Farel Bintang POV868Please respect copyright.PENANALCLyFSS3Om
868Please respect copyright.PENANAHmYJl4hQ3p
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
868Please respect copyright.PENANAUIolhCawTi
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
868Please respect copyright.PENANAF9AvHX2CM7
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
868Please respect copyright.PENANAYnOpTymWMs
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
868Please respect copyright.PENANAfpjRqNCzL4
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
868Please respect copyright.PENANAqEizDO7SZb
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
868Please respect copyright.PENANALa0rBdjFPm
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
868Please respect copyright.PENANAkVBk1DxUhI
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
868Please respect copyright.PENANATcpVDZVJtM
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
868Please respect copyright.PENANAE93zPpf5iO
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
868Please respect copyright.PENANAwq8es9wb4i
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
868Please respect copyright.PENANAqSriu6wvbz
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
868Please respect copyright.PENANA8sDJKX1YFa
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
868Please respect copyright.PENANAlE1JPJg31U
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
868Please respect copyright.PENANAT7VaYgxwB2
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
868Please respect copyright.PENANAeIv5bq2tVH
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
868Please respect copyright.PENANAIHtjjcZldz
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
868Please respect copyright.PENANAMcT8afJBQ1
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
868Please respect copyright.PENANAtyNwwslkwR
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
868Please respect copyright.PENANA5o1J2JMiOM
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
868Please respect copyright.PENANAuH1HAzSnrG
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
868Please respect copyright.PENANAivjciQllcv
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
868Please respect copyright.PENANA2DLOpzGRTn
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
868Please respect copyright.PENANA5EecbhjMOq
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
868Please respect copyright.PENANAVo8WmRPTET
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
868Please respect copyright.PENANAt8xicPiQlb
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
868Please respect copyright.PENANAfLeYkvbsgJ
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
868Please respect copyright.PENANAxfdjGRsmEB
868Please respect copyright.PENANAw8H9F3SB2G
868Please respect copyright.PENANACK4rg5g4wB
868Please respect copyright.PENANAEnlZ6JnDh3
868Please respect copyright.PENANAjYK22m5aji
868Please respect copyright.PENANAkIlRf70KMC
868Please respect copyright.PENANASGLig8yUAM
868Please respect copyright.PENANA8Vmpz2xxnD
868Please respect copyright.PENANA8TDnMs1Bk6
868Please respect copyright.PENANAOwJ1i2J91I
868Please respect copyright.PENANASLeaFqeWZd
868Please respect copyright.PENANA34FYx3lqHT
868Please respect copyright.PENANAngiS41YFRI
868Please respect copyright.PENANA3uvm5xftFT
868Please respect copyright.PENANAm9T2jTZIG1
868Please respect copyright.PENANAEightt7Y7p
868Please respect copyright.PENANA8hvEr7TU6S
868Please respect copyright.PENANAUxneUZXJs3
868Please respect copyright.PENANASlf0Gx6bbj
868Please respect copyright.PENANA4AnkHd9ukg
868Please respect copyright.PENANAesoAybaYEX
868Please respect copyright.PENANAvPSspHkbTh
868Please respect copyright.PENANAPQNXPCS28B
868Please respect copyright.PENANA24GMcL1Fvd
868Please respect copyright.PENANATK5ksudCfo
868Please respect copyright.PENANAql3E4hZeNp
868Please respect copyright.PENANARR1MVIumUZ
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
868Please respect copyright.PENANAvlFY2D1HBM
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
868Please respect copyright.PENANATiGXd6PRtY
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
868Please respect copyright.PENANAb6eULB6abE
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
868Please respect copyright.PENANA6IsxsMA0mV
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
868Please respect copyright.PENANAC71ZRhGlqD
"Kau, kan?" tanyaku.
868Please respect copyright.PENANAARdYOrFLtn
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
868Please respect copyright.PENANA5rwBBOK0fY
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
868Please respect copyright.PENANA6IcuZWT4nl
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
868Please respect copyright.PENANAWeMYdsK7Mr
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
868Please respect copyright.PENANA1BultHKijo
Ia benar-benar membenciku.
868Please respect copyright.PENANA5FiSejfZm9
***
868Please respect copyright.PENANA3RAG2YMERO
ns216.73.216.114da2