29Please respect copyright.PENANAkTftJGdj4Q
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
29Please respect copyright.PENANA6ACzbFmwlW
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
29Please respect copyright.PENANAkVoVuDalkY
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
29Please respect copyright.PENANAjwjfwWABsb
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
29Please respect copyright.PENANAivF0QCGRT9
Notifikasi masuk:
29Please respect copyright.PENANAP7Jlp8Fyhm
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
29Please respect copyright.PENANA55tQ0XpvPQ
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
29Please respect copyright.PENANABGU1h3tOAE
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
29Please respect copyright.PENANAF5lhBjbTY4
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
29Please respect copyright.PENANALLXfufdKxH
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
29Please respect copyright.PENANAmXy1uVdbBs
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
29Please respect copyright.PENANAhHa9X0MaQC
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
29Please respect copyright.PENANAbrVUkqp0Sk
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
29Please respect copyright.PENANAo9TPq5FsZy
“Masih,” jawab Revenant datar.
29Please respect copyright.PENANAe6b9CNWRHU
“Gak capek, bro?”
29Please respect copyright.PENANAhqPYR4zZJn
“Capek.”
29Please respect copyright.PENANAFG4WzGsZEZ
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
29Please respect copyright.PENANA5w2xayDKis
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
29Please respect copyright.PENANAoPdK4pZclU
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
29Please respect copyright.PENANARtIdL4zr4l
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
29Please respect copyright.PENANADnddoBE8vk
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
29Please respect copyright.PENANAMzxpj5o3FV
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
29Please respect copyright.PENANAGwkNXc2R98
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
29Please respect copyright.PENANA0oNjiPbwN4
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
29Please respect copyright.PENANAi81M5p9D5X
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
29Please respect copyright.PENANAHelTmptKI1
Jarinya berhenti pada satu iklan.
29Please respect copyright.PENANAukOZO9nbik
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
29Please respect copyright.PENANAChRv5D5iYT
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
29Please respect copyright.PENANABaDA5Sezwl
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.203da2