Setelah puas mengagalkan Anita untuk mengenal kakek dan nenek, serta menggangu malam minggu yang direncanakan Anita, Mala merasa dia mampu untuk mencegah tragedi kakaknya. Setelah itu, Mala mulai menyusun rencana di buku diarinya.172Please respect copyright.PENANAJ7YM8Ejf1c
Operasi melancarkan jalan kakak menuju S2 , tulisnya di bagian atas halaman.
Mala menunggu kesempatan setiap malam minggu, namun Rawi tidak memiliki agenda untuk keluar.172Please respect copyright.PENANATvCF78uiQu
Hari sabtu kembali datang, Mala berjalan mondar mandir di depan pintu kamarnya, mencemaskan kapan kak Anita akan beraksi.172Please respect copyright.PENANAG5FnfGDi1o
"Permisi... Mala..." Terdengar suara memanggil dari pintu depan rumah.172Please respect copyright.PENANAG8qxVbS08N
Mala bergegas turun dan membuka pintu, di dapatinya Noga dan Kala.172Please respect copyright.PENANAPdPtdn9AoJ
"Ada apa kemari?" tanya Mala tanpa mempersilahkan mereka masuk172Please respect copyright.PENANAsp9TzhZTwT
"Mau main aja, kirain kamu pergi malam mingguan." jawab Noga172Please respect copyright.PENANAOMnH2D5dQy
"Ikut kita main yok Mal, daripada dirumah aja." ajak Kala172Please respect copyright.PENANAn50qRbI8B6
"Maaf, aku lebih suka di rumah. Lagian jalanan macet kalau sabtu malam gini."
Rawi, melongok dari lantai atas, "Siapa dek?" teriaknya172Please respect copyright.PENANAQSUzmzCffR
"Temen kak."172Please respect copyright.PENANA2BuGXJ70HA
"Ajak masuk donk, jangan di depan pintu. Nanti kalau nenek pulang dimarahin loh." kata Rawi sambil berjalan menyusul adiknya.172Please respect copyright.PENANANHXw8bnKJZ
"Ayo masuk" Ajak Rawi pada kedua tamu adiknya, "Temen sekolahnya Mala?" tanya Rawi pada kedua tamunya yang telah duduk di ruang tamu.172Please respect copyright.PENANALY7UY7hRsY
"Iya kak, aku Kala, ini Noga." Kala memperkenalkan dirinya dan Noga.172Please respect copyright.PENANAxZAAmKh4LZ
"Mala, bikin minum sana dek," Rawi menyikut adiknya, Mala mengangguk dan pergi ke dapur "Ada perlu apa kemari?" Rawi yang tadi terlihat ramah, kini raut wajahnya menjadi sedikit tegas.172Please respect copyright.PENANApezkNrMLup
"Mau ngajak Mala keluar kak, tapi Malanya ngga mau kok." Noga merasa kalau kakak Mala tidak terlalu suka pada mereka.172Please respect copyright.PENANAwGmoLT9XY0
"Iya, Mala memang anak rumahan soalnya. Kalian satu kelas?" melihat adiknya keluar dari dapur bersama dua gelas air putih, Rawi kembali memasang raut wajah ramah.172Please respect copyright.PENANAib9v1lBDq4
"Beda kak, cuma waktu kelas satu bareng Kala, kelas dua bareng Noga. Sekarang beda kelas." Mala meletakkan gelas didepan masing-masing temannya itu.172Please respect copyright.PENANAsPr0tfFzpw
Rawi terus bertanya-tanya pada Kala dan Noga, hingga akhirnya Noga dan Kala merasa tidak mungkin bisa mengajak Mala pergi malam itu. Mereka pun akhirnya berpamitan.172Please respect copyright.PENANA87Dzw5fOMr
"Ya udah hati-hati, makasih udah mampir. Anter ke depan dek." Rawi membereskan gelas tamunya dan berjalan ke dapur.172Please respect copyright.PENANAEoWjhGJIdm
Mala mengantar tamunya hingga ke jalan depan rumah tempat mereka memparkirkan mobil.172Please respect copyright.PENANA9ozXDSV8DT
"Makasih ya Mal, kapan-kapan aku main lagi."172Please respect copyright.PENANABxBTtJY4HP
"Iya." jawab Mala singkat, setelah memastikan mobil itu mulai sedikit menjauh, mala berbalik untuk masuk ke dalam rumah.172Please respect copyright.PENANAkIxNla0hU8
"Dasar memang susah dikasih tau ya." Terdengar suara nenek dari belakang Mala, tiba-tiba Mala merasa kepalanya tertarik ke belakang, nenek mencengkram kuat rambut Mala dan menariknya hingga masuk ke dalam rumah.172Please respect copyright.PENANAx9oVLGMu5Q
"Nek, sakit... Mala salah apa nek?" Tanpa mempedulikan erangan cucunya, nenek terus menyeret Mala hingga ke ruang tamu, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Mala.172Please respect copyright.PENANAtU78r8ny2z
"Beraninya kamu bawa masuk tamu laki-laki ke dalam saat rumah sepi, mau jadi apa kamu? Malu di lihat tetangga." 172Please respect copyright.PENANA7H5SEmcElY
Mendengar keributan, Rawi yang sudah selesai mencuci gelas keluardari dapur.172Please respect copyright.PENANA3CHGuXMErF
"Kenapa sih kok nenek marah-marah?" tanya Rawi, dilihatnya Mala dengan rambut acak-acakan, tangan kiri menutupi pipinya.172Please respect copyright.PENANAK9cZe6nGmx
"Apa lagi kalau bukan karena adikmu yang tidak bisa di atur ini. Bukannya sekolah yang bener, malah menggoda laki-laki. Memang ibu sama anak sama." Nenek kembali meraih rambut Mala dan menariknya.172Please respect copyright.PENANAfBam8s7gRH
"Ngga nek, sumpah, Mala ngga begitu." Mala berusaha menahan tangan neneknya, tapi sekarang Mala menerima pukulan di punggungnya.172Please respect copyright.PENANAL9gjGj9IAy
Rawi melihat neneknya seperti kesetanan segera memisahkan Mala dari neneknya.172Please respect copyright.PENANAykpmH6x8h4
"Nek, sabar nek. Dengerin dulu penjelasan Mala. Rawi tadi juga ada kok disini waktu tamunya datang sampai pergi." Rawi memeluk erat neneknya dari belakang.172Please respect copyright.PENANA27jXOk6Rx6
Nenek mengambil nafas panjang dan menenangkan diri, "Baguslah kalau ada kamu, jadi anak binal ini tidak sempat macam-macam."172Please respect copyright.PENANAAlyMdscFJO
"Nek!" Mala membentak dan berdiri di hadapan neneknya, "Mala ngga peduli soal kebencian nenek sama ibu, tapi yang nenek tuduhkan ke Mala itu berlebihan. Mala tau kalau nenek ngga pernah sayang sama Mala. Bahkan benci. Mau sampai kapan nenek seperti ini ke Mala? Kalau memang nenek benci sekali sama ibu, jangan lampiaskan ke Mala nek! Mala ngga tau apa permasalahannya. Kalau nenek memang sangat membenci Mala, sabar nek. Setelah lulus, Mala ngga akan lagi kembali ke rumah ini. Asal nenek tau, Mala selama ini diam karena nenek itu ibu dari ayahku. Mala menghormati nenek seperti hormat ke ayah. Tapi sekarang sudah habis rasa hormat Mala untuk nenek. Jadi sampai kelulusan Mala, tolong tahan kebencian nenek."172Please respect copyright.PENANAETUN3ltAbc
Menyaksikan luapan emosi adiknya, Rawi terbelalak "Dek..."172Please respect copyright.PENANAC4WvENXaKD
"Mala!! Bicara apa kamu nak?" Kakek yang baru saja tiba, kaget mendengar perkataan cucunya itu.172Please respect copyright.PENANAAyldjoIuNg
"Sudah pintar ngomong kamu." Nenek kembali melayangkan tangannya ke arah Mala, Mala menahan tangan neneknya.172Please respect copyright.PENANAlfGyKQxrLw
"Sudah nek. Cukup." Mala melepaskan tangan neneknya dan berlari menuju kamarnya.
"Nenek..."172Please respect copyright.PENANAjNUmzvzxNY
"Bu..."172Please respect copyright.PENANAnjJnmdnWw0
Rawi dan kakek teriak bersamaan, nenek memegangi dadanya, tubuhnya merosot ke lantai.172Please respect copyright.PENANAtSf1WqDECM
Mendengar ribut-ribut, Mala menoleh kebelakang dan mendapati kakak serta kakeknya panik, nenek sudah terkulai di lantai.
Nenek tengah berada di ruang UGD, Kakek dan Mala menunggu di depan ruang tersebut. Rawi berdiri agak jauh, menelepon ayahnya untuk memberi kabar.
172Please respect copyright.PENANASejdCg0ZBL
172Please respect copyright.PENANABDpbVPrcjv
N : Agak gelap dan seram ya.172Please respect copyright.PENANAXKtexyK8Lm
Mungkin ada yang akan membenci tacat karena membuat sosok nenek jadi seperti ini. Tapi percayalah, bahwa setiap orang punya peranan. Apalagi tokoh fiktif. Ada tugas yang harus mereka jalankan.172Please respect copyright.PENANAPhKFZwNzFn
Semoga nenekmu tidaklah seperti nenek Mala ya.172Please respect copyright.PENANAoIsYMVWc7J
172Please respect copyright.PENANAlQsHNyxtj8