mulai meremas toket Alisa dari dalam gamisnya. Terasa kenyal dan besar hingga tangan Hamdan yang besar itu pun tak bisa mencakup semuanya. Hamdan pun menghentikan ciumannya sejenak.
Hamdan : ukhti.. boleh ana buka bajunya?
Alisa yang tengah terbakar birahi pun mengiyakan.
Alisa : panggil ana Alisa aja akhi.. he’mh boleh
Hamdan : panggil ana Hamdan saja Alisa
Hamdan pun mulai menarik resleting gamis hitam Alisa sementara Alisa menyibakkan jilbab besarnya ke pundaknya. Gamisnya di tarik hingga lepas semua ke lantai sehingga tinggal BH dan CD pink muda saja yang masih menempel di tubuh indahnya. Begitu putih muls tanpa cela bak bidadari, yang paling menakjubkan ukuran toket nya yang berukuran 36F terlihat ingin tumpah dari BH nya.
Hamdan : wiihh mantab bener tubuh kamu Alisa. Siapapun yang dapetin kamu pasti ikhwan paling beruntung di dunia.
Alisa : ihh.. jangan diliatin gitu dong Hamdan.. ana kan malu. Sambil tangan Alisa mencoba menutupi tubuh indahnya.
Hamdan : lhoo.. ana jujur ini.. kayak bidadari.. ehh ana buka cadarnya ya?
Alisa : uuhh.. masak sih? He’emh.. boleh.
Bersambung
ns18.119.139.22da2