HARUKA POV
54Please respect copyright.PENANAthYi1d6lPL
Aku berusaha membuka kelopak mataku, terasa sangat berat tapi tetap Aku coba. Aku dapati tubuhku sudah berada di atas sebuah ranjang besar yang terletak di dalam kamar, Aku menduga ini adalah kamar Paman Ja'far. Entah apa yang baru saja terjadi padaku, kesadaranku tiba-tiba hilang beberapa saat lalu, yang Aku ingat adalah kalimat terakhir dari Paman Ja'far.
Ibuku telah meninggal. Dadaku sesak sekali setelah mengetahui kebenaran itu, harapanku untuk bisa kembali memeluk Ibu pupus sudah. Entah bagaimana caraku menggambarkan kesedihan yang tengah Aku alami saat ini.
"Istirahatlah dulu sebentar Haruka." Aku melihat Paman Ja'far masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah gelas berisi teh.
"Minumlah ini dulu agar badanmu sedikit hangat." Kata Paman Ja'far sambil menyodorkan gelas padaku.
"Bagaimana mungkin Ibu bisa meninggal Paman?" Tanyaku lirih, airmataku perlahan mulai mengalir deras.
"Ibumu sudah terlalu lama menahan sakit Haruka, ini adalah jalan Tuhan, Kau harus kuat menerima kenyataan ini." Kata Paman Ja'far mencoba menenangkanku.
"Kau minum ini dulu, tenangkan dirimu Haruka." Aku meminum beberapa teguk teh yang diberikan oleh Paman Ja'far, pria itu kemudian mengambil sebuah kursi plastik dan meletakkannya tepat di sisi ranjang. Sambil duduk di kursi itu, Paman Ja'far menjagaku, mencoba menenangkan kesedihanku.
"Lalu, dimana Ibuku dimakamkan?" Tanyaku setelah menyeka pipiku yang basah akibat air mata.
"Ibumu dimakamkan di Jogja, tepat bersebelahan di samping makam Kakekmu."
"Jika Kau mau, Paman bisa mengantarmu besok untuk pergi ke sana." Lanjut Paman Ja'far.
"Terima kasih Paman, tapi sebaiknya Aku pergi sendiri saja, Aku tidak mau terlalu merepotkan Paman."
"Tidak merepotkan Haruka, sudah menjadi kewajibanku sebagai Pamanmu, tapi jika Kau ingin pergi ke sana sendirian, Aku tidak akan menahanmu, nanti Aku akan memberikan alamat lengkapnya kepadamu."
"Terima kasih Paman.." Jawabku.
"Lalu selama di Jakarta Kau tinggal di mana Haruka?"
"Aku tinggal di apartemen yang telah disiapkan oleh Ayah di daerah Setya Budi, seperti penjara yang dipersiapkan untukku lengkap dengan penjaganya, beruntung Aku tadi bisa ke sini tanpa diketahui oleh orang yang menjagaku."
"Iwao ternyata tidak berubah, perlakuannya padamu hampir sama dengan apa yang dilakukan pada Ibumu." Kata Paman Ja'far dingin.
"Entahlah Pa..man..." Tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing, pandanganku kembali kabur, wajah Paman Ja'far mendadak samar.
"Haruka...Haruka...Haruka..."
Suara Paman Ja'far lambat laun terasa begitu jauh, tak lagi jelas terdengar. Tubuhku pun seperti tak bertulang, tak ada kekuatan yang Aku miliki untuk bisa menggerakkannya, detik berikutnya pandanganku kembali menjadi gelap.
54Please respect copyright.PENANAykqWAEcIgI
***
54Please respect copyright.PENANAkQniAf14X8
Rama sudah hampir dua jam berada di dalam mobilnya, berkeliling kota untuk mencari keberadaan Haruka yang tiba-tiba menghilang dari apartemen. Kemarahan Om Yosh akibat kelalaiannya membuat Rama sedikit panik apalagi setelah sekian lama mencari Haruka tak juga menemukan hasil. Beberapa kali Rama menghentikan mobilnya untuk sekedar menanyakan informasi keberadaan Haruka pada orang-orang yang ditemuinya di jalan. Hanya dengan bermodalkan sebuah foto, mencari seorang gadis di tengah besarnya kota Jakarta terlihat sepertisebuah kemustahilan, layaknya mencari sebatang jarum pada tumpukan jerami.
KRIIIINGGGGG!!!!!
Rama meraih ponselnya yang berbunyi, tanda ada panggilan masuk untuk Rama, sesaat Rama menghela nafas setelah melihat nama pada layar ponsel.
"Iya Om...?"
"Sampai saat ini belum ketemu Om.."
"Iya..Iya..Om..Saya mengerti."
"Baik Om...Setelah ketemu Saya segera memberi kabar."
BRAAAKKK!!!
Setelah sambungan telpon terputus, dengan penuh emosi Rama membuang ponselnya ke sisi pintu penumpang. Untuk kedua kalinya dia harus menerima makian dan ancaman dari Om Yosh, hal semacam ini baru pertama kali dialami oleh Rama. Seumur hidup baru kali ini Rama menerima tekanan yang begitu berat, bahkan tekanan itu mengancam nyawanya.
"Brengsek!!!" Umpat Rama.
54Please respect copyright.PENANAab8fxeYjuU
***
54Please respect copyright.PENANACc7nmYr2gE
HARUKA POV
54Please respect copyright.PENANAjP1arCgtPf
Aku merasakan ada yang menyentuh tubuhku, perlahan Aku kembali mencoba untuk berusaha membuka kedua mataku, terasa sangat berat. Kepalaku juga terasa masih pusing, entah apa yang terjadi padaku beberapa saat yang lalu hingga membuat kesadaranku kembali hilang. Samar-samar terlihat seorang pria berdiri di samping ranjang tempatku berbaring, Aku merasakan pundakku sedang disentuh oleh tangannya.
Ya Tuhan! kemana kemeja lengan panjang dan celana jeans yang Aku kenakan? Kenapa sekarang tubuhku hanya terbalut dengan tanktop dan celana dalam saja? Apa yang sedang terjadi padaku saat ini?
Aku mencoba sekuat tenaga untuk menggerakkan tanganku, ternyata kedua tanganku terikat oleh tali pada besi pembatas ranjang yang terletak di belakang kepalaku. Pandanganku belum begitu jelas, tapi tangan pria itu sangat jelas Aku rasakan sedang menyentuh beberapa bagian tubuhku. Sekali lagi Aku mencoba menggerakkan tubuhku, mencegah agar pria itu berhenti menjamah tubuhku, tapi usahaku sia-sia, tubuhku terasa sangat lemah.
Tiba-tiba Aku merasakan bagian tubuhku yang sangat privat terasa sedang disentuh, tangan pria itu kini tak lagi mengeksplore pundakku, kini tangannya beralih pada dua gundukan kenyal yang berada di dadaku. Dua tangannya mengusap pelan payudaraku yang masih terbungkus tanktop dan BH , telapak tangannya seolah sedang mendeteksi sesuatu pada payudaraku.
Aku benar-benar merasa risih diperlakukan seperti ini, belum pernah ada laki-laki manapun yang berani menjamah tubuhku seperti ini. Sekali lagi Aku mencoba membuka kedua mataku, Aku ingin segera tau siapa pria yang berani bertindak kurang ajar pada tubuhku seperti ini.
"Tubuhmu bagus sekali Haruka..."
Suara itu....
Aku sangat mengenali suara itu....
54Please respect copyright.PENANAe1ja4hcrg0
***
54Please respect copyright.PENANA4qzvOQ0WmL
Rama menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang sepertinya dipakai untuk pangkalan taksi. Untuk kesekian kalinya Rama harus turun dari mobil untuk mencari informasi dari beberapa orang yang ditemuinya di jalan. Pangkalan taksi terlihat tidak begitu ramai, beberapa pengemudi taksi sedang asyik duduk di sebuah kursi panjang sambil ngobrol dan menghabiskan batang rokok, Rama melangkahkan kakinya mendekati para sopir taksi tersebut.
"Permisi Pak, mau numpang tanya, bisa?" Tanya Rama dengan sopan.
"Iya Mas, ada yang bisa kami bantu?" Jawab salah satu pengemudi taksi yang berbadan gemuk.
"Maaf sebelumnya, apa Bapak-Bapak disini pernah melihat atau mungkin mengangkut penumpang seperti ini?" Kata Rama sambil menunjukkan foto Haruka yang tersimpan pada ponselnya. Sopir taksi gemuk tadi melihatnya dengan seksama.
"Sepertinya Saya nggak pernah liat Mas, daritadi penumpang Saya nggak ada yang secantik ini, hehehhe.." Jawab sang sopir sambil terkekeh.
"Permisi Mas, coba Saya tanyakan ke teman-teman dulu, siapa tau ada yang pernah liat." Kata sopir itu kemudian, Rama menyerahkan ponselnya pada sang sopir.
"Eh Lu ada yang pernah ngangkut pacarnya Mas ini nggak?" Tanya sang sopir pada beberapa temannya sambil menunjukkan foto Haruka.
"Coba mana Gua liat lagi." Jawab salah seorang sopir yang menggunakan peci kain putih.
"Aaahhh...baru inget Gua, ini Mbak yang tadi sore Gua anterin ke daerah jalan mawar." Lanjut sopir tadi.
"Yakin Lu?" Tanya sopir bertubuh gendut.
"Yakin 100%, orang tadi Gua tawarin buat nungguin tapi mbaknya nggak mau, ya udah Gua tinggal akhirnya."
"Bapak yakin ini orang yang Bapak antarkan tadi sore?" Tanya Rama sekali lagi, mencoba meyakinkan si sopir dan dirinya sendiri.
"Bener Mas, Saya yakin, Saya orangnya nggak mudah lupa, lagian juga baru tadi sore kejadiannya." Mendengar penjelasan dari si sopir perasaan Rama menjadi lega, setelah beberapa jam mencari akhirnya ada titik terang tentang keberadaan Haruka.
"Bapak masih ingat alamat yang dituju orang ini?" Tanya Rama kembali.
"Masih Mas, di daerah jalan mawar, untuk nomor rumahnya Saya nggak tau, tapi letak rumahnya Saya tau persis, paling 15 menitan dari sini."
"Bapak bisa ngantarkan Saya ke sana?" Si sopir tampak ragu-ragu menjawab pertanyaan Rama ini.
"Tenang saja Pak, nanti setoran Bapak ke perusahaan untuk hari ini Saya yang tanggung." Kata Rama yang disambut dengan senyum lebar dari si sopir.
"Ok deh kalo gitu Mas, Saya antarkan, sebentar Saya ambil mobil dulu." Kata si sopir.
"Nggak usah Pak, naik mobil Saya aja biar lebih cepet." Keduanya pun pergi dari pangkalan taksi menuju alamat rumah yang dimaksud oleh sang sopir.
54Please respect copyright.PENANA0KZqPLRe6V
***
54Please respect copyright.PENANAqdUjKA5wq8
HARUKA POV
"Paman!!! Apa yang Paman lakukan??!!" Teriakku setelah mataku bisa terbuka lebar melihat Pama Ja'far menjamah tubuhku.
"Hehehehe, sudah siuman Kau Haruka? Hehehehe..."
"Lepaskan Aku Paman!!! Stop!! Lepaskas Aku!!!" Teriakku kembali sambil mencoba memberontak dengan menggerakkan tubuhku yang masih terikat di atas ranjang.
"Sssssttttt ! Tenang Haruka, Aku akan menjagamu malam ini. Hehehehe..."
Satu tangannya menutup mulutku dengan kuat, membuatku tidak bisa mengeluarkan suara lagi. Perlahan Paman Ja'far mendekatkan wajahnya padaku dan sesuatu yang tidak pernah Aku bayangkan terjadi. Paman Ja'far mengeluarkan lidah dari mulutnya, dia mulai menjilati wajahku, telinga, dan leher jenjangku. Aku benar-benar risih diperlakukan seperti itu oleh Pamanku sendiri, air mataku kembali menetes melihat hal seperti ini terjadi padaku.
"Hhhmmmm, Kau cantik sekali Haruka, aroma tubuhmu juga sangat wangi. Eeemmcchhhh..."
"Eeeeemmcchhhh!!!!! Eeeemcchhhh!!"
Aku mencoba untuk berteriak lebih kencang saat mulut Paman Ja'fae semakin liar menciumi dan menjilati wajah serta leherku, tapi suaraku tak bisa terdengar karena tangan pria itu semakin kuat menutup mulutku. Aku merasakan satu tangannya mulai meremas-remas payudaraku, ngilu sekali rasanya saat remasannya semakin lama semakin kasar dan kuat. Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh pria manapun, Hatiku benar-benar hancur karena harus terjebak dalam situasi seperti ini.
Aku tak mengira keinginanku untuk menemui Ibu harus berakhir dengan cara seperti ini. Setelah puas menciumiku, Paman Ja'far mengangkat tangannya dari mulutku. Tiba-tiba dia menarik tanktop yang Aku kenakan dengan keras, membuatnya robek menjadi dua bagian, tak sampai disitu, pria itu dengan kasarnya pria itu juga mempreteli BH ku.
Kini tubuh yang tertutup hanyalah bagian vital kemaluanku. Paman Ja'far terlihat tertegun untuk sesaat setelah melihat tubuh bagian atasku terlihat jelas tanpa penutup, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.
"Tolong Paman! Lepaskan Aku! Tolong!" Aku memohon sambil berurai air mata.
"Ssssstttt! Jangan menangis Haruka, Aku tidak akan menyakitimu."
Katanya dengan tatapan bengis, seperti seekor Singa kelaparan yang akhirnya menemukan mangsa. Paman Ja'far kembali mendekatkan wajahnya pada tubuhku, kali ini giliran dua buah payudaraku yang menjadi sasaran keliaran mulut dan lidahnya. Dengan buas dia menciumi serta menjilati seluruh permukaan payudaraku. Aku terus menangis dan menutup mataku karena hanya itu yang bisa Aku lakukan, Aku benar-benar tak berdaya menghadapi perlakuan Paman Ja'far pada tubuhku.
"Please, hentikan!! Tolong lepaskan Aku."
Aku kembali memohon dengan berurai air mata, tapi Paman Ja'far sudah menjadi tuli tangisanku tak lagi di dengarnya, justru ciumannya semakin liar dan brutal pada payudaraku. Tak hanya mencium dan menjilat, dua tangannya juga mulai meremas payudaraku. Aku merasakan ngilu bercampur geli yang tak tertahankan, apalagi saat mulut Paman Ja'far dengan sengaja menghisap putingku dengan keras.
"Eeemchh!! Eeemmcchhh!!!!" Aauuw!" Erangku kesakitan saat Paman Ja'far menggigit ujung putingku dengan bibirnya.
"Hehehehe...Tahan ya Haruka...Ini akan berlangsung sedikit lebih lama...Hehehe.." Kata Paman Ja'far sambil mulai melepas satu persatu kancing bajunya. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Paman Ja'far sampai tega melakukan ini padaku?
"Cukup Paman..hentikan..tolong lepaskan Aku.." Kataku sambil mencoba melepaskan ikatan tanganku, pergelangan tanganku mulai terasa perih akibat gesekan kulit dengan tali, sakit sekali, tapi Aku mengabaikannya agar bisa terlepas.
PLAAAKK!!!
Tiba-tiba Paman Ja'far menampar pipiku dengan sangat keras, Aku merasakan darah mengalir pada sela bibirku akibat tamparan itu. Tangisku kembali pecah.
"Diam!!! Atau Kau mau Aku bertindak lebih kasar lagi?? Hah??!!" Bentaknya membuatku semakin ketakutan.
"Tolong Paman..lepaskan Aku...Aku mohon kepadamu..."
Paman Ja'far mencengkram rahangku, wajahnya mendekat pada wajahku, aroma alkohol dan tembakau tercium kuat sekali saat wajahku hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Matanya merah, menatapku tajam, membuat ketakutanku semakin bertambah.
"Aku akan melepaskanmu setelah Kau memuaskanku..."
Bisiknya lirih, bulu kudukku semakin merinding mendengarnya. Setelah itu, tiba-tiba bibirnya menyergap bibirku, Aku mencoba untuk memalingkan wajahku tapi percuma karena tangannya menahan rahangku dengan sangat kuat, memaksaku untuk menerima ciuman bibirnya. Dengan sangat kasar Paman Ja'far memaksa mulutku untuk terbuka, Aku merasakan lidahnya mencoba untuk bisa masuk ke dalam rongga mulutku.
Sekuat tenaga Aku mencoba mempertahankan agar mulutku tidak terbuka, namun akhirnya Aku menyerah juga, Aku tak sanggup menahan kekuatan Paman Ja'far. Lidahnya mulai menari-nari di dalam mulutku, menjilati lidahku yang sudah terlihat, sesekali dia menghisapnya dengan kasar.
Tangannya yang semula memegang rahangku, kini beranjak turun ke bawah, kembali menjamah dua buah bongkahan daging yang berada di dadaku. Sambil terus menciumi dan menjilati area mulutku, jari-jarinya memainkan ujung putingku, memlintirnya, bahkan terkadang menariknya ke atas.
"Aaauuuuuww!!! Saakiiitttt!!" Teriakku kencang.
Paman Ja'far melepaskan ciumannya, dia sedikit memundurkan badannya dari tepi ranjang. Aku melihat gundukan kecil dari balik celana kain yang dia kenakan. Dengan cepat dia mulai melepaskan celananya, penisnya terlihat sudah mengacung, tak terlalu besar tapi juga tak terlalu kecil.
Setelah melepaskan celananya, Paman Ja'far kembali mendekatiku, kini dia menaiki ranjang, menempatkan tubuhnya di depan selangkanganku. Pikiranku menjadi kalut, Aku tidak mau keperawananku direnggut oleh Pamanku sendiri!!
"Stop!! Jangan lakukan!!!" Teriakku sambil menendangkan kakiku.
"Diam!!! Atau kubunuh Kau!!!"
Paman Ja'far kembali membentakku, membuat nyaliku menciut. Tangannya meraih CD yang kukenakan, menariknya ke bawah, tak ada yang bisa Aku lakukan untuk bisa menghentikan tindakan Pamanku ini selain hanya dengan menangis, Aku merasa hidupku malam ini benar-benar akan hancur oleh perbuatan bejat Paman Ja'far.
Perlahan tubuhku mulai bugil tanpa sehelai kain pun yang menutupinya. Paman Ja'far memandangiku dengan penuh nafsu, tangan kanannya terlihat mengocok batang penisnya sendiri. Tangannya mulai menjamah kemaluanku, perlahan jari-jarinya menyingkap bulu-bulu halus yang menutupi vaginaku. Rasa geli dan jijik Aku rasakan menjalar ke seluruh tubuh, apalagi saat ujung jarinya bergerak naik turun pada lubang vaginaku.
"Eeemmcchhhh......" Lenguhku panjang saat ujung jarinya mencoba menerobos masuk.
"Kau masih perawan Haruka?" Tanya Paman Ja'far sambil menyeringai licik, layaknya seekor serigala yang berhasil menjebak mangsanya. Aku tak menjawab pertanyaannya, mataku aku pejamkan erat-erat berharap mimpi buruk ini akan segera berakhir.
54Please respect copyright.PENANAYfnBWqdCbl
***
54Please respect copyright.PENANASATCyIRau5
"Stop...Stop...!!! Nah di sini rumahnya Mas." Kata Pak Usman, sopir taksi yang mengantarkan Haruka sore tadi.
"Yakin benar di sini Pak? Kok kayaknya nggak ada yang menghuni ya?" Kata Rama, suasana rumah yang begitu gelap dan terlihat sepi membuat Rama sedikit ragu.
"Iya bener di sini Mas, Saya masih ingat betul menurunkan pacarnya Mas di depan rumah ini." Kata Pak Usman dengan tegas tanpa keraguan.
"Oke deh Pak, Saya parkirin mobil dulu, nanti Bapak ikut Saya turun ya? Takut kalo terjadi apa-apa."
"Siap Mas."
Setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah yang dimaksud oleh Pak Usman, Rama dan Pak Usman segera turun dari mobil. Rumah bercat putih itu tak begitu besar, hanya satu buah bangunan yang didepannya terdapat jaalan setapak kecil. Suasana rumah begitu sepi, bahkan lampu teras juga tak menyala padahal hari sudah gelap. Rama menghentikaan langkahnya tepat di depan pintu depan, dia melihat ke dalam rumah melalui kaca jendela, di daalam rumah suasananya juga begitu gelap dan sepi.
"Sepertinya tidak ada orang Mas. "Kata Pak Usman yang ikut mengamati keadaan sekitar
"Iya Pak, sepertinya begitu." Jawab Rama sambil masih mengamati lewat kaca jendela.
"Apa nggak sebaiknya kita tanya warga sekitar aja dulu Mas? Siapa tau ada informasi yang bisa kita dapat."
"Sebentar Pak, kita pastikan dulu."
54Please respect copyright.PENANAUgWdh5YDVa
BERSAMBUNG
ns216.73.216.11da2