Sementara di kamar belakang suara isapan makin cepat dan berat, di ruang tengah Silvi duduk di sisi Doni yang terbaring dengan kaki digips, matanya tertutup tapi napasnya belum sepenuhnya tenang.
1739Please respect copyright.PENANAEUjBjkzsPP
Silvi menatap wajah suaminya, lalu mengusap pelan dadanya.
1739Please respect copyright.PENANAniNJFHPzP8
“Maaf ya, Mas…” bisiknya lirih, “Kita gagal waktu itu… padahal kamu udah ngotot banget pengen nyobain bertiga sama aku dan Heni…”
1739Please respect copyright.PENANAU5Y8qMmEr6
Ia menggigit bibir, menahan sesak di dada. Ingatan malam itu masih membekas jelas. Heni udah setengah telanjang waktu itu, bahkan sempat ciuman panas sama dia, tapi tiba-tiba Doni jatuh dari motor pas pulang nyari alat bantu. Patah tulang langsung mengubur semua rencana mesum itu.
1739Please respect copyright.PENANAFg2OHMzvZg
“Mas, kamu tahu nggak… aku juga sebenernya penasaran waktu itu…” lanjutnya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Pengen tau rasanya dipegang dua orang sekaligus… dipuaskan dari dua arah…”
1739Please respect copyright.PENANAPGKMBGdqee
Tiba-tiba suara pelan terdengar dari arah dapur. Bukan percakapan. Bukan langkah kaki. Tapi suara… isapan?
1739Please respect copyright.PENANA0e5qr7wyjc
Silvi menoleh pelan, alisnya mengernyit. Dari arah kamar belakang. Suara itu… terlalu familiar. Ritmik. Basah.
1739Please respect copyright.PENANAlOK2rCezGe
Batinnya bergejolak. Ia tahu Bu Ros suka terapi khusus dari Pram. Tapi malam-malam begini?
1739Please respect copyright.PENANAqe0AlceaLV
Silvi berdiri pelan, berjalan menuju dapur pura-pura mengambil air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar belakang terbuka sedikit. Celah sempit itu memperlihatkan pemandangan samar.
1739Please respect copyright.PENANAa6sr0OuDpK
Bayangan dua tubuh. Gerakan maju-mundur. Dan suara Bu Ros… mengerang tertahan.
1739Please respect copyright.PENANATzH00bPesu
Silvi menahan napas. Tubuhnya mendadak panas. Tangannya mencengkeram gelas di meja dapur, lututnya lemas.
1739Please respect copyright.PENANA1vMVLqka9W
Dalam kepalanya, bukan rasa jijik yang muncul.
1739Please respect copyright.PENANA8aTzeTl4RB
Tapi… rasa penasaran.
1739Please respect copyright.PENANAIzE6RGkMW5
Rasa bersalahnya pada Doni makin dalam. Tapi bersamaan dengan itu… nafsu yang dulu sempat dibangkitkan Heni malam itu… mulai hidup lagi.
1739Please respect copyright.PENANA6wjJOP43FK
Ia kembali ke ruang tengah dengan pikiran kacau, duduk di samping Doni yang masih tidur lelap.
1739Please respect copyright.PENANAlpcrW2YXVX
“Mas… kalo kamu nggak sembuh-sembuh… gimana kalo aku yang nyari partner lain dulu?” bisiknya sambil mengelus dada suaminya. “Biar aku bisa belajar dulu… nanti pas kamu sehat, kita lanjutin yang waktu itu.”
1739Please respect copyright.PENANASemMjTGk8a
Silvi menunduk, bibirnya mencium lembut pipi Doni yang tak menyadari apa pun.
1739Please respect copyright.PENANAx0eGq2xOAi
Tapi di dalam matanya, ada bara kecil yang mulai menyala.
1739Please respect copyright.PENANAy6iQUuzwZ5
Dan di kamar belakang, suara isapan kembali terdengar—lebih cepat, lebih liar. Disusul erangan tertahan dari Pram.
1739Please respect copyright.PENANAnsYsI0tCGM
Malam itu, rumah yang tampak tenang dari luar… sedang menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.
1739Please respect copyright.PENANAz73sKvGeoU
1739Please respect copyright.PENANA4pwGKiYADH
---
1739Please respect copyright.PENANAJUQDCn3IMA
Bersambung…
ns18.216.164.181da2