Pukul tujuh, di suatu kamar hotel, di satu kota
701Please respect copyright.PENANAk5CNH6pfXh
Bram duduk-duduk sendirian di tempat tidur hotelnya yang lebar, melepas lelah sesudah dua hari nonstop mengurus persiapan pembukaan cabang bersama Enrico, si pengusaha daerah. Selama dua hari dia menyurvei lokasi; bertemu staf Enrico yang memberi presentasi rencana bisnis, peluang pasar, dan kemungkinan pesaing; dan tentunya bertemu para penguasa setempat—kepala daerah, kepala kantor-kantor dinas terkait, anggota legislatif, aparat, dan tokoh masyarakat, yang semuanya harus dilobi. Sebelumnya Bram dan Enrico sudah menyepakati: Bram mengurus pembicaraan formal sementara Enrico menyiapkan negosiasi nonformalnya. Itu artinya Enrico akan menanggung segala insentif lain yang diperlukan demi kelancaran pembukaan usaha. Baik itu berupa uang pelicin, fasilitas, maupun bentuk kenikmatan lain.
701Please respect copyright.PENANACpwajBGP8p
Termasuk yang sekarang disajikan.
701Please respect copyright.PENANA4nsAmIAFYK
Pintu kamar hotel diketuk. Bram bangkit dan membukakan pintu.
701Please respect copyright.PENANACXKBmpCNfQ
“Permisi. Selamat malam Pak. Tadi saya dipesan ke kamar ini buat massage~?”
701Please respect copyright.PENANAdO052C6Z1f
Di balik pintu Bram mendapati seorang gadis, paling-paling umurnya 20-an, berdiri dan tersenyum. Gadis itu membawa tas kecil. Nada bicaranya ramah dan cenderung genit, tapi terkesan tak dibuat-buat.
701Please respect copyright.PENANAnTlf6EXYM3
“Oh, iya. Silakan masuk,” kata Bram sambil memandangi gadis tukang pijat itu. Gadis itu memakai kemeja lengan pendek putih bercorak dengan aksen renda di dada, dan rok hitam pendek. Rambut hitamnya yang diluruskan rebonding tergerai sampai ke punggung.
701Please respect copyright.PENANAplfhbphd7D
“Mau langsung, Pak?” tanya gadis itu. “Oh iya, maaf, dengan bapak siapa? Saya Difa.”
701Please respect copyright.PENANAkdIcmpVJ1u
701Please respect copyright.PENANA6qtakA8o5v
Difa
701Please respect copyright.PENANA0PmwmMHfZ3
701Please respect copyright.PENANAkwVRNcgpzV
“Bram,” kata Bram sambil menjabat tangan gadis itu untuk berkenalan. Difa bertubuh pendek—hanya setinggi bahu Bram. Bram terus mengamati gadis tukang pijat itu. Difa terlihat berusaha tampil ramah, bibir merahnya selalu tersenyum. Mata sipit dan pipi tembemnya terlihat menggemaskan.
701Please respect copyright.PENANALcT5fr1Hc2
Bram tahu, di kamar-kamar lain hotel yang sama sedang terjadi adegan serupa. Enrico mengundang beberapa orang yang perlu dilobi untuk menikmati “hiburan” yang disediakan, dan Bram juga kebagian. Tapi sebenarnya Bram sedang tidak berminat. Dia cukup lelah setelah mengikuti Enrico ke sana-ke mari, jadi dia bilang saja kepada Enrico, minta dipanggilkan tukang pijat hotel.
701Please respect copyright.PENANAhS2mT0fBhq
Dan yang datang adalah gadis ini. Difa.
701Please respect copyright.PENANAWjigmcRL1w
Difa membawa seprei yang dilipat, yang dia tebarkan di ranjang kamar hotel setelah minta izin Bram. Dia lalu menanyakan apakah Bram mau langsung dipijat. Bram mengangguk. “Iya, sekarang aja deh,” kata Bram.
701Please respect copyright.PENANA0SPi27xtWd
“Kalau begitu, maaf Pak, tolong dibuka bajunya,” kata Difa dengan nada malu-malu. Di balik sikap yang kelewat sopan itu Bram menangkap rasa gentar—apa gadis ini kurang pengalaman? Ataukah hanya pura-pura saja untuk memberi kesan “polos”? Bram cukup banyak bergaul dengan dunia hiburan malam sehingga dia lumayan tahu bagaimana para perempuan penghibur bersikap. Kemudian Bram memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan tulus tidaknya Difa; toh gadis itu datang untuk memijat… kalau nanti berlanjut ke yang lain-lain, itu urusan nanti. Bram pun membuka baju dan celana, tinggal menyisakan celana dalam, dan berbaring telungkup di atas tempat tidur yang sudah dialasi seprei. Difa mulai dengan memijat telapak kaki Bram. Tak lama kemudian tangannya sudah pindah ke betis Bram, mengurut sekujurnya, sampai ke belakang lutut, terus ke paha.
701Please respect copyright.PENANA5XsTQ0JoKK
“Tangan kamu enak juga,” Bram berkomentar, “Hangat.”
701Please respect copyright.PENANAu0MupNs80u
“Iya, banyak yang bilang begitu Pak,” kata Difa. “Anu, pijatan saya sudah cukup kan Pak? Perlu lebih keras?”
701Please respect copyright.PENANAqUxY3KVQ2F
“Nggak, segini sudah cukup.”
701Please respect copyright.PENANAvs7u8kqTIk
Difa meneruskan memijat, kali ini makin ke atas mendekati selangkangan Bram. Bram merasakan kejantanannya bereaksi ketika sentuhan halus Difa mengelus bagian dalam pangkal pahanya.
701Please respect copyright.PENANAhwRUHNdkYX
Difa berhenti dan bertanya. “Pak, mau pake krim?”
701Please respect copyright.PENANAxpWzAUvbrd
“Iya boleh,” kata Bram.
701Please respect copyright.PENANAlu9WFJFC14
“Maaf kalau gitu celananya dibuka saja, biar nggak kotor,” saran Difa.
701Please respect copyright.PENANAAzQlxNOodH
Bram sudah tahu itu kode apa. Tanpa menjawab, dia melepas celana dalamnya lalu kembali telungkup. Kejantanannya sudah setengah tegak. Difa melumurkan krim pijat ke tangan, lalu mulai lagi dari bawah, dari betis Bram.
701Please respect copyright.PENANAILsGCncYJQ
“Hihihi, Pak, bakal cepet habis nih krimnya,” celetuk Difa, “habisnya rambutnya banyak di sini…”
701Please respect copyright.PENANAHpHDK4G0lW
“O gitu?” jawab Bram. Yang Difa maksud itu pasti betisnya. Difa melanjutkan pijatannya, sekarang kembali ke paha. Lagi-lagi Bram merasa terangsang dengan sentuhan Difa, apalagi setelah tangannya licin dengan krim, sensasinya makin lancar terasa.
701Please respect copyright.PENANAoGpz8VcTnP
“Maaf ya Pak saya pijat pantatnya,” kata Difa, yang kemudian mencengkeram dan meremas-remas dua belahan pantat Bram.
701Please respect copyright.PENANAUpyLFbmXME
“Ehmm…” Bram menggumam.
701Please respect copyright.PENANARo8rrcWOOQ
“Kenapa Pak?” Difa berhenti karena gumaman Bram itu.
701Please respect copyright.PENANA3XnaqFITFV
“Nggak apa-apa… terusin aja. Enak kok,” kata Bram. Difa tanpa sungkan kembali menggarap pantat Bram, terus ke selangkangan.
701Please respect copyright.PENANAWI6PukAu8u
“Udah lama mijet?” tanya Bram.
701Please respect copyright.PENANA7rPiUEFu4T
“Lumayan Pak, udah setahun,” jawab Difa. Bram berusaha mencairkan suasana dengan ngobrol dengan Difa. Gadis itu baru 22 tahun, warga setempat—dan jadi tulang punggung keluarganya karena dia anak tertua. Keluarganya sendiri tidak tahu pasti apa pekerjaannya, hanya tahu dia “kerja di hotel”. Sambil ngobrol, Difa terus memijat ke atas, meninggalkan pantat Bram ke punggung, lalu ke bahu.
701Please respect copyright.PENANAYPGLL5rlsa
Bram menengok ke belakang, berusaha melihat Difa. Dirasakannya rambut panjang Difa menyentuh punggungnya.
701Please respect copyright.PENANA9lLhPG6U2K
“Ada apa, Pak?” Difa memperhatikan Bram yang menoleh.
701Please respect copyright.PENANA0pXy0C0Eza
“Nggak apa-apa,” tukas Bram, kemudian tiba-tiba kebiasaannya ketika berbicara dengan perempuan penghibur muncul. “Pengen ngelihatin yang mijet aja…”
701Please respect copyright.PENANAfrVPIqFJdJ
“Ah Bapak bisa aja,” kata Difa tersipu, tersenyum malu. “Balik badan Pak.”
701Please respect copyright.PENANAaxbtYlRvxM
Bram berbalik badan. Kali ini dia tak lagi bisa menutupi kenyataan bahwa ada bagian tubuhnya yang bereaksi terhadap kehadiran dan sentuhan Difa. Tapi Difa tak mengacuhkan alat kelamin Bram yang kini tampak di hadapannya, dan kembali lagi memijat dan menekuk-nekuk kaki Bram.
701Please respect copyright.PENANAF39tqfWtkf
Bram terus berusaha mengajak bicara Difa. Difa ternyata masih lajang; pernah punya pacar beberapa tahun lalu yang lantas kabur untuk menikah dengan gadis lain.
701Please respect copyright.PENANAaKMXfhxEmL
“Sebenarnya sih saya pengen cepet nikah Pak, cuma gimana ya, kerja saya seperti ini, mana ada yang mau sama saya… Bapak sudah nikah?” ujar Difa.
701Please respect copyright.PENANAI6fSnuydUh
“Udah…” kata Bram.
701Please respect copyright.PENANAKsbwoo9V2K
Sekitar sepuluh menit kemudian, Difa sudah tuntas menggarap sekujur tubuh Bram. Mata Bram tak lepas-lepas memandangi si pemijat. Wajah Difa mengingatkannya akan seorang artis, Anya. Hanya saja Difa pendek, tak seperti Anya yang jangkung.
701Please respect copyright.PENANARiWUAWmKXg
“Sudah selesai Pak…” kata Difa lirih. “Anu… ada lagi yang bisa saya bantu?”
701Please respect copyright.PENANAnjBFTtqH3z
Bram sudah hafal apa yang biasanya terjadi sesudah sesi pijat semacam itu. Terlebih lagi dia keburu terangsang oleh sentuhan-sentuhan Difa.
701Please respect copyright.PENANAPKKSKQYcfH
“Main aja yuk,” ajak Bram sambil tersenyum dan menggenggam tangan Difa.
701Please respect copyright.PENANADTFFVE09tR
Jawaban Difa ternyata tidak nyambung dengan harapannya.
701Please respect copyright.PENANAjKr8QgJcwD
“Jangan ya Pak, saya… belum pernah…”
701Please respect copyright.PENANAqrGJclpmBR
Bram cuma tersenyum, dan akal sehatnya sedang kalah dengan nafsunya yang mulai menggunung, jadi bukannya dia berhenti, dia malah terus berusaha. Dia mengelus sekujur lengan Difa.
701Please respect copyright.PENANAMnPSQBy5XW
“Ayo dong… Nggak apa-apa kok…” rayu Bram.
701Please respect copyright.PENANA6oxiz7lnUc
Difa berusaha mengelak sambil menawarkan servis lain. “Saya kocokin aja ya Pak?” Terlihat betul bahwa gadis pemijat itu tidak ingin menyinggung kliennya, walau Bram mulai kurang ajar tapi dia masih bersikap sopan.
701Please respect copyright.PENANA5rDnh0VawI
“Hmm… iya deh,” Bram memutuskan untuk mundur dulu; langkah strategis. Dalam hatinya dia tak percaya dengan kata-kata Difa yang mengaku “belum pernah” tadi, dan dia pun sibuk memikirkan cara membongkar pertahanan gadis itu. Difa kembali melumurkan krim ke tangannya dan berkata, “Maaf ya Pak,” sebelum mulai menyentuh penis Bram.
701Please respect copyright.PENANA8E9mVc5zUc
Entah dia masih perawan atau sudah tidak, yang jelas tangannya sudah ahli. Satu tangannya menggenggam batang kemaluan Bram, tangan lainnya mengelus kantong pelir Bram dan sesekali ke bawahnya, menuju lubang dubur Bram. Bram menggumam keenakan. Difa terus mengocok batang Bram, naik dan turun, kadang cepat kadang lambat. “Sakit nggak, Pak?” tanya Difa. “Ehmmmm…” Bram menggumam lagi, “Enggak kok, enak…”
701Please respect copyright.PENANAq4Stcqikmc
Difa terus membelai dan merangsang, tangan kanannya yang licin bergerak-gerak di sekujur kejantanan Bram, tangan kirinya memijat-mijat di bawah buah pelir. Bram bisa merasakan orgasme sedang menunggu terjadi di bawah perutnya.
701Please respect copyright.PENANA2fsj6f227D
“Ouhhh,” keluh Bram, mulai tak kuat menahan. Tapi dia tidak mau buru-buru selesai. Tangannya bergerak merangkul Difa yang berposisi duduk memunggungi di sebelah tubuhnya.
701Please respect copyright.PENANAl87tizHJne
“Enak banget, Difa,” bisik Bram sambil menegakkan badan atas lalu menyenderkan kepala ke bahu Difa. Orgasme yang tadi tinggal sebentar lagi itu sukses diredam. Difa diam.
701Please respect copyright.PENANAQOF9bfpxs5
“Kamu wangi…” kembali Bram berbisik sambil menghirup aroma tubuh Difa. Gadis itu diam saja. Bram jadi tambah berani lalu mencium leher si gadis pemijat. Selanjutnya Bram mengulum telinga Difa.
701Please respect copyright.PENANAEro5fuw6pO
“Ehmmm…” desah Difa. Bram nyengir, menyadari titik sensitif gadis itu persis sama dengannya, di telinga.
701Please respect copyright.PENANAI0A2vyc1Cu
“Ahh… Pak…” Difa seperti memprotes tapi tak berdaya, kocokan tangannya melemah ketika Bram terus menggoda titik lemahnya. Dia pun tak hirau ketika tangan Bram mulai berusaha melepas kancing kemejanya satu demi satu. Dari bawah. Posisi badan atas Bram kini sudah tegak merangkul Difa dari belakang, dua, tiga, empat kancing kemeja Difa lepas… dan yang terakhir pun akhirnya lepas. Bram menyelipkan tangan ke balik BH yang dipakai Difa dan terjamahlah payudara gadis itu yang terasa kencang.
701Please respect copyright.PENANA8He2UhM4yK
“Paak…” Difa memprotes lagi, berhenti mengocok dan melepas kejantanan Bram, tapi Bram sudah keburu nafsu. Bram merebahkan Difa di tempat tidur dan langsung memposisikan tubuh atasnya di atas Difa, sambil menyibak kemeja Difa yang sudah tak terkancing. Tangan Bram meremas payudara Difa. Difa mendesah, menatap muka Bram.
701Please respect copyright.PENANAg4g5G9yoDv
Bram membenamkan muka di dada Difa, menciumi belahan dada dan bagian atas payudara gadis itu. Dirasakannya Difa menggeliat dan nafasnya memburu. Tangan Bram bergerilya ke bawah, menyibak rok pendek Difa, mencari celana dalam. Ketemu. Jemari Bram mengelus-elus bagian celana dalam Difa yang menutupi vagina. Sambil ciuman demi ciuman terus mendarat di leher, pundak, dan telinga Difa. Terdengar gadis itu mendesah. Bram berhasil membuat Difa terangsang.
701Please respect copyright.PENANAOfZol7MCqF
Bram berhenti sebentar, menjauh dari tubuh Difa. Dia memandangi ekspresi gadis itu; seolah pasrah. Andai wajah Difa tak berbedak terlalu tebal, mungkin Bram bisa melihat wajah itu merona merah karena malu. Bram lalu melepas kaitan di depan BH Difa, dan menyingkirkan penutup dada gadis itu. Sepasang payudara Difa yang kencang itu tak lagi terlindungi. Bram dengan cepat menggoda keduanya, menyentuh, mencium, mengulum. Difa mendesah tertahan. Roknya sudah tersibak juga akibat aksi tangan Bram yang sambil terus mengelus-elus kemaluannya dari luar celana dalam. Bram kembali menindih tubuh Difa yang nyaris telanjang itu, lalu memelorotkan celana dalam Difa. Kejantanan Bram sudah tegang dan dia sudah tak tahan ingin menyetubuhi gadis itu. Tapi ketika dia menyelipkan jarinya langsung ke belahan kewanitaan Difa—
701Please respect copyright.PENANAY3CstazkA8
Sempit. Dan…
701Please respect copyright.PENANAro5MEWL0Bk
Terasa sesuatu menghalanginya.
701Please respect copyright.PENANA719m5uIMGG
Bram melihat setitik air mata mengalir dari sudut mata Difa.
701Please respect copyright.PENANAqA25265GhM
Gadis pemijat itu memang masih perawan.
701Please respect copyright.PENANAq33zvTwgy6
Ekspresinya mirip sekali dengan Tia waktu dulu—
701Please respect copyright.PENANAPxqT9pzsN7
Bram berhenti. Dia kembali teringat Tia.
701Please respect copyright.PENANAuh8cA5T7ET
Difa merasakan beban tubuh Bram bergeser dari atas tubuhnya.
701Please respect copyright.PENANAsZikpUwWP2
“Maaf…” bisik Bram. “Kamu emang beneran belum pernah, ya…”
701Please respect copyright.PENANAFCoScgHNdt
“Pak…” Difa membuka matanya yang masih berkaca-kaca, tak mengerti perubahan reaksi Bram.
701Please respect copyright.PENANA0hjgGJ71Wd
“Ah, nggak, nggak apa-apa, Difa,” Bram berkata itu sambil berubah posisi jadi berbaring di samping Difa. “Aku… kepikiran istriku.”
701Please respect copyright.PENANA0K1K6Ho091
Difa terdiam sebentar lalu berbicara sambil memejamkan mata. “Nggak apa-apa Pak, saya… sudah dibayar kok…”
701Please respect copyright.PENANADja3436Qwy
“Apa kamu nggak bakal nyesal nantinya?” kata Bram sambil memandangi langit-langit, melihat bayangan wajah Tia di sana.
701Please respect copyright.PENANADwYehtyH8I
Difa diam saja.
701Please respect copyright.PENANAG3EMMvhlqe
“Jangan dikasih ke aku, Difa,” kata Bram lagi. “Aku nggak tega. …Yah, mungkin aku yang dulu gak bakal keberatan, tapi sekarang… aku udah nggak pengen begitu lagi.”
701Please respect copyright.PENANAgeM0aLAYOT
“Jadi… gimana ini Pak?” Difa bingung.
701Please respect copyright.PENANA4bf7Cg4lMJ
“Sudah, nggak apa-apa. Yang terjadi atau nggak terjadi di dalam sini, orang lain nggak usah tahu. Kamu pakai lagi lah bajumu.”
701Please respect copyright.PENANAy6kKciQYuI
Difa bangkit dan kembali memakai semua pakaiannya.
701Please respect copyright.PENANATpCxOSz2Uy
“Kamu tunggu di sini, aku mau mandi dulu sebentar terus kita bicara lagi,” kata Bram.
701Please respect copyright.PENANAMi7DHeQSmC
Bram langsung masuk ke kamar mandi, menyalakan shower dan membasuh seluruh tubuhnya. Semburan air shower meredakan lagi nafsunya dan mendinginkan kepalanya.
701Please respect copyright.PENANAQRbx2YOdmX
Tak lama kemudian, Bram keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang menutupi seputar pinggang ke bawah. Difa masih duduk di tempat tidur, tanpa bicara.
701Please respect copyright.PENANAD60gLslTEh
“Bapak… nggak suka sama saya?” kata Difa lirih ketika Bram duduk di sebelahnya. Bram tersenyum sambil menaruh tangannya di atas tangan Difa.
701Please respect copyright.PENANAfcu0wftkrh
“Bukan…” kata Bram, “tapi ada yang lebih berhak nyentuh kamu nanti. Siapapun dia, aku nggak mau ngambil haknya. Aku udah punya istriku, Difa.”
701Please respect copyright.PENANA53NVoSJJsm
Difa menengok agak tak percaya.
701Please respect copyright.PENANA0rNjzkfY9e
“Tapi saya udah dibayar…” katanya lagi.
701Please respect copyright.PENANA8IKuw9jogp
“Nggak usah ungkit-ungkit itu. Kamu kan datang ke sini mau mijat aku, dan tadi kamu udah mijat. Pijatanmu enak. Kuanggap kerjaan kamu sudah selesai.” Bram beranjak ke meja, mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang. “Ini, lumayan buat uang jajan kamu.”
701Please respect copyright.PENANAZrCqGzuZD0
“Aduh, Pak… apa nggak terlalu banyak ini? Saya kan cuma mijet…” kata Difa sungkan.
701Please respect copyright.PENANAznFTmbSW2X
“Terima saja,” kata Bram. Difa pun mengantongi tips dari Bram itu.
701Please respect copyright.PENANAzqPayzGtS0
“Ka-kalau gitu… saya pamit pergi dulu Pak…” kata Difa.
701Please respect copyright.PENANAxgFWEZEZ9F
“Eh tunggu dulu,” kata Bram. “Minta nomor telepon kamu.”
701Please respect copyright.PENANA53aGTQFuxs
Difa menyebutkan nomor telepon, yang langsung dimasukkan Bram ke dalam HP-nya.
701Please respect copyright.PENANAVQz3eRYkPR
“Aku mau buka usaha di sini,” kata Bram. “Mungkin aku bakal perlu karyawati. Barangkali kamu mau ganti pekerjaan…”
701Please respect copyright.PENANA8ToHTA5FZP
“Makasih, Pak… makasih banyak,” kata Difa. Bram mengantar gadis pemijat itu ke pintu kamar dan membukakan pintu. Dilihatnya gadis itu tersenyum lega.
701Please respect copyright.PENANAlaPVJK07F3
Setelah Difa pergi, Bram kembali memikirkan Tia.
701Please respect copyright.PENANAzcf2JQYMlE
Bram merasa sudah berbuat yang benar dengan tidak mengambil kehormatan Difa tadi.
701Please respect copyright.PENANAVZnSkIeia7
Tidak, dia tidak perlu perempuan lain lagi.
701Please respect copyright.PENANAbRRegQftBW
Dia hanya perlu Tia.
701Please respect copyright.PENANAuMPUfXatoW
Dan urusan di sini sebenarnya sudah selesai.
701Please respect copyright.PENANA4d1o0NH2PH
Bram meraih telepon kamar hotel dan minta disambungkan dengan biro perjalanan. Dia ingin tahu apa kepulangannya bisa dipercepat.
701Please respect copyright.PENANAID434fDu60
*****
701Please respect copyright.PENANAYkdaeyldYj
Pada hari yang sama ketika Bram bertemu Difa, Tia diminta Mang Enjup datang ke kantor untuk membicarakan rencana negosiasi proyek dengan Walikota. Tia pergi sendirian dan langsung menuju kantor Mang Enjup. Febby sekretaris Mang Enjup yang biasanya duduk di satu meja di luar kantor tidak ada.
701Please respect copyright.PENANAjx8qwkPCt0
701Please respect copyright.PENANAlHiqyb47bX
Tia
701Please respect copyright.PENANAXTsmSyayIu
“Non Tia sudah ditunggu,” terdengar kata-kata seorang laki-laki.
701Please respect copyright.PENANAZXfeH2XAmk
Di luar kantor Mang Enjup juga ada Danang yang, seperti biasa, tidak jelas apa kerjaannya di sana. Dialah yang memberitahu bahwa Tia sudah ditunggu. Melihat Tia datang, Danang nyengir dan tersenyum mesum ke arah Tia.
701Please respect copyright.PENANAkCk03tnnwD
Yang membuat Danang rada kaget, Tia membalas dengan senyum dan kerling genit.
701Please respect copyright.PENANAGLWDsUWONg
Danang memperhatikan penampilan Tia yang tampak menarik dalam kemeja lengan panjang abu-abu dan rok pendek hitam. Kemejanya ketat. Danang berani sumpah, dia yakin Tia tak sedang memakai bra karena dia melihat puting Tia mencuat di balik bahan kemeja itu…
701Please respect copyright.PENANAm5TRrJFxwz
“Aku masuk ya…” kata Tia sambil menoleh ke Danang dan melangkah menuju pintu.
701Please respect copyright.PENANAkNCFQEzwj1
Danang lantas merasakan semua darah ke tubuhnya mengalir menuju bawah perut. Tak tahan dia dengan keseksian Tia yang menggodanya.
701Please respect copyright.PENANACPTUstsq6D
*****
701Please respect copyright.PENANAbv9SkGMZ8H
“Punten…” Tia mengucap salam ketika masuk. Begitu dia masuk, dia melihat pemandangan tak biasa.
701Please respect copyright.PENANAxjgfhLJ1xJ
Ada dua perempuan yang sedang berada di kanan kiri Mang Enjup. Mang Enjup sendiri berada dalam keadaan berantakan, kemejanya terbuka sehingga dadanya yang sudah keriput terlihat, mulutnya terengah-engah, keringat menitik di wajahnya.
701Please respect copyright.PENANAC7c2p4nvt5
Tia mengenali salah seorang dari dua perempuan itu sebagai Febby, sekretaris Mang Enjup, seorang perempuan berkacamata, berhidung mancung, berambut megar sebahu. Tapi Febby bukan sedang mengenakan pakaian kantor seperti biasa, melainkan tank top ketat berbelahan rendah dan rok mini. Make-upnya juga lebih tebal dari biasa.
701Please respect copyright.PENANAnxyHY9ADHb
701Please respect copyright.PENANAgyjLWXbDwd
701Please respect copyright.PENANAPoVhpItiTi
Febby
701Please respect copyright.PENANA2iVXz0iAno
701Please respect copyright.PENANAFAVveYPYIj
“Selamat pagi, Mbak Tia,” sapa Febby. Perempuan satunya lagi Tia tidak kenal. Dan dia jelas sedang tidak memakai pakaian orang kantoran. Nyaris tidak berpakaian, malah. Cuma celana dalam berenda dan bra pink. Perempuan itu nyengir konyol ketika melihat ada yang datang, dan dia terlihat membungkuk di samping Mang Enjup, tangannya seperti memegang sesuatu di pangkuan Mang Enjup. Rambutnya dicat merah, ukuran dadanya tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang ramping. Riasan menor menutupi wajahnya yang terlihat lebih tua daripada Tia dan Febby: bibir merah, bulu mata palsu, alis ditato.
701Please respect copyright.PENANAEk7fK2MuKr
“Ka dieu, Neng,” panggil Mang Enjup dengan suara lirih, seperti orang kecapekan. Sebenarnya adegan yang sedang berlangsung di sana sangat tidak wajar, karena sedang ada dua perempuan berpakaian seksi merubung Mang Enjup. Tia sendiri heran dan dia melangkah maju pelan-pelan, tapi begitu tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Mang Enjup yang tetap tajam, dia merasa tidak perlu ke mana-mana.
701Please respect copyright.PENANAKUhKX5sE3n
Ketika makin dekat, Tia jadi bisa melihat apa yang sedang dilakukan Febby dan si rambut merah. Celana Mang Enjup terbuka, kemaluannya tegak, dan kedua perempuan itu sedang membelai-belainya. Tapi si rambut merah sesekali menjepit bagian pangkal batang dan menekan daerah di bawah buah pelir Mang Enjup. Rupanya itu semacam cara untuk mencegah ejakulasi. Agaknya Mang Enjup sedang menjalani “terapi” untuk mengatasi masalah ejakulasi dini-nya.
701Please respect copyright.PENANA0bzSsRVkld
Tia terpaku, tak tahu mesti berbuat apa. Dia memang dipanggil oleh Mang Enjup, tapi apa maunya Mang Enjup?
701Please respect copyright.PENANAUFjNv6LVKU
Febby berdiri dan membuka satu laptop yang ada di meja, lalu duduk di atas meja sambil menyilangkan kaki.
701Please respect copyright.PENANAD3tsT5zubp
“Duduk, Mbak Tia,” kata Febby sambil menunjuk kursi di depan meja Mang Enjup. Mang Enjup terengah-engah, sepertinya keenakan penisnya dikocok, kadang meringis karena ejakulasinya dibatalkan pencetan jari si rambut merah. Tia duduk dan pandangannya mengikuti tangan Febby yang menunjuk layar laptop. Di situ ditayangkan beberapa tabel dan presentasi terkait proyek yang sedang diperebutkan perusahaan mereka dengan perusahaan-perusahaan milik dua orang yang Tia temui di pesta Walikota. Febby menjelaskan situasi terbaru dan rincian tender proyek kepada Tia. Wajah Tia berkerut selagi mengikuti penjelasan Febby, tanpa menghiraukan Mang Enjup yang asyik sendiri.
701Please respect copyright.PENANAiPNOuaRHbW
Febby selesai memberi penjelasan dan Tia merasa cukup mengerti tentang semua hitungan dan rencana yang dijabarkannya. Mang Enjup ikut bicara, “Tapi, ada yang lebih penting lagi, Tia.” Mang Enjup lalu menyentuh lengan si rambut merah. “Jana…” kata Mang Enjup, menyebut nama si rambut merah.
701Please respect copyright.PENANAk88K25BnIs
701Please respect copyright.PENANAdkYhWzBvy8
Jana
701Please respect copyright.PENANASffIIMtybq
“Kenalan dulu, Mbak Tia… saya Jana,” katanya. Jana langsung mendekati Tia, lalu meminta Tia berdiri. Jana mengamati sekujur tubuh Tia, berjalan mengelilingi Tia sambil pandangannya naik turun.
701Please respect copyright.PENANAOFfvI4h5Zu
“Mantap…” kata Jana sambil tiba-tiba meremas pantat Tia.
701Please respect copyright.PENANAFSWVjP5hHU
“Aih!!?” Tia kaget.
701Please respect copyright.PENANAFoHC9EwLcN
“Bahenol juga ya… pantesan cuma kamu yang dimau’in,” kata Jana. Tia tidak mengerti maksudnya.
701Please respect copyright.PENANAyCVpNxIBGH
“Biasanya saya yang ditugasin untuk bantu lobby pejabat,” kata Jana lagi, “atau anak buah saya. Tapi buat yang satu ini emang susah dari dulu. Dia pilih-pilih banget. Kalau sembarang orang, pasti ditolak. Tapi kalau Mbak Tia pasti bisa deh.”
701Please respect copyright.PENANAAOGmYqvcz1
“Ah… Maksudnya?”
701Please respect copyright.PENANAYdjiL60fKZ
“Pak Walikota maunya si Neng,” kata Mang Enjup. “Biasanya Mang minta bantuan Jana atau teman-temannya, tapi ternyata ga ada yang cocok ama Pak Walikota. Emang dia seleranya lain, ga mau sama yang biasa, maunya sama yang luar biasa kayak Neng Tia.”
701Please respect copyright.PENANA7HNabUqm3w
“Tapi… kenapa harus saya? Kan mestinya sama aja…” tanya Tia.
701Please respect copyright.PENANApVLzySzwXL
Jana tertawa. Febby menahan ketawa. Mang Enjup bicara.
701Please respect copyright.PENANA1drgzk3sEp
“Tia, dengerin Mang yah. Tia sudah lihat yang ditunjukin Febby tadi kan. Kamu tahu seberapa bernilai proyek itu buat perusahaan kita ini? Gede banget, dan semua berharap kita bakal dapat. Barangkali kamu belum tahu, untuk proyek-proyek sebesar itu biasanya kita sebagai pengusaha mesti ngejalin hubungan baik sama orang-orang yang pegang kuasa—pejabat dan semacamnya itu lah. Selama ini kerja Mang di perusahaan ini ya seperti itu. Nah, buat proyek ini, kita perlu persetujuan dari Pak Walikota. Makanya kita perlu Neng Tia. Soalnya, Pak Walikota sudah sering ngasih petunjuk, salah satu yang paling dia harapin itu adalah bisa ada hubungan baik dengan Neng Tia.”
701Please respect copyright.PENANA1vejbAUhzA
Sesudah mendengar penjelasan Mang Enjup yang dibungkus-bungkus itu Tia masih tetap belum mengerti. Ganti Jana yang bicara.
701Please respect copyright.PENANAPatFMxJ404
“Biasanya, Mbak Tia, saya ngurus bagian entertain dalam lobi proyek,” kata Jana. “Yah kita udah tahu lah, pejabat pasti minta bagian. Bisa uang, fasilitas, hadiah. Udah biasa juga kalau kita nyediain hiburan juga. Pejabat itu kebanyakan laki-laki kan. Nah yang namanya laki-laki pastinya suka yang cantik-cantik, jadi saya yang biasa nyediain. Cuma… Pak Walikota ini agak susah. Dari dulu emang gitu dia. Bukannya dia sok alim atau ga suka yang cantik-cantik sih. Tapi emang seleranya maunya yang susah. Saya udah coba nyodorin yang tua, yang muda, yang masih perawan, tapi semuanya ditolak sama dia. Pusing kan kita mikirnya.”
701Please respect copyright.PENANA48B3rUTkzO
“Nah,” sambung Mang Enjup, “Sebelum pesta kemarin itu Mang kan sering ketemu Pak Walikota buat ngomongin ini proyek. Pak Walikota kalau ketemu Mang seriiing banget nanyain, mana Neng Tia, kok nggak dibawa. Mang tahu sih Pak Walikota udah perhatiin kamu dari dulu. Mang juga udah jelasin status kamu. Tapi kelihatannya sih Pak Walikota maunya cuma sama kamu.”
701Please respect copyright.PENANAzoe2b1yVSA
Tahu-tahu, Jana sudah merangkul dan menggerayangi Tia. “Mbak Tia cakep banget deh,” ujar Jana sambil satu tangannya meremas pantat Tia lagi. “Pantes aja Pak Walikota cuma maunya sama Mbak Tia. Cakep, anggun lagi. Bener-bener high class. Saya aja jadi minder ngelihat Mbak.”
701Please respect copyright.PENANAIN04wbOewX
Andai pikiran Tia masih normal, mungkin dia akan berusaha mengelak begitu tahu arah kata-kata Mang Enjup. Tapi tidak… Tia yang sekarang bukan lagi Tia yang polos, malu-malu, dan konservatif. Sejak Citra mengubah penampilannya, Mang Enjup dan Dr Lorencia mengacak-acak pandangannya, dan berbagai pengalaman berpetualang dilaluinya, kepribadian Tia berubah. Dia tak lagi merasa perlu membatasi dirinya dengan hanya menyerahkan tubuhnya kepada suaminya yang sah. Dia sudah tahu bahwa kenikmatan badan bisa didapat dari mana saja, dan buat dia itu tak salah. Dia tetap seorang istri, tapi dia tak ubahnya seorang pelacur juga. Dia tak lagi sungkan berhubungan seks dengan semua orang.
701Please respect copyright.PENANAypaLuks8tB
Jana yang berposisi di belakang Tia kini menyandarkan mukanya ke bahu Tia, menghirup wangi rambut Tia dan meremas payudara Tia. Tia mendesah sebagai reaksi gerakan Jana itu. Febby tetap duduk di atas meja, sementara Mang Enjup juga tetap duduk di kursinya tanpa merapikan pakaiannya.
701Please respect copyright.PENANA4siI1yFGlL
“Makanya… Tolong yah, Neng?” pinta Mang Enjup. Tia tak bisa konsentrasi karena digerayangi terus oleh Jana. Mang Enjup menyambung, “Peran seperti ini cuma Neng yang bisa.”
701Please respect copyright.PENANAnB3EJhUawK
Tia berpikir sebentar, wajahnya berkerut, tapi dengan cepat dia mencapai kesimpulan.
701Please respect copyright.PENANAltcTt7ddXd
“Iya, Mang. Tia siap.”
701Please respect copyright.PENANAIF1111db1Y
Mang Enjup tersenyum lebar. Jana bertepuk tangan.
701Please respect copyright.PENANAOg5wg0nA7v
Tia tersenyum nakal. “Omong-omong, Mang lagi ngapain sih, kok telanjang?” tanyanya. Mang Enjup tertawa mendengar Tia bicara seperti itu, tak sungkan dan tak malu-malu.
701Please respect copyright.PENANAGoNQGX5PKi
“Ini Mang lagi terapi, hehehe,” kata Mang Enjup. “Dibantuin Jana…”
701Please respect copyright.PENANAKrJfjSwl7y
“Terapi kejantanan, …hihihi,” Jana menimpali. “Mbak Tia mau ikutan?”
701Please respect copyright.PENANAHULneD5lDX
“Boleh juga,” tanpa diduga Tia setuju, “Hitung-hitung latihan… Ih si Mang udah tegang gitu…”
701Please respect copyright.PENANAR99KZ0QFQ2
Tia mendekat ke arah Mang Enjup. Melihat itu, Febby dan Jana juga bergerak, sehingga Mang Enjup kini dikelilingi tiga perempuan cantik. Seperti raja dengan selir-selirnya saja.
701Please respect copyright.PENANAGkYsT8EEsp
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Tia dengan sadar siap menyerahkan diri dan menggoda Mang Enjup, laki-laki tua pembantu orangtuanya yang sudah dikenalnya dengan baik sejak kecil itu. Sebenarnya sejak ditinggal Bram, Tia agak frustrasi karena kebutuhan seksnya tidak ada yang melayani. Makanya ketika dia digarap Dr Loren dan Danang-Reja beberapa hari lalu, sebenarnya dia melayani dengan suka rela, asalkan bisa mengecap kenikmatan.
701Please respect copyright.PENANABtqgWtDWSm
“Coba kita lihat hasil terapi tadi…” kata Jana, lalu tiba-tiba dia mendekati Tia dan kembali menggerayangi. Febby terpikir untuk meramaikan suasana, jadi dia menuju laptopnya dan mulai memutar musik dance. Dia kemudian mendekati Tia dan Jana sambil bergoyang ikut irama. Jana juga ikut-ikutan, sambil menggerak-gerakkan tubuh Tia, mengajak Tia ikut dance. Tia terbawa juga, mulai meliuk-liukkan tubuhnya yang indah. Mang Enjup jadi ngiler melihat tiga perempuan cantik bergoyang aduhai di depannya. Febby dan Jana bergerak luwes seperti sudah biasa ajojing. Jana apalagi, dia yang sejatinya bekerja jadi agen cewek panggilan dan penari tanggal baju setelah sebelumnya malang melintang di dua profesi itu, sudah kenyang pengalaman memikat hati dan tubuh laki-laki lewat goyang tubuhnya. Tia saja yang agak kaku.
701Please respect copyright.PENANARzEy15z9YM
“Mbak Tia cantik… Kita buka yah?” Jana bergoyang sambul memeluk Tia dari belakang, dan mengatakan itu sambil meraba tubuh Tia. Jana melepas satu-satu kancing kemeja Tia.
701Please respect copyright.PENANAmexzhd7Fq5
“Uhh…” Mang Enjup melenguh ketika melihat apa yang tampak di balik kemeja abu-abu Tia. Tadi waktu di luar, Danang mengira Tia tidak memakai bra karena bisa melihat puting Tia mencuat di balik kemeja. Ternyata itu benar, dan sekarang Mang Enjup melihat sepasang buah dada sintal Tia.
701Please respect copyright.PENANAREDf9hDOQh
“Wuaaah… berani banget ya Mbak Tia…” puji Jana sambil membelai-belai payudara Tia. “Nggak nyangka dari tadi sudah nggak pake beha!” Memang Tia dari tadi tak memakai bra. Dari rumah. Dan sepanjang perjalanan, dia terangsang karena menikmati pandangan orang-orang yang tergiur kecantikannya. Jana membantu Tia melepas kemejanya sehingga Tia pun akhirnya berdiri topless di depan Mang Enjup yang mulai kelabakan.
701Please respect copyright.PENANAmIcjiDHhO1
“Aduh… duh meni geulis Neng Tia…” keluh Mang Enjup. Tia melangkah maju mengikuti hentakan irama musik dari laptop Febby ke hadapan Mang Enjup. Mang Enjup tetap duduk, kemaluannya yang dari tadi ereksi mengacung ke depan. Tia menjulurkan tangan dan menadah bagian bawah batang kejantanan Mang Enjup yang tak seberapa besar. Satu tangannya lagi bertumpu di paha Mang Enjup selagi dia membungkukkan badan, membuat kedua susunya bergelantungan. Tia menengadahkan muka, mulutnya terbuka, matanya liar dan lapar.
701Please respect copyright.PENANAYMyjjgepFE
Ketika bekerja di rumah orangtua Tia dulu, Mang Enjup mengingat Tia sebagai gadis kecil yang manis dan polos. Kesan manis dan polos itu kini sudah hilang, tertutup ekspresi seksi dan binal. Wajah gadis kecil yang diingat Mang Enjup itu kini berubah, dengan bibir merah penuh, pipi merona, mata tajam berhias warna. Tia mengerling, menjilat bibir, menggoda Mang Enjup. Jemarinya membelai halus penis Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAt9KZX6kJFJ
Mang Enjup sudah tak perlu lagi menggunakan ilmunya.
701Please respect copyright.PENANAaEODLrPorQ
Wajah Tia merambat dari dekat selangkangan Mang Enjup ke dada Mang Enjup, dan Tia mulai menjilat dan mengisap putting Mang Enjup. Mang Enjup kemudian melihat wajah mesum Tia sudah berada tepat di depan wajahnya, bibir Tia bertemu bibirnya, dan lidahnya disedot Tia yang dengan ganas menciumnya.
701Please respect copyright.PENANAywUPn2YFL7
Mana tahan Mang Enjup! Benihnya yang sudah dari tadi berhasil ditahan meski menghadapi Febby dan Jana, langsung memaksa keluar. Rangsangan dari Tia, tangan dan wajah dan aksi, memicu ejakulasi.
701Please respect copyright.PENANAbnmlfW4pVD
“Auhhh…” keluh Mang Enjup lirih, hasil terapi ejakulasi dini-nya langsung buyar seketika di tangan Tia, membuat cairan kental tersembur mengotori lantai di depan kursi. Tia segera melepas ciumannya dan tersenyum sinis.
701Please respect copyright.PENANAfn4rl4smqk
“Mang… Payah deh ah… Masa’ udah keluar…” kata Tia.
701Please respect copyright.PENANAdXgFbdsqZg
Mang Enjup yang masih terengah-engah sesudah keluar tanpa perlu memasukkan kemaluannya ke mana-mana itu masih mendapat hiburan berupa kesenangan kecil, dari kata-kata nakal Tia barusan.
701Please respect copyright.PENANAJDmc7W6Mow
Dia telah berhasil merusak Tia. Kini Tia pun menjadi satu lagi perempuan baik-baik yang dijadikannya binal.
701Please respect copyright.PENANAumB2wS2yT5
Laki-laki tua itu terengah-engah lelah. Tapi puas. Puas sekali.
701Please respect copyright.PENANAYbSjC7eXah
“Belum juga masuk, mana enak… Tia bikin bangun lagi, ya, Mang?” kata Tia dengan suara menggoda. Bunyi musik dance dari laptop Febby masih membahana, sehingga bagian dalam kantor itu seperti diskotik saja rasanya. Tia kembali bergoyang seksi, kali ini dia menarik Febby yang dari tadi diam saja. Febby mengerti dan keduanya pun menari sensual di depan Mang Enjup. Benar-benar posisi Mang Enjup ibarat seorang raja zaman dulu, dirubung selir-selirnya, menikmati pertunjukan tari yang menawan hati di depan mata. Tapi kemaluannya kisut lemas sesudah dibuat muncrat Tia tadi.
701Please respect copyright.PENANATz1Ea2q80y
Tia memeluk Febby dalam posisi berhadapan, sambil menoleh ke arah Mang Enjup dan mengerling nakal. “Mang, lihat nih,” kata Tia sambil menggerayangi Febby. Sekretaris Mang Enjup itu mendesah-desah ketika Tia mencupang lehernya, menyibak rambut tebalnya. “Ahh… uh… ah…” desah Tia seksi selagi tangannya mencengkeram rambut Febby dan memaksa si sekretaris menyedot dan mengenyot pentilnya.
701Please respect copyright.PENANAmQFLYcNMJK
Jana berkomentar, “Boleh juga nih! Ikutan dong! Ayo kita bikin Mang bangun lagi!” dan langsung membuka kaitan bra-nya sambil menari-nari. Dia ikut topless seperti Tia, sayang payudaranya sudah mulai turun dan berpentil gelap, tubuhnya memang mulai kalah dengan tubuh Tia dan Febby yang lebih muda. Jana tidak mendekati Tia dan Febby yang bercumbu, malah dia mendekati Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAQ7GAQImFjw
“Mang masih suka aku gini’in kan…” kata Jana yang kemudian berlutut di depan selangkangan Mang Enjup, kemudian mulai memasukkan kemaluan yang masih lemas itu ke dalam mulutnya. Sebagaimana banyak perempuan di sekeliling hidup Mang Enjup, Jana juga dulu dirusak oleh Mang Enjup. Namanya sekarang, Jana, adalah perubahan nama aslinya yang berarti cahaya di suatu tempat indah bagi manusia-manusia budiman kelak; Jana aslinya seorang gadis taat dari keluarga miskin dengan kampung halaman di pulau seberang, yang suatu hari datang membawa CV dan surat lamaran ke kantor Mang Enjup demi mendapat penghidupan lebih baik. Sayang, bibir sensualnya yang polos menarik perhatian laki-laki mesum berilmu gendam itu, sehingga, seperti kupu-kupu tersangkut jaring laba-laba, Jana pun terjerat. Menjelang akhir wawancara pertama, pakaiannya yang sopan telah bertebaran di lantai kantor, bagian-bagian tubuhnya yang biasa tak dia tunjukkan untuk sembarang orang sudah terungkap semua, dan bibir tebalnya yang polos namun sensual ternoda cairan kelelakian Mang Enjup. Jana diterima bekerja di kantor Mang Enjup, dengan jabatan resmi sebagai asisten namun pekerjaan sebenarnya adalah menjadi salah satu wanita penghibur pelancar negosiasi. Kehidupannya pun berubah, dia mulai memakai baju minim dan berdandan seksi sehingga memicu masalah dengan keluarganya yang konservatif. Namun jiwanya sudah dicengkeram Mang Enjup sehingga dia malah memilih melupakan keluarganya. Terjerumuslah Jana ke dunia hitam dan dia pun sepenuhnya berkecimpung di sana, sesudah cukup berpengalaman, dia mulai coba-coba mengajak gadis-gadis muda untuk mengikuti jejaknya melacur. Kini sudah sepuluh tahun sejak Jana pertama kali masuk ke kantor itu dengan harapan mendapat pekerjaan.
701Please respect copyright.PENANARaJfUS2QK6
Jana terus mengisap, kepalanya maju-mundur sekujur kemaluan Mang Enjup yang masih tetap lemas, sambil matanya menatap penuh harap ke orang yang telah menggelapkan hidupnya. Jana tak pernah merasa benci kepada Mang Enjup; bertahun-tahun sudah berlalu dan cengkeraman mental Mang Enjup sudah sirna, tapi Jana sendiri sudah pasrah dengan jalan hidupnya. Kepala Jana makin terbenam ke selangkangan Mang Enjup, bibir dan lidahnya kini menggarap buah pelir laki-laki tua itu.
701Please respect copyright.PENANAC7SntMdk6U
Dulu sekali, Mang Enjup yang melihat indahnya bibir Jana memutuskan untuk membuat gadis itu menjadi ahli memuaskan laki-laki dengan bibirnya. Jadi sepanjang Jana bekerja di bawah Mang Enjup, Mang Enjup sering menyuruh Jana menyervis dengan bibirnya, dan melatih Jana agar mau berbuat apa saja dengan bibir seksinya itu.
701Please respect copyright.PENANAxrzhdsjtUn
Maka sekarang Jana mempraktikkan hal-hal yang diajarkan Mang Enjup kepadanya: dia menciumi dan menggigit-gigit lembut bagian pangkal paha Mang Enjup, mengulum dan menjilati biji, memuja seluruh selangkangan itu dengan bibirnya yang merah. Mang Enjup mengerang keenakan, tangannya memegang belakang kepala Jana, memberi tanda kepada Jana untuk melanjutkan.
701Please respect copyright.PENANA8lgosVhU3k
Jana melanjutkan pelan-pelan, tahu bahwa Mang Enjup yang sudah tidak muda lagi itu tak akan cepat pulih. Mukanya terbenam di antara dua sisi pangkal paha dan di bawah kemaluan Mang Enjup, lidahnya melejit menyusuri ke bawah, dari dasar kantong biji Mang Enjup terus ke bawah, menuju dubur laki-laki tua itu. Ujung lidah Jana bergerak ke kanan-kiri dan menyapu lubang dubur Mang Enjup, kemudian naik lagi sampai menjilati bagian belakang buah pelir Mang Enjup. Jana tak jijik sama sekali melakukan itu. Selama beberapa menit Jana terus menggarap kemaluan, buah pelir, dan lubang dubur Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAhcC8NFRyti
Tapi Jana sendiri terangsang berat dengan aksinya sendiri itu. Lagi-lagi itu ajaran Mang Enjup; karena mau mengeksploitasi bibir Jana, maka dulu Mang Enjup menanamkan sugesti bahwa Jana bisa terangsang apabila dia sedang meng-oral laki-laki. Mang Enjup sendiri merasa keenakan sampai-sampai dia tidak bisa berdiri, karena memang di antara kemaluan dan dubur ada titik sensitif yang berkali-kali dirangsang Jana, tapi kejantanannya belum juga bangun.
701Please respect copyright.PENANAPQsEh5u0vV
Jana menoleh dan melihat Tia dan Febby sudah saling membugili. Dia memanggil kedua perempuan yang lebih muda itu supaya tidak asyik sendiri. Kemudian Jana menunjuk ke satu sofa di samping meja kerja Mang Enjup, yang bersandar ke tembok. Febby dan Jana membantu Mang Enjup berdiri, dan laki-laki tua itu tertatih-tatih lemas dipapah dua perempuan cantik ke sofa. Begitu Mang Enjup duduk lagi, Jana kembali berlutut di depannya, sementara Febby duduk di sebelahnya, menjulurkan tangan dan mengelus-elus kemaluan Mang Enjup yang masih juga ngadat. Dengan Mang Enjup dikerubungi seperti itu, di mana posisi Tia? Tia melangkah naik ke sofa, berdiri mengangkangi pangkuan Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAn8RvTxIyOq
“Mang,” kata Tia, “lihat nih… memekku…”
701Please respect copyright.PENANA9L82PZO3f9
Mang Enjup membelalak. Dalam posisi seperti itu, bagian bawah perut Tia tepat berada di depannya, dan tangan Tia meraih ke bawah merentang vaginanya sampai bagian dalamnya yang berwarna pink dan basah terlihat. Tia menjolokkan jarinya sendiri ke dalam, mengobel vaginanya sendiri.
701Please respect copyright.PENANAT6jpMK1198
“Ayo Mang… bikin Tia enak Mang… Jilatin memek Tia Mang…” pinta Tia. Melihat Mang Enjup kewalahan karena bagian bawah tubuhnya diurusi Jana dan Febby, Tia berinisiatif sendiri, menyodorkan kewanitaannya langsung ke muka Mang Enjup sementara tubuhnya merapat ke tembok di belakang sofa.
701Please respect copyright.PENANAABFUeGL7IV
“Haohhh! Ayo jilatin Mang! Terus Mang!” jerit Tia selagi lidah Mang Enjup memasuki vaginanya. Tia mulai memain-mainkan payudaranya sendiri. Sekali-sekali dia berseru, “Terus jilatin,” dan “Entot Tia Mang” sementara nafasnya memburu. Setelah dirangsang terus, kewanitaan Tia mulai mengeluarkan cairan sehingga bibir Mang Enjup pun basah belepotan, tapi Tia tak peduli, dia terus memaksakan memeknya mendesak muka orang yang dulu dihormatinya itu.
701Please respect copyright.PENANAMKSrmh7VZe
Lama sekali ketiga perempuan itu berusaha membangkitkan kejantanan laki-laki yang telah merusak mereka. Mungkin sampai setengah jam. Jana merangsang di dekat anus, Febby mengocok serta menjilati batang penis, sementara Tia menyodorkan vaginanya untuk dilalap Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAvYOZ3RzcmT
“Sudah naik lagi nih!” teriak Febby girang sesudah dia melihat kemaluan Mang Enjup akhirnya keras lagi. Di antara ketiga perempuan yang ada di sana, Febby-lah yang saat ini paling sering menjadi pasangan seks Mang Enjup, karena kedekatannya sebagai sekretaris. Aslinya Febby mulai bekerja di perusahaan itu di bagian lain, tapi suatu hari dia dipindah menjadi sekretaris Mang Enjup. Mang Enjup langsung mengacak-acak hidup Febby begitu gadis berkacamata berhidung mancung itu jadi bawahannya, sedikit demi sedikit: pertama, Febby dibuat tak lagi tertarik dengan pacarnya, sehingga pemuda malang itu akhirnya diputus oleh Febby. Kemudian Febby yang aslinya berpenampilan tomboy dipengaruhi sehingga berubah: dulu Febby berambut pendek dan biasa mengenakan celana panjang ke kantor, sekarang Febby memelihara rambutnya jadi panjang dan megar, dan dia selalu memakai rok mini dan sepatu hak tinggi. Dan Mang Enjup juga membuat Febby jadi mudah cepat orgasme, karena Mang Enjup ingin sekretarisnya itu bisa puas biarpun disetubuhi hanya beberapa menit. Kalau Febby susah puas, bisa-bisa dia tidak setia dan mencari-cari kenikmatan dari orang lain. Sementara itu kemampuan kerja dan sikap dingin Febby tetap seperti semula.
701Please respect copyright.PENANAL68LQhLRT4
Nah, seperti sudah dijelaskan, oleh Mang Enjup, Jana dibuat mudah terangsang apabila sedang melayani laki-laki dengan bibirnya, sementara Febby dijadikan cepat mendapat orgasme. Keduanya sedari tadi tidak diam saja. Febby sempat mengalami orgasme kecil ketika tadi digerayangi Tia, sementara Jana memainkan lidahnya di selangkangan Mang Enjup sambil bermasturbasi dan menuju klimaks. Sementara Tia tidak juga puas biarpun sudah memaksa Mang Enjup menjilati kemaluannya.
701Please respect copyright.PENANA0VutgpVPPx
“Tia, Tia, kamu entot Mang, sekarang!” pinta Mang Enjup. Tia mengerti, dia langsung menurunkan tubuhnya menyambut tegak kembalinya kejantanan Mang Enjup. Penis Mang Enjup yang sedang tegak itu diarahkan oleh Febby ke arah belahan vagina Tia. Tia yang mengangkangi selangkangan Mang Enjup pelan-pelan menurunkan tubuh sehingga masuklah penis tua itu ke dalam belahan kewanitaannya yang basah. Tapi memang punya Mang Enjup tidak sebesar penis banyak orang yang pernah dicobanya. Jadi “kurang berasa” untuk Tia. Ekspresi wajahnya tak berubah ketika dimasuki batang Mang Enjup. Jana ikut nimbrung, dia mengalihkan perhatian ke pantat Tia. Ketika lidah Jana mulai menyapu belahan pantat Tia, Tia merinding.
701Please respect copyright.PENANAmKJc209sWm
Tia mulai menaikturunkan tubuhnya, menjepit kejantanan Mang Enjup dengan vaginanya, sambil menciumi wajah Mang Enjup. Suara desahannya tak sebegitu intens, jelas karena dia masih belum puas dengan ukuran barang yang mempenetrasinya.
701Please respect copyright.PENANAIwpiwCEvLo
Tapi ereksi yang diusahakan dengan susah payah sampai setengah jam itu tidak bertahan lama.
701Please respect copyright.PENANAFoFrPrXeyY
Mang Enjup mengeluarkan suara mengeluh panjang dan berejakulasi di dalam vagina Tia, setelah hanya empat-lima kali digenjot Tia. Semprotan maninya cepat berhenti, dan kemaluannya cepat sekali melemas dan kisut. Umur tak bisa dibohongi, sang perusak wanita itu tak lagi jantan, tiga perempuan seksi merubungnya pun disia-siakan begitu saja.
701Please respect copyright.PENANA8hHEha8WJK
“Heh?... Yaaah… Kok cepet lagi keluarnya? Aaahhh…” Tia merajuk.
701Please respect copyright.PENANA6SnA7HkpxA
“Aduh… maafin Mang,” kata Mang Enjup yang lemas. Tubuhnya yang tua itu terasa capek sekali; dua kali orgasme dalam waktu singkat sangat menguras tenaga. Mata Mang Enjup jadi sayu, dan dia jadi merasa mengantuk. Dan kepalanya terasa berkunang-kunang. Tanpa dapat menahan, Mang Enjup tertidur…
701Please respect copyright.PENANAWp6d6kjOxD
“Haahhh… malah tidur… Iiihh… “ keluh Tia. Febby merangkulnya dan membantunya turun dari pangkuan Mang Enjup.
701Please respect copyright.PENANAv9wI6qDrXA
“Sudah… Mbak Tia, biarin aja Bapak istirahat, jarang banget dia bisa ngecrot sehari dua kali dalam waktu berdekatan gitu. Sekarang Mbak Tia pulang aja ya? Penjelasannya kan udah, Mbak Tia juga udah tahu apa yang harus dilakukan,” bujuk Febby. Febby dan Jana mengajak Tia ke kamar mandi kecil di dalam kantor itu, lalu mereka bertiga membersihkan diri dengan shower, Tia mencuci vaginanya. Cairan yang dikeluarkan Mang Enjup di dalam dirinya hanya sedikit. Sesudahnya mereka mengeringkan diri dan berpakaian lagi.
701Please respect copyright.PENANAfk8bGf8QoQ
Ketika akan meninggalkan ruangan, Tia menengok ke Mang Enjup yang tertidur. Kedua “selir”nya—Febby dan Jana—memakaikan kembali baju dan celana Mang Enjup. Tia tersenyum melihat Mang Enjup yang menganga mulutnya dan ngorok ketika ketiduran di sofa, juga ketika melihat betapa perhatiannya Febby dan Jana kepada Mang Enjup. Entah apa yang dipikirkan keduanya terhadap laki-laki tua yang telah mengubah hidup mereka itu. Benci? Dendam? Acuh? Atau malah sayang?
701Please respect copyright.PENANAgBWANqoUOz
Tia melangkah keluar dengan tak puas. Sekali lagi dia melewati Danang yang duduk menumpangkan kaki di meja, dan kembali dia melirik genit ke arah Danang. Sayangnya Danang terlalu pengecut untuk menanggapi ajakan Tia itu. Padahal dia bisa saja jadi pelampiasan Tia yang tidak sempat dibikin puas oleh Mang Enjup. Tapi karena Danang tidak berani berinisiatif, maka dia cuma bisa gigit jari.
701Please respect copyright.PENANA1ro1dJGyYm
Tia pulang sambil mengingat-ingat penjelasan mengenai perannya dalam negosiasi tender mendatang. Dia perlu menggunakan tubuhnya untuk meyakinkan Pak Walikota. Pesan itu, tanpa diucapkan jelas oleh Mang Enjup maupun Febby dan Jana, sudah tertanam di kepala Tia.
701Please respect copyright.PENANAYaeNB9QaQL
Dan ketika Tia berbaring malam itu, tubuhnya yang belum terpuaskan membuat dia sulit tidur. Besok dia akan menghadap Pak Walikota, dan dia berharap Pak Walikota tidak punya masalah ejakulasi dini seperti Mang Enjup…
ns3.147.73.112da2