HARUKA POV
180Please respect copyright.PENANAYTUxRzA8GW
"Auuww! Eeeecchhmm! Cukup! Hentikan! Ecchhmm!" Erangku dengan suara tercekat.
Paman Ja'far tidak mau berhenti, tangannya justru semakin kuat memaksa pahaku agar terbuka lebih lebar. Sekuat tenaga Aku melawan, mencoba menghalangi kepala pria tua ini semakin mendekati liang vaginaku. Usahaku sia-sia, tenaga Paman Ja'far lebih besar dibandingkan denganku yang sudah terikat tak berdaya di atas ranjang.
"Hmmmm...aroma memek perawan memang selalu menggoda..Hehehehe..." Kata Paman Ja'far, hidungnya mendengus, seperti layakanya seekor anjing pelacak yang mencari jejak.
"Stooopp!!! Please..Lepaskan Aku Paman...Aku mohon kepadamu..." Aku memohon sambil terisak.
"Jangan khawatir Haruka....Paman akan membuatmu melayang...Hehehehe..."
Aku merasakan lubang kencingku seperti disentuh oleh sesuatu yang lembut dengan tekstur basah, Aku yakin benar jika itu bukan jari. Aku melirik ke arah selangkanganku, astaga!!! Tanpa rasa jijik, Paman Ja'far menjilati kemaluanku!!! Lidahnya seperti menari-nari pada vaginaku, tubuhku sudah tak berdaya untuk melakukan perlawanan pada pria bejat ini.
Dengan tangan terikat dan tubuh lemas akibat pengaruh obat bius, yang bisa Aku lakukan hanya memejamkan mata sambil menangis, sesekali Aku juga memekik kencang saat mulut Paman Ja'far dengan sengaja menghisap permukaan vaginaku. Malam ini terasa seperti neraka buatku. Paman Ja'far masih terus mempermainkan vaginaku dengan mulutnya, sesekali mencoba membuka lipatan kemaluanku dengan jarinya sambil terus menjilatinya. Perih dan ngilu sekali rasanya, Aku benar-benar tersiksa akibat ulah pria ini.
KRRIIIINGGGGG!!!
KRIIIIINGGGG!!!!
Disaat Paman Ja'far memainkan vaginaku dengan lidahnya, terdengar suara dering ponsel dari atas tumpukan baju dan celana di lantai . Paman Ja'far menyudahi kegilaannya untuk sesaat, pria itu bergegas mengambil ponsel yang berada di dalam saku celananya.
"Halo!!"
"Hmmm..Iya, dia ada disini." Mata Paman Ja'far sesaat melirikku.
"Oke.."
"Baik Sato, See You.."
Hah, Sato? Apa telingaku tidak salah dengar? Bagaimana mungkin Paman Ja'far bisa mengenal Sato?
"Sato...?" Kataku lirih.
"Hahahaha!! Kenapa Haruka? Kau terkejut?" Kata Paman Ja'far setelah mematikan ponselnya.
"Bagaimana mungkin Kau kenal dengan Sato?" Tanyaku kemudian.
"Hahahahaha! Semua akan Aku jawab setelah Kau memuaskanku!!" Paman Ja'far kembali menghampiriku, pandangan matanya kembali membara membuatku semakin begidik ketakutan.
Dengan kasar Paman Ja'far kembali memaksa pahaku agar terbuka, Aku tak kuasa menahannya, tubuh pria tua ini sedikit berjongkok di depan selangkanganku, satu tangannya terlihat mengocok batang penisnya yang masih mengeras. Mataku kembali terpejam,berharap semua ini akan segera berakhir. Aku merasakan lubang vaginaku ditekan oleh sesuatu yang tumpul dan keras, benda itu mencoba memaksa masuk, sakit sekali rasanya.
"Aaaaaauuwwww! Hentikan! Sakiiiitt!!"
Teriakku kesakitan, secara naluri tubuhku mencoba kembali memberontak, bergerak mencoba menyingkirkan penis Paman Ja'far menjauh dari lubang kewanitaannku. Paman Ja'far melakukan hal yang sebaliknya, tubuh kurusnya mencoba menindih tubuhku, menekan sekuat mungkin pinggulnya agar penisnya bisa segera masuk ke dalam vaginaku.
"Sssttttt! Jangan bergerak Haruka, jika Kau terus memberontak akan terasa semakin sakit." Bisik Paman Ja'far.
"Stop!!! Please hentikan....Aaaauuwwwww...Hentikan Paman...." Aku hanya bisa terisak, menahan sakit yang luar biasa pada kemaluanku.
TOK!
TOK!
TOK!
Terdengar pintu depan rumah diketuk, Paman Ja'far untuk kedua kalinya menghentikan kegiatannya pada tubuhku, pria tua ini berhenti sejenak untuk memastikan suara itu.
TOK!
TOK!
TOK!
"Toolooonggg!!!!! Toooll!!!!'" Belum selesai Aku berteriak, tangan Paman Ja'far menutup mulutku kuat-kuat.
"Sssssttt!!! Jika Kau berani berteriak sekali lagi, Aku pastikan nyawamu tidak akan selamat malam ini!! Mengerti?!!!"
Paman Ja'far kembali mengintimidasiku dengan ancamannya, ketakutan kembali menjalar di seluruh tubuhku, apalagi saat mata pria ini memandang dengan sangat tajam, Aku merasa dia tidak bercanda dengan apa yang baru saja dia katakan.
TOK!
TOK!
TOK!
Pintu kembali diketuk, Aku berharap itu adalah orang yang mendengar teriakanku dari tadi dan dia hendak menolongku, sungguh Aku ingin sekali terlepas dari siksaan ini. Beberapa saat kemudian Paman Ja'far meraih tanktop yang Aku kenakan tadi, dia menggunakan itu untuk menyumpal mulutku. Kini Aku tak lagi bisa mengeluarkan suara, yang bisa Aku lakukan hanyalah meneteskan airmata, berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkanku dari situasi ini. Paman Ja'far kembali memakai pakaian dan celananya, dia sepertinya ingin membuka pintu rumahnya dan mengetahui siapa orang yang mengganggu aktifitasnya malam ini terhadapku.
"Ingat, jika Kau coba-coba berteriak atau melarikan diri, nyawamu akan berakhir malam ini!!" Katanya sebelum pergi meninggalkanku.
180Please respect copyright.PENANAX6IdHoNj7Y
***
180Please respect copyright.PENANAaBFWaBIPW3
RAMA POV
180Please respect copyright.PENANAcVPRd0T6OS
Aku terus mengetuk pintu rumah ini, berharap ada orang yang muncul dari dalam dan membukakan pintu. Berkali-kali Aku mencoba tapi tak juga ada orang yang muncul, Aku mulai merasa tindakanku ini sia-sia, mungkin benar apa yang dikatakan oleh Pak Usman, lebih baik Aku mencoba mencari tau pada orang yang tinggal di sekitar sini, mungkin saja ada informasi yang bisa Aku dapat tentang Haruka.
"Bagaimana Mas?" Tanya Pak Usman yang berdiri menunggu di belakangku.
"Sepertinya rumah ini tidak ada yang menghuni Pak." Jawabku.
"Ya sudah, lebih baik kita tanyakan saja pada warga sekitar Mas."
"Baik Pak kalau begitu."
"Ada yang bisa Saya bantu ?" Tiba-tiba pintu itu terbuka sesaat setelah Aku dan Pak Usman hedak meninggalkan tempat, seorang pria tua sudah berdiri tepat di depan pintu.
"Oh, Maaf Pak jika mengganggu malam-malam." Kataku.
"Anda siapa?" Tanya pria itu sambil mengamati wajahku lekat-lekat.
"Perkenalkan, Saya Rama dan ini Pak Usman." Aku mengulurkan tanganku pada pria itu mencoba untuk memperkenalkan diri, tapi pria itu tak menyambut uluran tanganku, wajahnya begitu dingin.
"Ehmm, sekali lagi Saya minta maaf Pak, jadi begini Saya mencari keberadaan wanita ini Pak, tadi sore dia diantarkan oleh Pak Usman ke alamat ini, tapi sampai saat ini dia belum pulang." Kataku sambil menunjukkan foto Haruka yang tersimpan dalam ponselku pada pria tua ini. Sesaat dia melihat layar ponselku tanpa ekspresi.
"Tidak. Saya tidak pernah melihatnya." Jawab pria itu.
"Bapak yakin? Coba dilihat sekali lagi Pak." Aku kembali menyodorkan foto Haruka pada pria tua ini sekali lagi, berharap dia benar-benar memperhatikan wajah Haruka.
"Maaf, Saya sedang sibuk, jadi tolong Anda meninggalkan rumah Saya." Jawabnya ketus, dan langsung menutup pintu rumah.
Aku dan Pak Usman saling berpandangan dengan ekspresi bingung, mungkin apa yang Aku dan Pak Usman pikirkan sama, tentang bagaimana tanggapan dingin dan tak bersahabatnya sikap dari pria tua tadi.
"Lebih baik kita pergi saja Mas." Kata Pak Usman.
"Iya Pak."
Jawabku sambil melangkahkan kaki meninggalkan teras rumah, pikiranku kembali berputar, memikirkan berbagai macam kemungkinan tentang keberadaan Haruka.
"TOLOOOONGGG!!!! TOLOONG!!!"
Tiba-tiba Aku mendengar suara wanita berteriak meminta tolong dari dalam rumah saat Aku dan Pak Usman berjalan menyusuri jalan setapak di depan rumah , reflek Aku segera kembali berlari menuju teras. Aku menggedor-gedor pintu rumah dengan keras, pria tua tadi tak juga muncul.
"Pak, segera minta pertolongan pada warga sekitar, ada yang tidak beres di rumah ini!" Perintahku pada Pak Usman.
"Baik Mas!" Pak Usman kemudian berlari menuju jalan besar tempat dimana mobilku terparkir.
BRAAAAKKK!!!
BRAAAKKKK!!!!
BRAAAKKKK!!!
Tiga tendangan dariku berhasil membuka paksa pintu rumah, Aku bergegas menuju sumber suara, yang Aku yakini berasal dari ruangan yang berada di belakang rumah.
"Haruka!!! Haruka!! Haruka!!" Teriakku, berharap ada suara yang menyahutinya, gelap dan sangat sepi keadaan rumah ini. Aku menghentikan langkahku saat berada di depan sebuah kamar yang terletak tak jauh dari ruang tamu.
"Haruka!! Haruka!!" Aku kembali memanggil Haruka.
BRAAAKKK!!
Satu pukulan benda tumpul menghantam tengkuk leherku, badnku terhuyung ke depan menghantam pintu kamar.
BRAAKKK!!
BRAAKKK!!
BRAAAKKK!!!
Kembali Aku merasakan benda keras berkali-kali menghantam tubuhku yang sudah terjatuh, secara reflek Aku mencoba menghindar dan menangkis hantaman demi hantaman itu. Suasana ruangan yang sangat gelap membuatku kesulitan untuk melihat dan mengetahui keberadaan orang yang menyerangku, yang bisa Aku lakukan hanyalah mempertahankan tubuhku agar tidak menjadi bulan-bulanan.
"Aaarrgghhtttt!!!!!" Dalam posisi terjatuh, Aku berusaha menendangkan kakiku ke arah depan, berharap mengenai bagian tubuh orang yang menyerangku secara membabi buta ini.
BUG!!
Orang itu terjengkal ke belakang setelah tendanganku berhasil mengenai salah satu bagian tubuhnya. Segera Aku bangkit, Sekuat tenaga Aku mencoba meraih tubuh orang itu.
BUG!!!
Belum sempat Aku berhasil meraihnya, satu tendangan mengarah tepat ke wajahku, tubuhku kembali terdorong ke belakang.
"Mas!! Mas!!! Mas!!!" Aku mendengar suara Pak Usman dari arah depan rumah, dari derap langkah yang samar terdengar sepertinya Pak Usman tidak datang sendiri.
"Pak!!! Ke sini!!!"
Teriakku lantang, namun bebarengan dengan itu, Aku juga menyadari jika orang yang menyerangku mengambil langkah seribu, dia lari tunggang langgang setelah mengetahui kehadiran Pak Usman bersama beberapa orang lain.
"Wooii!! Jangan kabur!! Woii!!!" Teriakku, Aku kembali bangkit dan mengejar orang itu ke arah belakang rumah, sekuat tenaga Aku mencoba menangkap orang itu tapi usahaku sia-sia dia berhasil kabur.
"Apa yang terjadi Mas?" Tanya Pak Usman setelah menemukanku terengah-engah di belakang rumah.
"Saya diserang Pak." Jawabku dengan nafas yang masih tersenggal, Aku melihat beberapa orang sudah berkerumun di dalam rumah.
"Lebih baik kita kembali dulu Mas, kita cari obat untuk mengobati luka-luka ini." Kata Pak Usman sambil berusaha membantuku untuk berjalan, baru Aku sadari jika tubuhku sedikit berdarah akibat perkelahian tadi.
"Saya tidak apa-apa Pak, yang penting teman Saya ditemukan dulu." Kataku.
"Dia ada di dalam kamar itu Mas..." Kata Pak Usman sambil menunjuk ke arah ruangan tempat dimana beberapa orang sedang berkerumun.Mendengar itu, Aku langsung berlari menuju dalam rumah.
"Haruka!! Haruka!!"
Orang-orang yang berkerumun memberiku ruang agar bisa masuk ke dalam kamar, detik berikutnya Aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Beberapa orang terlihat sedang melepaskan tali yang mengikat tangan Haruka pada besi pembatas ranjang, sementara yang lainnya menutupi tubuh Haruka dengan kain sprei.
"Haruka!!" Aku menghampiri tubuh Haruka dan memeluknya, gadis itu hanya bisa menangis setelah melihat kehadiranku.
"Apa yang terjadi padamu?" Tanyaku, Haruka tak menjawabnya, isakan tangisnya semakin keras terdengar di pundakku.
Entah apa yang telah terjadi pada Haruka, tapi yang pasti Aku merasa sangat bersalah pada gadis Jepang ini, akibat kelalaianku dalam menjalankan tugas membuat Haruka mengalami hal yang sangat buruk. Aku berjanji hal semacam ini tidak akan terulang kembali.
180Please respect copyright.PENANA1EYirrMNa5
BERSAMBUNG
ns216.73.216.225da2