
Flashback Kepulangan Rania.
267Please respect copyright.PENANADd6NWtWbNr
Jam 3 pagi. Aku berdiri di depan gerbang rumah yang sudah setahun kutinggalkan.
267Please respect copyright.PENANAyXLQ0jRuMZ
“Rasanya seperti sudah sangat lama…”
Udara sejuk nan dingin langsung menyambutku. Aroma rumput basah dan dedaunan yang khas. Rumah besar bergaya kolonial ini terlihat lebih megah di bawah cahaya bulan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungku.
267Please respect copyright.PENANAmqRBmLlTac
Pelan-pelan aku melangkah menyusuri jalan setapak. Setiap langkah seperti membangkitkan kenangan. Aku melirik ke kanan-kiri, berharap ketemu orang yang kukenal - mungkin pekerja kebun yang sedang ronda malam kalau lewat.
“Kalau ketemu aku, pasti mereka bakal kaget setengah mati.” Tapi sepi. Hanya suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing jauh.
267Please respect copyright.PENANAuU8HPfN1q9
Sedikit sedih sih. Aku tahu Ayah nggak ada di rumah. Dia telfon pas aku di bandara, bilang ada urusan bisnis penting di luar kota.
267Please respect copyright.PENANA1Pq3JIqAuv
"Nanti yang jemput Mang Joko ya Nak."
"Nggak usah, Yah. Aku mau nyelinap pulang. Pengin lihat ekspresi kakak-kakakku."
Aku tersenyum sendiri ingat percakapan tadi. Cuma Ayah yang tahu aku pulang hari ini. Sengaja aku sembunyi-sembunyi biar bisa bikin kejutan buat Kak Dania dan Nada.
267Please respect copyright.PENANAWN62VCyYg1
Rumah ini sekarang cuma ditempati mereka berdua. Sejak orang tua cerai waktu kami masih kecil, kami bertiga jadi sangat dekat. Aku nggak pernah mau tahu alasan pastinya mereka berpisah. Dengar-dengar sih sama-sama selingkuh. Tapi urusan mereka lah.
267Please respect copyright.PENANADFZfNV6iUX
Ting!
Hape di saku bergetar. Aku meraihnya pelan-pelan. Begitu lihat layar, napasku langsung tersendat.
267Please respect copyright.PENANA1YYWgQakuT
Dia.
Satu-satunya orang yang paling kutunggu.
267Please respect copyright.PENANAnL80yTK2RR
Nama yang selalu ada di kepalaku sejak pesawat lepas landas dari London, jari-jariku gemetar membuka pesannya:
267Please respect copyright.PENANAbX1pygEZNP
"Sampe rumah belum?"
Aku tersipuh. Kebetulan banget dia ngechat pas aku lagi mikirin dia. Atau... mungkin dia bisa merasakan aku udah dekat?
267Please respect copyright.PENANAu3XMAnuWIl
Dengan langkah lebih cepat, aku bergegas menuju teras depan. Aku membuka pintu dengan kunci yang ku punya, ku buka pelan-pelan, berusaha tidak membuat suara.
Rumah gelap dan sunyi, juga aroma yang familiar.
267Please respect copyright.PENANADNn5Tsgr3Q
“Home.” Ucapku pelan.
267Please respect copyright.PENANASoAegsxwxQ
“Non ini barangnya mau saya antar sampai kamar?” tanya Pak Joko.
“Gak usah Mang, taro sini aja.” Aku menunjuk kearah sudut bawah tangga.
267Please respect copyright.PENANAkQu6zrklOD
“Mang, kalau misalkan nanti mamang papasan sama kak Dania pas jam nya dia olahraga, jangan bilang-bilang aku udah pulang ya. Biar jadi Rahasia..”
Aku masih mengingat jadwal rutin kakak ku itu, biasanya jam 5 pagi sudah bersiap-siap olahraga, meskipun…
267Please respect copyright.PENANAhQni8PYvQZ
Tapi pikiranku langsung melayang ke kamar di lantai dua. Rasanya ingin segera rebahan dan menunggu matahari lebih tinggi.
Karena ada seseorang yang sedang tidak tidur pulas, menungguku(?)
267Please respect copyright.PENANAFdGr5iMHXN
Aku menghela napas.
“Aku kangen kamu…”
267Please respect copyright.PENANAVy8sbXcewi
267Please respect copyright.PENANAS7F0PAQ7tz
267Please respect copyright.PENANAKxogyz6a1S
267Please respect copyright.PENANAlabzEb4uL5
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.85da2