
Pantas saja sedari dulu aku tak pernah melihat batang hidung ibu kandungku. Hingga kini aku hidup dalam keluarga yang terbilang miskin, bersama seorang pria tua yang tak pantas kupanggil sebagai papa tetapi sebagai kakek.
Namaku Chika, umurku saat ini 14 tahun, tinggal berdua bersama papa dari saat aku kecil, hingga detik ini aku tidak pernah tahu wujud ibuku. Papa bernama Wisnu, seorang juru parkir disebuah tempat peribadatan di daerah kami tinggal. Walau kehidupan kami miskin, namun memiliki tetangga yang baik dan suka menolong dan bahkan teman teman sekolah yang baik baik membuatku bersyukur menjadi seorang anak dari keluarga tak mampu ini.
"Nak, papa pulang bawa martabak dan anggur merah dari para jemaat tempat papa kerja... yuk makan dulu" ujar papa yang memudarkan lamunanku menunggu kepulangan papa.
"Waaawww kita pesta ya pa" walau demikian belianya usiaku, papa tak pernah melarangku menenggak barang haram. Bahkan beliaulah yang menawarkan hal ini kepadaku.
Usai makan malam, aku yang tengah terlelap di sofa, akhirnya terbangun juga mana kala mendengar erangan papa di kamarnya. Aku yang takut akan terjadi hal menakutkan, memberanikan diri untuk mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit. Betapa tercengangnya aku melihat batangan papa yang tegak menjulang, dengan urat yang tebal serta lebar itu menegang menikmati senam olah tangan papa.
Aku tak berkedip sedikitpun melihat benda itu begitu licin dan mengkilap dari semburan panas yang meleleh di sekujur tangannya yang tengah menua, sperma menyelimuti batang panas papa yang membuat suara cabul begitu nyaring "clop clop clop clop clop... plak plak... clop clop" sekujur tubuhku memanas, belahan memekku pun berkedut kedut mengeluarkan lendir cintaku yang meleler turun dari selangkanganku.
"Ohhh gede banget punya papa... lebih gede dari kontol bang baim" ceracauku pelan. Bang Baim adalah kakak kelas yang saat ini sedang menjalin asmara denganku adalah 2 tingkat diatasku. Orangnya begitu tampan, berwibawa, atletis dan juga nafsuan. Walau begitu, kami sama sama menjaga kehormatan dan hanya memberikan kasih sayang kami melalui blowjob dan jilmek. Tak lebih dari itu.
"Chiiiikaaaaaaa.... papa keluar nak... terima pejuh bapakkk nakkk.... " papa mengerang sambil menyebut namaku dalam fantasinya.
"Pa... paaa.. " jawabku lirih sambil memainkan belahan kemaluanku yang kian menggila, tak kusangka papa begitu menginginkan tubuh ku.
"Terima pejuh papa sayang.... ouuuhhhhhh... jjrrooooottt jroott jrroooootttt crruuut cruutt uhh binalnya anak papa.." sperma papa muncrat begitu banyak hingga meninggalkan jejak di setiap sudut kamarnya. Aku berlari menuju kamar dan colmek sambil membayangkan papa tengah menyetubuhiku.
Aku merasa begitu istimewa dan sedih secara bersamaan, bagaimana bisa papa begitu merindukan tubuhku yang suci ini dalam fantasi liarnya.
Aku memainkan klitorisku silih berganti sambil menyebut dirinya hingga cairan cintaku melesat jauh muncrat membasahi sprei kasurku. Aku mengejang membayangkan dirinya tengah menyetubuhiku dengan sangat brutal dan kasar. Aku sudah tak waras, aku yakin itu dan akhirnya aku tertidur dengan tubuh telanjang.
Pagi harinya aku sudah tidak melihat batang hidung papaku, namun sepucuk surat terpasang di bibir pintu kulkas 1 pintu kami. "Nak, papa berangkat kerja dulu ya.. " begitulah pesan yang tersampaikan dalam secarik kertas. Aku tak sekolah, karena kebetulan ada renovasi sekolah. Maka sekolah diliburkan hingga 3 minggu. Aku yang bosan menunggu dirumah, lalu masuk ke kamarnya papa. Disana aku masih mendapati sisa cairan jantannya menempel di sekitar tempatnya memacu kenikmatan.
Aku menghirup aroma kelaki lakiannya dan memutuskan untuk bersolo ria dengan menghirup aroma tubuh dan spermanya. Lebih dari 2 jam, aku memacu kenikmatan dan betapa kagetnya aku. Papa tengah berdiri di depan dipan kasurnya, tak bersuara dan hanya meninggalkan tatapan yang nanar. Aku yang sudah mencapai kenikmatan, akhirnya berlari menutupi tubuhku dan mengunci pintu kamarku.
Selama 2 hari setelah kejadian, hubungan kami merenggang. Baik aku dan papa tak bertegur sapa. Namun malam harinya aku melihat kembali dirinya tengah memacu kenikmatan dengan menyebut namaku begitu keras. Dan menyemburlah benih-benihnya berhamburan yang kental lagi deras diatas spreinya. Apakah aku kebetulan atau memang papa sengaja tak menutup pintunya.
Papa terkulai lemas dan tertidur dalam tidur yang sangat lelap. Aku memasuki ruangannya sembari mencium aroma khas kenjatanannya, begitu kuat dan membuatku candu. Aku yang sudah tak mampu menghadapi tekanan nafsu, secara nekat mendekatinya dan menjilati sperma yang masih tersisa di batangnya yang jantan "Sluuurppp oohh papa nakal, Chika sangek paaa... seandainya papa tahu, Chika mau kok di setubuhi papa sampe hamil.. dan anak kitaaa... sluuurrppp sluuurrppp... aahhh.. bisa papa pake buat bikin cucu juga.. " Aku telah hilang akal, rusaklah pikiranku dan melanjutkan menikmati batang besar papa.
Lalu kontol papa mengejang keras untuk kesekian kalinya dan menyemburkan lahar panas di dalam kerongkongan ku. Ku telan habis tanpa menyisakan sedikit pun cairan cinta papa. Setelah puas, aku kembali kekamar tanpa ada penyesalan. Hari demi hari kulakukan, hingga akhirnya aku membuka diri untuk menegur sapa dengannya.
"Maaf ya papa, Chika sudah lancang ke papa.. " ucapku penuh harap akan kebaikannya.
"Gak nak, papa yang salah telah membuatmu menggila... Mulai sekarang kamu bebas mau colmek di sembarang tempat, termasuk kamar papa.. nak" ucap papa yang mulai menujukkan kehangatan cintanya.
Sudah seminggu setelah liburanku telah berlalu. Papa pada akhirnya membuka diri dengan bertelanjang di rumah, apapun yang kami lakukan. Papa selalu menyempatkan diri untuk onani didepan aku, aku akhirnya turut mengambil kesempatan dengan menanggalkan pakaianku seluruhnya. Aku kemudian memainkan klitoris sambil meremas susu ranumku sembari menyebut namanya
"Papa.... Chika sangek pa.. teruuuss sodokin memek Chika pake kontol besar papa.. " ceracauku.
"Ohhh Chika sayang, memekmu merah dan tembem banget sayangku, papa sangekkk... ohhhhh... "
"Ohhh Chikaaaa papa ngecrooot naakkk"
"Papaaahhhh... Chika nyampeeekkkk... "
Dan kami berdua terkulai lemas melepaskan penat mendalam. Cairan kemaluan kami muncrat dan membasahi satu dengan lainnya. Sperma papa menembak jauh ke tubuhku dan ada yang masuk di lubang memekku, sementara cairan cintaku menghujani tubuh tua papa. Acara ini di tutup dengan mandi bersama dalam satu bathub.
Hari hari kami isi dengan masturbasi bersama dan berlanjut dengan berciuman mesra dengan papa, papa yang kala itu hanya berani sampai situ saja, sempat aku melihat matanya yang begitu kuat memandang puting susuku yang besar dan kemerahan. Papa menelan ludah ingin meremas susu sintalku, aku tahu jika ini diteruskan, maka hubungan kami berdua takkan lagi sama.
Malam pun tiba, aku yang sedang di kamar sambil mendengarkan lagu Doja Cat Kiss Me More mendapatkan panggilan telepon dari pacarku. Lalu aku mengangkatnya "Hai sayang lagi apa? bosen gak nggak ada aku?" Bang Baim menyapaku dari kejauhan. Sejenak aku mendengar seseorang mengerang pelan sambil berbunyi kecipak kecipak, curiga aku bahwa Bang Baim sedang bersama wanita lain.
"Kamu lagi apa bang? kok aku denger suara desahan wanita?"
"Ahh nggak ini... hmm.. a-akuu lagi nonton bokep"
"Lagi sama siapa sih im? cewek lu ya?"
"Apaan sih.. ssttt" Baim mencoba menutup mulut seseorang disana.
"Kamu pacarnya Baim ya? mendingan kamu dengerin aja deh kita lagi ngentot nih" suara ponselnya di dekatkan ke arah kemaluan mereka beradu.
Wajahku memanas dan geram luar biasa, Bang Baim sengaja selingkuh dariku. Tetapi apa bedanya denganku yang sudah berzina dengan papaku sendiri, lalu aku beranjak dari kasurku dan tanpa sengaja melihat papa keluar rumah dengan beberapa orang wanita. Aku tahu siapa mereka, tante yaya, tante rita, nina dan sulastri. Menggandeng papa keluar rumah dengan pakaian serba minim? Tak kuhiraukan telepon dari Baim, malah kutinggalkan saja di rumah lalu mengikuti kemana papa beranjak.
Di perjalanan, aku melihat banyak sekali kaum hawa mendatangi tempat peribadatan yang mana itu adalah tempat papa bekerja sebagai juru parkir. Aku mengikutinya dan melihat dari balik celah jendela. Semua orang yang kukenal sedang bertelanjang dan menari begitu erotis mengelilingi para pria disana.
Memang sedari dulu, tempat tinggal kami sangat sedikit kaum prianya. Bahkan jika di rasiokan hanya 1:200, yang mana hanya 15 orang pria dari 200 orang wanita. Disana aku melihat teman teman sekolahku tengah menari erotis dan bahkan ada yang digerayangi papa? Beberapa diantaranya sedang menikmati daging panjang papa dengan sangat binal dan brutal.
"Memekku basah banget... " aku memainkan kemaluanku sembari mengintip bagaimana papa melayani nafsu binatang mereka. Bahkan ada momen dimana papa dan yang lainnya mengocok dan menyemburkan cairan sperma mereka di hadapan wanita-wanita yang siap untuk melahap rakus benih benih papa dan yang lainnya.
Dilanjutkan dengan sesi bercinta papa menyetubuhi kemaluan teman sekolahku dan beberapa diantaranya ada tetangga baikku. Aku pusing bukan kepalang, ingin aku memergoki mereka dan mungkin ikutan untuk di goyang kontol besar papa.
"brakkk... " aku terhuyung dan menabrak sapu dan aktifitas terhenti, semua mata memalingkan ke arah aku bersembunyi.
"Siapa itu??!?!?!"
"Cari dan tangkap mereka!!!"
Beberapa anggota sekte seks ini bekerja sama ingin menemukan pelaku yang mencoba merusak acara sakral ini, pelaku itu ya akulah pelakunya. Selang 1 jam akhirnya aku menyerahkan diri dan menunjukkan batang hidungku.
Papa yang menyadari kehadiranku, kini tersenyum mesum sambil menggenjot paksa lubang memek wanita wanita disana. Aku sangek luar biasa melihat betapa liar dan brutalnya papa menyetubuhi betina lacur itu.
"Papa!! kumohon setubuhi Chika... " aku berteriak kearahnya dan disambutlah tanganku olehnya yang kini tengah bermandikan peluh. Cairan sperma berceceran di lantai dan keringat para wanita memandikan tubuh tuanya dengan sangat cabul.
"Paaa... boleh chika tanya?"
"Apa sayangku" sembari meremas susuku yang mengkal
"Chika siapa, pah? Aku ini apah?" itulah yang menjadi poin pertanyaan dari banyak hal yang muncul pertama kali.
"Kamu itu.. anak papa sayang, dari banyak wanita yang jadi ibumu.. "
"Maksud papa aku anak haram?"
"Ya sayang, bahkan papa juga anak haram mereka" lalu berlanjut dengan meremas bokongku dan memasukkan jarinya memainkan labia mayoraku.
"Ohhh papa... Chika minta di hamilin papa, jadikan Chika tempat penampung pejuh papa.. bahkan Chika akan berdedikasi memberikan anak haram Chika untuk agar papa bisa setubuhi" pikiranku kalut dan semakin liar mana kala melihat Baim sedang dikangkangi 2 orang wanita paruh baya. Mata kami menyatu dan aku paham bahwa cintaku sepenuhnya untuk papa yang telah menghadirkan ku dalam lingkungan ini.
Papa lalu menggenjoti memekku tanpa ampun, darah segar muncrat membasahi lantai dan beberapa wanita di bawah selangkangan kami. Akhirnya aku bisa menyatu dengan Papa. Aku yakin kalo nanti papa akan semakin sayang padaku.
5 tahun kemudian aku melahirkan 3 bayi perempuan cantik kembar yang kunamakan Santi, Tina dan Rebecca. Ketiganya adalah calon ibu berikutnya untuk kupersembahkan kepada kontol liar papa. Tamat
ns3.147.78.141da2