
Namaku Andre. Usia 25, tahun 2001, dan untuk pertama kalinya174Please respect copyright.PENANAfZEGYxkNAi
sejak lulus kuliah, aku merasa menjadi bagian dari hidup yang “nyata”. Setelah174Please respect copyright.PENANA6R04bHV9WU
menyelesaikan pendidikan di sebuah universitas negeri di Yogyakarta, aku174Please respect copyright.PENANAdhXvSCrpNL
menolak untuk kembali ke kota asal. Entah kenapa, Jogja memberiku rasa tenang atau174Please respect copyright.PENANAyjfETQDCbH
mungkin hanya karena aku takut pulang tanpa jawaban atas pertanyaan keluarga:174Please respect copyright.PENANAsK7hIZ0bqT
kerja di mana? jadi apa? mau ngapain selanjutnya? Maka saat sebuah LSM kecil di174Please respect copyright.PENANAraBiN3kJe5
kota ini membuka kesempatan magang, aku langsung masuk. Gajinya kecil, tapi174Please respect copyright.PENANALl3wSNyefB
cukup untuk makan, rokok, dan ongkos warnet sesekali. Kupikir, semua harus174Please respect copyright.PENANA4WmNgO3IMP
dimulai dari nol, dan ini adalah nolku.
Waktu kuliah, aku pernah ikut proyek komunitas di bawah174Please respect copyright.PENANAe93392NqpK
naungan LSM lain, dan itu yang jadi bekalku sekarang. Tapi terus terang saja,174Please respect copyright.PENANA9VDkLwCRIw
dunia sosial yang kutekuni ini sangat jauh dari hal-hal berbau seks.174Please respect copyright.PENANAnKuO291QOC
Pengetahuanku soal itu cuma sebatas cerita dari teman, bacaan lama semacam Nick174Please respect copyright.PENANAjsqjl9wJAV
Carter, atau sesekali VCD bajakan yang kutonton sambil diam-diam menyumpahi174Please respect copyright.PENANAGEbHijRd1C
betapa sepinya hidup anak kos. Sampai akhirnya seorang teman mengenalkanku pada174Please respect copyright.PENANAUjVrLqKAUA
situs bernama 17tahun.com—situs yang kemudian membuka mataku pada cerita-cerita174Please respect copyright.PENANAxVd1dw1v7U
yang lebih basah dari sekadar imajinasi. Aku bukan pecandu, tapi kadang dari174Please respect copyright.PENANA4Q5afDIfxS
sana aku belajar menyelami sisi gelap manusia—terutama sisi yang selama ini174Please respect copyright.PENANAtcL42dM3V2
kupendam sendiri. Lewat cerita-cerita itu, aku juga mulai menulis, sekadar174Please respect copyright.PENANAGsO8D5xCEP
menyalurkan khayalan, atau mungkin untuk menertawakan rasa ingin tahuku174Please respect copyright.PENANAPhF80NYHvH
sendiri.
Malam itu aku baru pulang dari luar kota, lelah habis turun174Please respect copyright.PENANALJquuUthrz
lapangan untuk survei program air bersih. Bus dari Surabaya menurunkanku di174Please respect copyright.PENANALapEDUO0b4
pertigaan Janti, hampir jam sepuluh malam. Jogja lengang, dan udara dingin174Please respect copyright.PENANApHFF3P88dH
menyusup dari sela-sela jaket tipisku. Setelah turun, aku sempat duduk sejenak174Please respect copyright.PENANAA0ex1pA8BE
di warung kecil yang nyala lampunya temaram. Kopi hitam jadi pilihan174Please respect copyright.PENANAd2ogHX5jM6
satu-satunya malam itu. Tapi ketika aku berdiri dan merogoh saku belakang untuk174Please respect copyright.PENANAdjiIhSLI3w
membayar, aku baru sadar—belakang celanaku robek, sobek besar, seperti baru174Please respect copyright.PENANAd6lyYnDjBA
dicakar sesuatu. Panik, aku hanya bisa cengengesan sambil membayar dengan uang174Please respect copyright.PENANAkd8wS25iXE
receh dari kantong depan. Si ibu warung cuma menatap heran, mungkin sudah174Please respect copyright.PENANAb8m6DwMaWU
sering melihat mahasiswa atau pekerja tanggung macam aku.
Saat aku mulai melangkah, berjalan gontai di trotoar yang174Please respect copyright.PENANAUfRvAo7VS3
nyaris kosong, suara seorang perempuan memanggil dari belakang. "Maaf,174Please respect copyright.PENANACgot8OZTyG
Mas..." katanya pelan. Aku menoleh, agak malas, tapi tetap menjawab,174Please respect copyright.PENANApiSRLlFJ5M
"Iya, Mbak... ada apa?" Ia tampak gugup, nafasnya sedikit memburu.174Please respect copyright.PENANAUkPEWwpPo6
Wajahnya belum jelas kulihat, tapi dari suaranya, ada nada cemas. "Mas174Please respect copyright.PENANArkhhGsR2vT
tahu Jalan Melati Barat? Aku harus ke sana sekarang, tapi... aku nyasar."174Please respect copyright.PENANAmQeFosW0Ve
Ia menarik napas. "Tolong anterin ya? Aku bisa bayar. Berapa pun..."174Please respect copyright.PENANApIOo54g0as
Kalimat itu membuatku berpikir. Satu sisi aku ingin pulang, tapi sisi lain...174Please respect copyright.PENANAKZ0I5NFN9d
perempuan asing ini memicu rasa ingin tahu yang aneh. Akhirnya aku setuju,174Please respect copyright.PENANAJuoWrk8YU2
dengan syarat sederhana—uang taksi dan sedikit ongkos pulang. Ia langsung174Please respect copyright.PENANAEM7Q9DNl7O
mengangguk, wajahnya sedikit lega, dan kami pun naik taksi malam itu, tanpa174Please respect copyright.PENANAZJ0Tfji7E1
tahu arah cerita akan kemana.
Taksi melaju perlahan menembus lengangnya kota. Lampu-lampu174Please respect copyright.PENANAgKlQIrWDd3
jalan berpendar di jendela, menciptakan bayangan yang menari di wajah Susi. Aku174Please respect copyright.PENANAmQhsgXwaFo
mulai bisa melihatnya lebih jelas sekarang. Rambutnya sebahu, sedikit174Please respect copyright.PENANAyWeul0SPLi
awut-awutan, mungkin karena tergesa tadi. Wajahnya tak menor, tapi justru itu174Please respect copyright.PENANAIQh1Fz9iWx
yang menarik—alami, dengan sorot mata yang menyimpan sesuatu yang belum kutahu.174Please respect copyright.PENANAMBvUTjHywE
Ia masih terengah saat mulai bicara.
"Kita tadi satu bus, Mas. Saya duduk di deretan tengah.174Please respect copyright.PENANAvH3Ph3k8pH
Kayaknya Mas juga naik dari Lamongan, ya?"
Aku menoleh sedikit dan mengangguk. "Iya. Tapi saya174Please respect copyright.PENANABzSISgwBD7
nggak merhatiin, Mbak duduk di mana."
Ia tersenyum tipis. "Saya juga nggak terlalu perhatiin.174Please respect copyright.PENANAt3g9FIFQED
Jujur aja... saya lagi agak kacau hari ini."
"Masalah keluarga?" tanyaku, mencoba sopan tapi174Please respect copyright.PENANAYRon46S7X6
juga menyelidik.
Susi menghela napas. "Lumayan. Saya baru pindah ke174Please respect copyright.PENANAVzEu5Ty3gA
Jogja. Mau numpang tinggal dulu di rumah kakak. Suami saya... sudah bukan174Please respect copyright.PENANA10UZHxGZux
bagian dari hidup saya sekarang."
Nada bicaranya datar, tapi matanya berkilat. Ada luka di174Please respect copyright.PENANAFwrHQ1UHG1
sana. Luka yang tak baru, tapi belum juga sembuh. Aku hanya mengangguk, tak mau174Please respect copyright.PENANAKXLdBlkMCt
menggali terlalu dalam. Tapi di dalam pikiranku, aku mencatat—janda. Usia174Please respect copyright.PENANAMScw9Zh5Ba
mungkin sedikit di atasku. Dan aroma parfum samar dari lehernya perlahan mulai174Please respect copyright.PENANAXS8YnERpFQ
mengisi ruang taksi yang sempit.
"Mas sendiri kerja di mana?" tanyanya kemudian,174Please respect copyright.PENANApLhaagjBJH
suaranya mulai tenang.
"LSM. Magang, sih. Baru juga. Tapi lumayanlah, buat174Please respect copyright.PENANAUmo56llbry
latihan hidup."
Susi tersenyum lagi. Kali ini lebih hangat. "Berani,174Please respect copyright.PENANAwRklNH4D7A
ya. Nggak semua orang bisa milih jalan itu."
Aku hanya terkekeh. "Kadang bukan soal berani, tapi174Please respect copyright.PENANA8Rzz63xxR7
nggak punya pilihan."
Obrolan mengalir ringan setelah itu. Tapi ada sesuatu yang174Please respect copyright.PENANA4U8WMOkF57
lain menyusup di sela-selanya. Semacam kesenyapan yang bukan karena kehabisan174Please respect copyright.PENANA7JhB7dP5my
kata, melainkan ketertarikan yang belum punya nama. Sesekali lutut kami174Please respect copyright.PENANAWUSx9u3M08
bersentuhan saat taksi menikung. Awalnya terasa biasa. Tapi lama-lama, sentuhan174Please respect copyright.PENANAKg0NI4diVE
itu seperti petir kecil yang menjalar lewat kulit, menuju pusat syaraf yang174Please respect copyright.PENANAbBH8hKjIcr
lebih dalam.
174Please respect copyright.PENANAPhPLKrvJYl
Aku mencuri pandang. Lehernya panjang. Kulitnya bersih. Dan174Please respect copyright.PENANAqJR0Zg3qwy
kancing atas blusnya terbuka satu. Sekadar satu, tapi cukup membuat imajinasi174Please respect copyright.PENANAKT79ZhFxG7
nakal mulai menyusun bentuk di kepalaku. Aku segera membuang pandangan ke174Please respect copyright.PENANA9zneC52qV5
jendela, mencoba menyembunyikan detak jantungku yang mulai kacau. Susi tak174Please respect copyright.PENANA6JPg9Kv071
berkata apa-apa, tapi dari ujung mataku, aku bisa melihat ia juga melirikku174Please respect copyright.PENANAnnnPGjWciE
diam-diam. Sesuatu sedang dimulai malam ini, dan kami berdua tahu itu meski tak174Please respect copyright.PENANAWCkqIZomAc
satu pun dari kami mengatakannya.
Atau cek Fullnya di
https://victie.com/novels/terlanjur_basah_terpaksa_mendesah
ns216.73.216.68da2