
1588Please respect copyright.PENANAnRjqT0ovph
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1588Please respect copyright.PENANA3ffc985c83
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1588Please respect copyright.PENANAB1vW5ygKol
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1588Please respect copyright.PENANAtpfaotIwJu
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1588Please respect copyright.PENANAxlklxx0cU9
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1588Please respect copyright.PENANAhsSlP06086
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1588Please respect copyright.PENANA8M7kYlk0Gk
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1588Please respect copyright.PENANAxOxwonhuda
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1588Please respect copyright.PENANAEK3x0YbEk4
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1588Please respect copyright.PENANAqb5hig0aw5
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1588Please respect copyright.PENANAFXV9DLHuqG
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1588Please respect copyright.PENANAd4BLZbAsST
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1588Please respect copyright.PENANAqZNfcgyEoC
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1588Please respect copyright.PENANA61TMRWTj81
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1588Please respect copyright.PENANArErjfT4s5B
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1588Please respect copyright.PENANArGN9Z2jO5Q
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1588Please respect copyright.PENANAnXStulMmTJ
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1588Please respect copyright.PENANAd0NsC9l395
"Bu Rina?"
1588Please respect copyright.PENANAgLTPsTBGUB
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1588Please respect copyright.PENANAK6lUVBec5r
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1588Please respect copyright.PENANAdyqlJ3Ie8u
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1588Please respect copyright.PENANAy9MJyT26IN
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1588Please respect copyright.PENANAMbq9s8zz8y
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1588Please respect copyright.PENANAnVS3QjZTIC
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1588Please respect copyright.PENANAPd4omIdTGT
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1588Please respect copyright.PENANAcizBLnmtaM
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1588Please respect copyright.PENANA7up353VS8U
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1588Please respect copyright.PENANAmV1nz0Ds09
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1588Please respect copyright.PENANAB3quA6Lf0q
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1588Please respect copyright.PENANAEG4pKxsb5Q
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1588Please respect copyright.PENANAqBuLcxZumy
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1588Please respect copyright.PENANAki8lmT4xvQ
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1588Please respect copyright.PENANA46EK4NyD9M
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1588Please respect copyright.PENANAto57jrbaab
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1588Please respect copyright.PENANAwPo4UdtHUP
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1588Please respect copyright.PENANAZ8fSCb33BM
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1588Please respect copyright.PENANAxrixkRdRny
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1588Please respect copyright.PENANAkWECHvqOgK
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1588Please respect copyright.PENANA8r8GcfwSCo
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1588Please respect copyright.PENANAhcPPSDV2Ue
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1588Please respect copyright.PENANAt8Cr6dApYl
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1588Please respect copyright.PENANAI1cLwCFvr5
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1588Please respect copyright.PENANAlPwQFOjKrE
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1588Please respect copyright.PENANAC32VPWm2ud
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1588Please respect copyright.PENANAJGTPZp24Qu
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1588Please respect copyright.PENANAikl2eufWRi
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1588Please respect copyright.PENANAUltN42U2va
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1588Please respect copyright.PENANAxdlxLvUF4i
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1588Please respect copyright.PENANA78fgJArA6m
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1588Please respect copyright.PENANAdxXSh96oZj
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1588Please respect copyright.PENANAAYeYhBx7BW
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1588Please respect copyright.PENANAGs9Ato9mbn
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1588Please respect copyright.PENANAbRczl89gdA
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1588Please respect copyright.PENANA2ZAyQDNZAA
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1588Please respect copyright.PENANA3ip6nVVJHA
Begitu saja?
1588Please respect copyright.PENANAK3sZQCYtKl
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1588Please respect copyright.PENANAyN6Yqxy8Nm
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1588Please respect copyright.PENANANQCd275tq4
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1588Please respect copyright.PENANAwC5ixulpFP
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1588Please respect copyright.PENANAW2asvUfDqv
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1588Please respect copyright.PENANA963lIGMVf8
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1588Please respect copyright.PENANAceae6ornIb
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1588Please respect copyright.PENANAbe1fTg6GJr
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1588Please respect copyright.PENANAv0bRi0aiRb
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1588Please respect copyright.PENANAk1zll9aOk4
Malam itu begitu sunyi.
1588Please respect copyright.PENANAO26Wgd15WP
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1588Please respect copyright.PENANAeNJNrgHRcR
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1588Please respect copyright.PENANA98eJDPRu8y
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1588Please respect copyright.PENANAuWHISJbdBR
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1588Please respect copyright.PENANA2iVYhpukNl
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1588Please respect copyright.PENANA9I2iPWSvpU
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1588Please respect copyright.PENANAzI4P9kjqdu
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1588Please respect copyright.PENANAxCmMGXZfro
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1588Please respect copyright.PENANA5iwk0qRC8e
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1588Please respect copyright.PENANA0mhXH2dVNk
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1588Please respect copyright.PENANAUI0MIxzc5y
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.166da2