Sementara di kamar belakang suara isapan makin cepat dan berat, di ruang tengah Silvi duduk di sisi Doni yang terbaring dengan kaki digips, matanya tertutup tapi napasnya belum sepenuhnya tenang.
6889Please respect copyright.PENANAyqi7pDimhm
Silvi menatap wajah suaminya, lalu mengusap pelan dadanya.
6889Please respect copyright.PENANAjEMKjDlLQy
“Maaf ya, Mas…” bisiknya lirih, “Kita gagal waktu itu… padahal kamu udah ngotot banget pengen nyobain bertiga sama aku dan Heni…”
6889Please respect copyright.PENANAydBjfYkq3B
Ia menggigit bibir, menahan sesak di dada. Ingatan malam itu masih membekas jelas. Heni udah setengah telanjang waktu itu, bahkan sempat ciuman panas sama dia, tapi tiba-tiba Doni jatuh dari motor pas pulang nyari alat bantu. Patah tulang langsung mengubur semua rencana mesum itu.
6889Please respect copyright.PENANAsTF4QObMMD
“Mas, kamu tahu nggak… aku juga sebenernya penasaran waktu itu…” lanjutnya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Pengen tau rasanya dipegang dua orang sekaligus… dipuaskan dari dua arah…”
6889Please respect copyright.PENANAjOFJ3sqzBp
Tiba-tiba suara pelan terdengar dari arah dapur. Bukan percakapan. Bukan langkah kaki. Tapi suara… isapan?
6889Please respect copyright.PENANAn4yuWRkk2l
Silvi menoleh pelan, alisnya mengernyit. Dari arah kamar belakang. Suara itu… terlalu familiar. Ritmik. Basah.
6889Please respect copyright.PENANAyjkJ6wBuow
Batinnya bergejolak. Ia tahu Bu Ros suka terapi khusus dari Pram. Tapi malam-malam begini?
6889Please respect copyright.PENANARDWwsdlzzM
Silvi berdiri pelan, berjalan menuju dapur pura-pura mengambil air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar belakang terbuka sedikit. Celah sempit itu memperlihatkan pemandangan samar.
6889Please respect copyright.PENANAgyyfyJcdtd
Bayangan dua tubuh. Gerakan maju-mundur. Dan suara Bu Ros… mengerang tertahan.
6889Please respect copyright.PENANAS0ZOMBBnRh
Silvi menahan napas. Tubuhnya mendadak panas. Tangannya mencengkeram gelas di meja dapur, lututnya lemas.
6889Please respect copyright.PENANAlujhJjK9Ca
Dalam kepalanya, bukan rasa jijik yang muncul.
6889Please respect copyright.PENANAztcNcapds7
Tapi… rasa penasaran.
6889Please respect copyright.PENANAgYn42n8YoX
Rasa bersalahnya pada Doni makin dalam. Tapi bersamaan dengan itu… nafsu yang dulu sempat dibangkitkan Heni malam itu… mulai hidup lagi.
6889Please respect copyright.PENANA1AdEpz3Gvz
Ia kembali ke ruang tengah dengan pikiran kacau, duduk di samping Doni yang masih tidur lelap.
6889Please respect copyright.PENANAnNMbblLlB9
“Mas… kalo kamu nggak sembuh-sembuh… gimana kalo aku yang nyari partner lain dulu?” bisiknya sambil mengelus dada suaminya. “Biar aku bisa belajar dulu… nanti pas kamu sehat, kita lanjutin yang waktu itu.”
6889Please respect copyright.PENANAXTxJt9shIN
Silvi menunduk, bibirnya mencium lembut pipi Doni yang tak menyadari apa pun.
6889Please respect copyright.PENANAjRbddR2r0v
Tapi di dalam matanya, ada bara kecil yang mulai menyala.
6889Please respect copyright.PENANA45LBGxpl75
Dan di kamar belakang, suara isapan kembali terdengar—lebih cepat, lebih liar. Disusul erangan tertahan dari Pram.
6889Please respect copyright.PENANALeVDYdgtiV
Malam itu, rumah yang tampak tenang dari luar… sedang menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.
6889Please respect copyright.PENANArXOSZcndhz
6889Please respect copyright.PENANAerE5FZ82Va
---
6889Please respect copyright.PENANAxgI4KMhB2l
Bersambung…
ns216.73.216.203da2