
Seorang gadis muda dengan mata yang bulat serta rambut panjang yang ikal, terlihat sedang menyendiri di salah satu sudut ruangan. Dia duduk sendiri sembari menenggak Brandy yang di suguhkan pelayan keliling yang sedari tadi mondar mandir melayani para tamu undangan.
Aku adalah Bram, seorang pengusaha muda yang baru merintis sebuah usaha kecil di bidang fashion sepatu wanita yang saat ini sedang panas panasnya memasarkan produk unggulan hasil rakitan para pengrajin lokal. Dengan berbekal nekat, aku ajukan sebuah pertanyaan sederhana mengenai ketertarikan dirinya tentang fashion kekinian kaum hawa.
"Permisi, boleh saya duduk?" sapaku penuh dengan keyakinan. Lama tak kunjung dijawab, apakah mungkin dia sedang tipsy? Sepertinya tidak, karena wanita ini hanya tersenyum manis menatapku.
"Oh! I am sorry, can I sit next behind you?" lalu kuyakinkan kembali dengan menggunakan bahasa alakadarnya.
"Boleh kok.. duduk ajah" dia menjawabku dengan menggunakan bahasa Indonesia, terkejut aku mendengar fasihnya dia mengucapkan sebuah kata singkat yang kebanyakan orang luar belum bisa.
"Wihh... perkenalkan aku.. " belum sempat aku memperkenalkan diri, dia sudah menyapa namaku.
"Bram kan? Mau kenalan atau mau kenalin produk usahamu? Atau dua duanya?" lanjutnya.
"Kalo boleh dua duanya.. " jawabku sambil tertawa malu.
Selebihnya kami saling memperkenalkan diri sebagai seorang asisten KEDUBES Amerika. Dia bernama Monica Santiago, seorang blasteran Amerika-Manado. Bapaknya orang Amerika sedangkan ibunya asli Manado. Percakapan kami berlanjut tidak sampai situ saja, bahkan setelah perkenalan ini, kami melanjutkan untuk berhenti menghadiri perkumpulan ini dan makan di sebuah restoran yang tepat berada di Hotel ternama ini di Jakarta.
"Uhhh.... kamu udahhhh mabok yakk?" tanyanya kepadaku sementara aku hanya diam seribu bahasa, minuman yang tak pernah ku tenggak seumur hidupku kini berakhir dalam perutku yang bergejolak.
Kuusahakan untuk tersadar dan mengantarkan dirinya ke kamar yang terletak jauh di lantai 10, dan uniknya kamarku bersebelahan dengannya.
"Kamarku disebelah.... Huukk.. huuuukkkk.... " Aku yang sudah tak tahan, minta ijin untuk jackpot di kamar mandinya. Dia kemudian membantuku mengeluarkan apa yang ku telan seharian ini.
"Yaudah aku lanjut mandi ya.. " jawabnya singkat, aku yang masih terfokus dengan urusan pribadiku ini hanya bisa menganggukkan kepala.
"Jsss.... cuurrrr...... " suara keran shower mewarnai ruangan ini, aku yang sudah selesai dengan hajatku mulai tersadar lambat laun. Tak sengaja aku melihat tubuh mulusnya yang putih dan jenjang. Sebuah maha karya Tuhan terbaik yang pernah aku lihat dengan mata telanjang.
Bibir ranum nya serta dua pasang bokong yang bulat serta kencang dan owww.. payudara yang kencang lagi besar dengan puting yang berwarna kemerahan itu menghiasi tubuh indahnya. Kemaluannya pun juga indah sekali, dengan bentuk yang tembam serta bulu kemaluan yang jarang membuatku meneguk ludah. Adikku sudah berani berbuat gila, aku tak minta tapi dia yang terbangun.
"Gimana udah enakan? kalo mau seger mending mandi barengan aja yuk" jawabnya dia di saat lamunanku sedang ke awang awang-awang.
"Eee.. eee... tap.. tapi.. tapiii.. " Aku menutup mataku reflek saat tubuh indahnya mendekati diriku.
"Gak usah malu malu, lagian kan kita udah jadi sahabat.. beginian mah normal di sana.. " Monica meraih pergelangan tanganku dan dengan cekatan melucuti baju yang melekat di tubuhku.
"Omg... gede bangett... sumpah... shh... bikin sangek ajah" Aku hanya bisa terpaku dengan kemaluan berdiri kokoh mengacung, menodongkan kegagahanku di hadapan Monica.
"Aaa.. hhh.. bi.. biasa aja kokkkk... beneran... sueerrr.. " aku menutup kemaluan ku dengan tanganku yang tak muat dengan kedua tanganku.
"Untuk ukuran orang indo, kontolmu itu gede, bahkan orang amerika pun punyamu juga paling istimewa" sembari Monica mengocok pelan kontolku yang menegang di bawah derasnya curahan air hangat shower hotel. Jujur bagiku ukuran berbagai jenis kemaluan pria aku tak tahu menahu, bahkan bentuk daleman wanita saja aku pun tak pernah membayangkan atau melihatnya. Aku bukan tipikal pria yang menyukai hal hal porno, bahkan di antara kerabatku di sekolah atau pun rumah. Aku adalah anak baik baik yang pikirannya masih lempeng tentang hal tabu demikian.
"Bbb-bberrr-berhent... " di tutupnya bibirku dengan cumbuan panas Monica dan di masukannya lidahnya sambil bermain silat lidah antara aku dengannya membuat kepalaku panas dan mimisan pun terjadi. Seketika aku pingsan tak sadarkan diri, setelah aku siuman sebuah sensasi aneh menjulur kemaluanku. Ya! tepat apa yang pembaca pikirkan.
"Ssluuurppp.. ohhmmm.. maahh... sluppp sluuurrppp umm ahhhh... nyommn nyyoommm ahmm.. " suara yang tak biasa terdengar di bawahku, aku yang mencoba bangun, tetap tak mampu untuk berdiri. Sebuah ikatan kuat membelenggu kedua pergelangan tanganku.
"Sudah kamu nikmatin ajah... kamu kayaknya masih perjaka ya... " Monica pun muncul dengan pemandangan aneh tak biasa, sekujur tubuh diselimuti cairan putih kental melekat erat disetiap jengkal tubuhnya, bau seperti bayclean tercium kental di setiap relung tubuhnya.
"Ouuuhhhh... ahhhh aku aku akuu akuuu mau kencinggggg... aahhhh stop Monica... ahhhhhhh" seketika desakan dahsyat mecoba keluar dari lubang kemaluan ku dan menyemburlah cairan itu membanjiri kerongkongan Monica, begitu kental dan deras.
"Kamu udah 10 kali crot masih aja banyak dan kental, Jackpot aku dapetin kamu... " tungkasnya yang saat itu aku masih tak paham maksud perkataannya, aku terkulai lemah dan rasa kantuk menghinggap. Namun suara suara masih dapat kudengarkan sayup sayup. Suara derit kasur begitu jelas terdengar, tubuhku terpental keras ke atas dan ke bawah. Lalu aku tertidur dalam mimpi yang panjang.
"Uhhmm... " aku menggeliat dan tubuhku sudah terbebas, kulihat suasana kamar begitu hening, hanya menampakkan siluet gelap, aku memandang sekeliling dalam keadaan gelap gulita dan disampingku ada Monica yang tertidur lelap, telanjang bermandikan cahaya rembulan. Badanku terasa berat namun keinginan untuk melepaskan hajat mendorong rasa lelahku untuk memenuhi kebutuhan jasmaniahku.
"Awww... sakiittt... uhhh... " aku mengeluh sakit karena beberapa ruam terlihat dari sekujur batang kemaluanku. Mungkin aku salah posisi tidur, karena memang kebiasanku bila dirumah selalu tak pernah mengenakan celana dalam. Hingga kadang terjepit membuat kemaluanku ruam ruam. Sekembalinya dari membersihkan diri, aku menyeduh teh dan menikmati sisa malam dengan melihat cahaya kota dari lantai tinggi jendela hotel.
Bersambung...
ns160.79.111.152da2