KOLEKSI CERITA GAY NAKAL LOKAL
*****313Please respect copyright.PENANAZOb7akff1H
313Please respect copyright.PENANAdInebu538U
313Please respect copyright.PENANAkjoDAmfwLM
313Please respect copyright.PENANAHvXYDjhzwM
313Please respect copyright.PENANAGW5RKSqYHG
"Ahh ah Mas jangan kenceng-kenceng Mas ah ah~"
Kiki, tahun ini dia resmi 18 tahun, dan remaja itu paling tahu bagaimana cara memuaskan nafsu bejat kakak iparnya sendiri, Martin, 28 tahun.
"Mas, ah ahh kayaknya ah aku ahh ahh~" Mulut Kiki udah gak kuat nampung penis Martin yang seukuran sepergelangan tangan laki-laki itu, mulutnya udah mulai pegal sejak 20 menit lalu terus ngemut penis pria itu.
Tapi sepertinya Martin masih belum puas, dia masih terus ngemut penis Kiki yang cuma seukuran jempol itu sambil sesekali menjilati anus Kiki yang udah becek banget setelah dua jam lalu terus-terusan dia sodomi.
"Ahh ahh Mas geli ah arhh enak banget ahh ah~!" Dengan mulut penuh, Kiki masih sempat-sempatnya meracau sambil mendesah-desah.
"Kikiii~ ah mulut kamu makin lama makin kurang ahh ah kurang ajar sama kontol ku, yaa."
Martin memejamkan matanya erat ketika merasakan mulut Kiki mengemut kejantanannya sampai mentok. Seluruh tubuhnya menegang dan dia merasakan kenikmatan luar biasa itu hampir sampai padanya.
Sementara tubuh Kiki ada di atasnya dengan bokong berada di depan wajah Martin, Martin memasukkan kelima jarinya sekaligus ke dalam dubur Kiki hingga pergelangan tangan, membuat remaja itu langsung melotot sambil melengkungkan tubuhnya dengan bohong berisinya yang makin naik ke atas.
"Aaahhhh!"
Martin mendesah panjang tatkala orgasme, dengan segera dia makin menusukkan penisnya ke dalam mulut Kiki, memaksa remaja itu untuk menelan semua sperma yang keluar.
Kiki sendiri udah hafal banget sama kebiasaan Martin yang satu ini, jadi dengan telaten, dia memposisikan selangkangan Martin di depan wajahnya dan ketika Martin mulai orgasme, remaja itu mengurut penis Martin seperti seekor kucing yang sedang menyusui dan menyedot semua sperma yang keluar dengan nikmat.
Dulu ketika pertama melakukan ini, Kiki hampir muntah, rasa sperma gak seperti yang dia baca di web novel - yang dikatakan rasanya seperti susu tapi sedikit asin - waktu itu rasa sperma Martin asin amis dengan sedikit pahit, belum lagi tekstur lengketnya. Tapi sekarang Kiki bisa menelannya seperti sedang menelan susu cair.
"Ahh ahh ah!" Kiki gak bisa berhenti menggerak-gerakkan pinggulnya gara-gara Martin memasukkan kelima jarinya sekaligus ke dalam anusnya, kini anusnya terasa gatal kembali sekaligus sedikit perih.
Martin mengobok-obok anus Kiki seperti mengobok-obok aquarium, jari-jarinya menjelajah ke segala tempat, bahkan memegang-megang prostat hingga membuat Kiki makin kelimpungan seperti cacing terkena air garam.
Bersamaan dengan tangan nakalnya, Martin juga menjilati penis Kiki dan menampung seluruh sperma Kiki yang keluar di dalam mulutnya.
Martin menarik tangannya keluar dari dalam anus Kiki, terlihat lendir yang banyak membuat sebelah tangan Martin tampak mengkilat. Dia lalu menurunkan tubuh telanjang Kiki yang masih lemas dari atas tubuhnya lalu menarik tengkuk Kiki - dengan sebelah lengan berotot Martin yang mendekap leher Kiki - lalu mencium remaja itu untuk mengembalikan sperma milik Kiki yang Martin tampung di dalam mulutnya.
Lidah Kiki menerima apa yang Martin masukkan ke dalam mulutnya, menelan semua yang Martin berikan tak bersisa.
Ciuman Martin lalu merambat ke wajah Kiki sebelum akhirnya membasahi kedua kelopak mata Kiki dengan penuh nafsu.
Tubuh Kiki lemas total, seluruh badannya penuh sperma dan peluh, dia ambruk di atas dada Martin, kepalanya berbantalkan dada bidang Martin yang sama berpeluhnya dengan dirinya.
Kiki memeluk tubuh itu sayang, dia sempat melirik Martin yang memejamkan mata sambil mengatur napasnya yang memburu selepas bercinta dua jam lebih.
Tangan Kiki mengelus jakun Martin dengan memuja. "Mas Martin gagah banget, deh," katanya.
Martin tertawa singkat. "Kamu juga pinter banget ngepuasin Mas, Ki."
Kiki menyusupkan wajahnya ke dada bidang Martin. "Apa, sih! Bikin malu aja, deh."
"Eh, serius. Sejak rutin ngewe sama kamu, setiap hari Mas jadi makin semangat kerja."
"Sambil mikirin nanti malam mau entot aku pakai gaya apa lagi?" tebak Kiki sarkastik.
Tangan Martin yang memeluk pinggang ramping Kiki mencubit pantat remaja itu yang kini kulit putihnya penuh bekas kemerah-merahan akibat tamparannya.
"Kamu emang paling tahu pikiranku, Ki." Martin menciumi leher Kiki.
Dengan semangat tangan Kiki meraih penis Martin yang udah melemas, memijat-mijatnya dengan telaten hingga membangunkannya kembali.
Martin mengerang. "Ki, ini udah hampir jam lima pagi, loh," katanya.
"Terus kenapa, Mas?" Kiki masih mengurut penis Martin hingga semakin mengeras.
"Kakak kamu Si Melinda biasanya bangun jam setengah enam," jawabnya, "Mas harus cepat-cepat ke kamarnya biar hubungan kita gak ketahuan."
Kiki cemberut. "Tapi aku, kan, masih kangen sama Mas Martin. Kita udah seminggu gak ngeseks loh Mas."
Tadi siang, Martin baru aja pulang setelah seminggu dapat tugas ke Bandung.
Martin melepaskan dekapannya pada Kiki, lalu melebarkan kaki Kiki, dia lalu memposisikan penisnya yang sudah bangun ke selangkangan Kiki yang kini tampak memerah dan merekah seperti mawar merah yang baru mekar.
"Emangnya Mas Martin gak kangen sama aku? Gak kangen sama bokongku?" Kiki menggesek-gesek belahan pantatnya di atas penis Martin yang sudah kembali berdiri.
"Kamu benar-benar jalangnya Mas ya, Ki." Martin bersiap-siap menyodomi Kiki kembali sambil menjilat-jilat bibirnya penuh nafsu. "Mas sodok kamu brutal ya, soalnya kita gak punya banyak waktu."
Kiki kesal dengan ungkapan 'gak punya banyak waktu', andai aja Martin bukan suami kakaknya, pasti Kiki udah jadiin Martin miliknya sepenuhnya.
Meski begitu, Kiki tetap mengangguk senang lantaran Martin masih mau menggagahinya meski terburu-buru.
"Iyaaa, sodok aku sesuka Mas Martin-aah ah ahh!"
***313Please respect copyright.PENANAcmPVlycazW
313Please respect copyright.PENANAZ7ngykiFtK
313Please respect copyright.PENANAHIY6lwiY9r
313Please respect copyright.PENANAtqGmSaxinM
313Please respect copyright.PENANAwX3QtoA2Tm
Pukul setengah tujuh pagi, Martin dan Melinda sudah duduk duluan di meja makan dengan pakaian rapi mereka untuk bekerja, sarapan pagi itu adalah omelette dan nasi goreng, yang masak Martin.
"Mas, padahal kita bisa beli aja, loh. Kamu kan jadi capek-capek harus masak begini," kata perempuan dengan rambut hitam sepanjang bahu itu.
Martin merangkul pundak Melinda dan menyuruhnya duduk, kemudian laki-laki itu duduk di samping perempuan berstatus istrinya yang beberapa tahun lebih tua darinya tersebut.
"Kebetulan aku bangun duluan, jadi sekalian aja, deh." Itu alasan paling bagus yang dibuat Martin karena Melinda yang tak bisa masak akan langsung luluh.
Melinda mencium pipi Martin singkat. "Maaf ya, Mas. Aku belum sempat kursus masak. Pesanan gaun pengantin di butik lagi banyak-banyaknya, belum lagi kemarin ada dua orang yang komplain, aku pusing."
Dari belakang punggung kedua pasangan itu, Kiki melihat kakaknya mencium pipi Martin.
"Sayang, kamu juga jangan capek-capek dong, nanti kalau kamu udah gak terlalu sibuk, kita pergi liburan," kata Martin.
"Terus gimana sama kerjaan kamu?"
"Gampang lah, aku tinggal ambil cuti."
"Terakhir kamu cuti tuh pas kita nikah gak, sih, Mas?"
Martin tertawa. "Itu udah lama banget, Yang."
Melinda menepuk pundak Martin. "Kamu sih, gila kerja."
"Aku keinget aja gimana susahnya dulu cari kerjaan, makanya sekarang aku kerja keras banget, itu juga buat kamu, Sayang."
"Kamu bisa aja, deh, Mas." Melinda dan Martin saling berpelukan.
Kiki memutar bola matanya muak melihat kemesraan kedua orang itu.
Jadi, dia menghentakkan kakinya keras-keras sambil berjalan menuju meja makan demi menyita perhatian sepasang suami-isteri itu. Jelas saja, Martin dan Melinda langsung melepaskan pelukan mereka.
"Pagi, Mbak Mel," sapa Kiki, "Pagi, Mas Martin."
Kiki lalu mendudukkan bohongnya di kursi yang berhadapan dengan Martin.
"Pagi juga, Kiki," jawab Martin kikuk.
Malinda mengernyit heran. "Kiki, kaki kamu kenapa? Kok Mbak perhatiin, jalan kamu agak aneh?"
Untung Martin gak lagi makan atau minum, kalau iya, pasti udah tersedak.
"Kamu gak berantem, kan, di sekolah?" Melinda memperlihatkan raut khawatir.
Kiki jadi sedikit merasa bersalah. "Tadi pagi kepleset di kamar mandi," bohongnya.
Padahal penyebab jalannya aneh adalah orang di samping Melinda, suaminya sendiri, yang segera menyelinap masuk ke kamar Kiki dan langsung menggagahinya begitu istrinya tertidur lelap.
Melinda berdecak. "Kamu, nih, Ki. Lain kali lebih hati-hati lagi, dong."
"Namanya juga musibah, Mbak." Kiki melirik Martin ketika mengatakannya.
"Udah diobatin?" Melinda meraih ponselnya yang tiba-tiba berbunyi.
"Udah, bagian yang memar udah aku olesi pakai salep."
Kiki mengambil nasi goreng yang ada di depannya dan meletakkan di piringnya. Dia gak bohong begitu mengatakan 'sudah mengoleskannya dengan salep', nyatanya Kiki memang selalu mengolesi bagian luar anusnya dengan salep setelah selesai bercinta dengan Martin.
Setelahnya Melinda sibuk ngobrol masalah kerjaan lewat telepon sambil sedikit memunggungi suaminya itu, di depan meja makan, saat kedua laki-laki itu diam-diam saling main lirik-lirikan.
Kiki dan Martin sama sekali gak ngomong, mulut mereka cuma dipakai untuk mengunyah, sementara di samping mereka Melinda lagi sibuk sendiri.
Ketika kaki Kiki menyenggol kaki Martin beberapa kali seakan memberi kode, tatapan Martin seperti mengatakan 'jangan lakukan itu di sini, lihat siapa yang ada di sampingku? Kakakmu, istriku', tapi Kiki tak peduli dengan peringatan Martin.
Dengan sengaja, Kiki menjatuhkan sendoknya.
"Aduh, sendokku jatuh." Kiki bicara seperti itu sambil melirik Martin genit.
Kiki lalu berjongkok dan merangkak di bawah kolong meja, namun alih-alih mengambil sendok yang sudah ada di depan matanya dan naik ke atas, Kiki justru merangkak mendekati kaki Martin sambil menggenggam sendok tersebut.
Dia mengemut kepala sendoknya dan membasahinya dengan liur, membiarkan sendok itu tetap berada di mulutnya sementara kedua tangannya mulai mengelus-elus kejantanan Martin yang terbungkus celana hitam.
Martin melirik Melinda yang masih memunggunginya sambil menelepon, ketika dia merasakan tangan-tangan Kiki mulai membuka resleting celananya dengan pelan, lalu embusan napas hangat Kiki yang Martin rasakan berada di area selangkangannya, tepat di depan penisnya yang perlahan-lahan mulai berdiri.
Di bawah meja, Kiki mengeluarkan sendok tersebut dari mulutnya, lalu menyusupkan kepala sendoknya ke dalam celana dalam Martin, menggosok-gosokkan sendok itu diantara penis dan buah zakarnya.
Martin mengigit bibir bawahnya menahan desahan, dia tetap berusaha makan senormal mungkin sambil sesekali melirik Melinda dengan waspada.
Kiki memang paling tahu bagaimana cara membangunkan libido Martin, meski dalam situasi seperti itu, akhirnya Martin menyerah dan semakin melebarkan kakinya untuk memberi Kiki akses ke selangkangannya. Sejak dia melakukan itu, Kiki segera menarik penis Martin keluar dari dalam celana dalam, dan memasukkan penis tersebut ke dalam mulutnya.
Karena mereka sedang sarapan, jadi Kiki membayangkan sedang mengemut sebuah sosis utuh, sosis yang sangat besar dan cukup panjang. Sebuah sosis yang dapat membuat lubang anusnya terasa sangat penuh dan hangat.
Sosis itu akan mengeluarkan selai susu dari ujung kepalanya jika ditekan-tekan lembut dan dijilat-jilat seperti ini. Dikeluar-masukkan dari dalam mulut beberapa kali kemudian di-crot!
Wajah Kiki disembur sperma milik Martin, sebelum wajahnya semakin kotor, dia segera membuka mulutnya lebar dan menampung semua mani itu di dalam mulut, menyedotnya rakus seperti mengempeng.
Tubuh Martin sedikit bergetar ketika merasakan ejakulasi, ditambah Kiki yang kini sedang menelan sperma miliknya seakan itu adalah rasa susu kesukaannya.
"Loh, Kiki ke mana?"
Jantung Martin seperti dihantam dengan raket ketika tiba-tiba Melinda sudah selesai dengan teleponnya dan langsung menanyakan keberadaan sang adik.
"Eh, tadi Kiki-"
Martin merasakan Kiki yang menepuk penisnya dua kali lalu setelah itu, Kiki tiba-tiba muncul dari dalam kolong meja.
"Sendokku tadi jatuh, Mbak. Makanya aku ambil dulu." Kiki mengatakannya dengan senyum sumringah.
Melinda menggeleng tak habis pikir. "Kamu, nih, ceroboh banget, sih. Udah jangan dipakai lagi sendok itu, kotor tahu, ambil aja sendok yang baru."
"Iya, iya." Kiki meletakkan sendok yang jatuh tadi dan mengambil sendok yang baru.
Diam-diam, saat Kiki dan Melinda sedang ngobrol, Martin langsung memasukkan penisnya ke dalam celana lagi.
"Mas, maaf banget ya, aku gak bisa nemenin kamu sama Kiki sarapan, aku buru-buru, di butik ada masalah dan aku harus turun tangan biar gak makin kacau," sesal Melinda.
"Kamu belum habisin makanan kamu, loh, Yang?" kata Martin.
"Mau gimana lagi, maaf yaa."
Martin mengelus kepala Melinda. "Tapi nanti di sana kamu jangan sampai lupa makan, oke?"
"Oke."
Melinda mencium punggung tangan Martin.
"Ki...."
Kiki langsung berdiri dan mencium tangan kakak perempuannya itu.
"Hati-hati di jalan, Mbak Mel."
"Makasih. Sekolah yang bener, ya. Mbak berangkat kerja dulu."
"So pasti, Mbak Mel."
"Mas, aku berangkat duluan, ya."
"Iya, Sayang. Hati-hati ya, telepon aku kalau kamu udah senggang nanti."
Tak berapa lama kemudian, suara mobil Malinda terdengar meninggalkan garasi rumah. Menyisakan Kiki dan Martin di dalam rumah itu.
"Mas Martin, aku juga mau loh dipanggil sayang kayak panggilan buat Mbak Mel," kata Kiki tiba-tiba sambil menopang dagunya.
Martin tertawa. "Kamu tahu, kan, Ki. Hubungan kita itu kayak apa? Tapi kalau kamu mau, Mas bakalan kasih kamu panggilan yang lebih spesial lagi."
Kiki menarik sebelah alisnya. "Contohnya?"
"Baby's tight and wet bum," ucap Martin sambil menjilat bibirnya genit.313Please respect copyright.PENANAYdz1ervQT8
313Please respect copyright.PENANAU1CYzUHZ8e
313Please respect copyright.PENANAjaxtSPR5iY
313Please respect copyright.PENANALQFAGLpu6x
313Please respect copyright.PENANANyQNYNthw8
Kiki tertawa kecil. "Apaan, sih, Mas Martin. Kekanak-kanakan banget, deh." Kiki melempar sepotong angkur pada Martin. "Emangnya aku bayinya, Mas."
"Iya, siiih. Kamu lebih dari sekadar panggilan mesra-mesraan kayak gitu."
Martin menarik tangan Kiki dan membawanya naik ke atas pangkuannya. Martin lalu meraih dagu Kiki dan mengecup bibirnya.
"Aku gak nyangka kalau Melinda berangkat duluan, aku pikir kita bakalan berangkat bareng-bareng dengan mobil beda-beda kayak biasanya."
Kiki mengalungkan kedua tangannya di leher Martin. Remaja itu memejamkan matanya menikmati setiap kecupan yang Martin layangkan untuknya.
"Gara-gara itu, sekarang kita berdua punya waktu lebih buat berduaan kayak gini."
Kiki menggesek-gesekkan pantatnya yang menduduki penis Martin yang dirasakannya mulai mengeras.
"Mas Martin mau ngentotin aku lagi?" Kiki berbisik sensual di samping telinga Martin.
Martin merengkuh pinggang Kiki yang masih terbalut seragam sekolah. "Kiki sendiri gimana? Mau gak?"
Dengan tanpa malu-malu, Kiki mengangguk. "Kalau itu sama Mas Martin, mau dientot sampai hamil pun, aku rela."
Martin menciumi leher Kiki gemas sampai membuat Kiki mendesah.
"Kalau gitu, hari ini Kiki sekolahnya bolos dulu, ya."
"Ahh padahal Mbak Mel tadi baru bilang supaya aku rajin sekolahnya ah, Mas Martin kebiasaan ahh geli ah!"
Tangan Martin menelusup masuk ke dalam celah baju Kiki dan mencubit-cubit puting susunya.
"Jadi Kiki lebih nurut sama Mas atau sama mbak mu itu? Hmm?"
Kiki membusungkan dadanya gara-gara ulah Martin.
Lalu, dengan nakal, Kiki memegang dagu Martin dan berkata di depan wajahnya, "Kalau Mas Martin sanggup bikin aku hamil, aku bakalan jadi jalangnya Mas Martin selamanya." Lalu Kiki mencumbu laki-laki dewasa itu.
Martin menyambut lidah Kiki yang masuk ke dalam mulutnya. Dia lingkarkan tangannya dipinggang Kiki di mana tubuh remaja itu menempel padanya sambil sesekali meremas bokongnya.
"Ahh ah, Mas Martin ahh aku cinta sama kamu ah."
Martin kembali menyambut kecupan itu. "Mas juga cinta banget sama Kiki."
Sejak kapan Kiki dan Martin memiliki hubungan terlarang seperti ini?
Kira-kira kisah asmara terlarang mereka dimulai sejak Kiki ikut tinggal bersama Martin dan Melinda di Jakarta.
Awalnya karena Melinda mau Kiki sebagai satu-satunya adiknya, dia mau Kiki sekolah di sekolah yang bagus dan kebetulan anak itu cukup pintar dan mudah bergaul, orang tua mereka juga setuju Kiki ikut Melinda. Belum lagi, meski sudah setahun menikah, Melinda dan Martin belum juga dikaruniai anak, jadi kehadiran Kiki tak akan terlalu merepotkan mereka.
Tapi seakan menyimpan bola sepak yang sebenarnya adalah bom waktu, Melinda tak tahu bahwa sejak seminggu kedatangan Kiki ke rumahnya, Kiki mulai menaruh ketertarikan seksual terhadap Martin, suaminya sendiri, yang sekarang berstatus kakak ipar Kiki.
Alasannya? Alasannya karena wajah dan fisik juga tindak tanduk Martin yang mirip dengan seorang idola yang Kiki sukai sejak SMP. Karena Kiki masih remaja, jadi dia sering penasaran dengan semuanya.
Memangnya kucing mana yang tak akan tertarik jika disuguhi ikan? Sayangnya, Martin adalah kakak ipar Kiki, terlebih keduanya sama-sama laki-laki, jadi sambil menahan diri, Kiki cuma mengagumi Martin dalam diam karena dia masih cukup tahu diri untuk tidak menghancurkan hubungan adik ipar - kakak ipar diantara mereka.
Itu sebelum Kiki sadar bahwa diam-diam-diam, ternyata Martin juga melihatnya dan menaruh ketertarikan terhadap remaja itu. Selama seminggu pertama Kiki tinggal di rumah sepasang suami-isteri itu, baik Kiki dan Martin perlahan-lahan memberikan lampu hijau bahwa mereka saling tertarik satu sama lain.
Hingga akhirnya Kiki menjadi simpenan Martin.
Waktu itu adalah malam yang cukup ribut karena hujan mengguyur bersamaan dengan petir yang menggelegar serta angin ribut yang amat kencang. Martin dan Melinda menghabiskan waktu yang sangat panas sebagai suami-istri di kamar mereka.
Sayangnya seseorang tahu apa yang sedang mereka lakukan dan tanpa punya hak, Kiki cemburu.
Diam-diam Kiki mengendap-endap di depan kamar Melinda dan Martin, dia mengintip kegiatan rutin suami-isteri itu yang biasa mereka lakukan setiap malam. Konyolnya, mereka lupa bahwa di rumah itu sekarang ada Kiki yang ikut tinggal bersama mereka.
Kiki membuka pintu itu sedikit dan mengintip kegiatan mereka. Seketika, seluruh tubuh Kiki panas-dingin ketika melihat kedua orang itu tak menggenakan baju di atas ranjang, terlebih dengan penis besarnya yang membuat mata Kiki seketika melotot itu; Martin sedang menyetubuhi Melinda. Laki-laki itu menindih kakak Kiki dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kedua kaki Melinda yang melingkar di pinggang Martin.
Kedua tangan Melinda terlentang pasrah dengan dipegangi oleh Martin. Sambil mencium istrinya, Martin terus menggenjot vagina Melinda yang terasa semakin panas dan begitu kuat menjepit penisnya.
Kaki Kiki bergetar ketika mendengar erangan Martin yang terdengar begitu gagah ditelinga Kiki sampai membuat lututnya lemas. Kiki masih melihatnya, kini Martin mempercepat gerakannya sambil menciumi leher Melinda yang sedang mendesah kan nama suaminya itu.
Beberapa saat kemudian, Kiki melihat Martin mencabut penisnya dari vagina Melinda. Seketika Kiki merinding melihat ukuran penis Martin. Remaja itu semakin berkeringat dingin.
Sesuatu di balik celananya semakin mengeras dan terasa sakit, Kiki memasukkan tangan kanannya ke dalam celananya, di balik celana dalamnya. Sambil mengelus-elus penisnya sendiri, Kiki terus menyaksikan bagaimana Martin menyetubuhi Melinda, sambil membayangkan bahwa yang ada di bawah kugkungan Martin sambil telentang pasrah itu adalah dirinya sendiri.
Kiki ....
Dengan libido yang semakin naik tiap kali membayangkan dirinya lah yang sedang disetubuhi Martin, Kiki membuka celananya dan menurunkannya sampai sebatas lutut. Dia memegang penisnya yang ukurannya tak sebanding dengan milik Martin itu. Lalu mulai mengurutnya, dia memejamkan matanya, membayangkan bahwa tangan-tangan Martin yang sedang memegang penisnya.
Ketika Kiki membuka matanya, keringat menetes diwajahnya, kini Melinda sedang menungging, sambil kedua tangannya diborgol dari belakang dengan satu tangan Martin, sementara tangan kirinya mencekik leher Melinda. Martin menyodok anus Melinda dari belakang. Sekilas terlihat seperti seseorang yang sedang menunggangi kuda.
"Aaah~"
Kiki udah gak tahan lagi. Dengan nekat dia duduk di lantai dan sambil membuka kakinya selebar mungkin, Kiki memasukkan kedua jarinya ke dalam anusnya. Tapi itu tidak cukup, rasanya sangat sakit dan sulit. Sepasang mata Kiki masih menyaksikan bagaimana kini Martin sedang menyetubuhi Melinda. Jadi dia inisiatif untuk membasahi jari-jarinya dengan ludah, dan sambil membayangkan bahwa jari-jarinya itu adalah penis Martin, Kiki mulai menjamah anusnya sendiri yang terasa gatal sejak beberapa saat lalu.
Kiki mengigit bibir bawahnya sendiri agar tak mendesah, dia tak ingin ketahuan oleh orang yang disukainya bahwa dia adalah seseorang dengan pikiran cabul. Tapi Kiki juga tak bisa menampik bahwa dia begitu mendamba ingin merasakan disodomi oleh Martin, Kiki ingin merasakan bagaimana penis Martin memperkosanya sepuas laki-laki itu, Kiki benar-benar sangat ingin merasakan penis Martin yang gagah berlumuran sperma itu berada di dalam mulutnya. Meremehkannya dan merasa menang setelah berhasil menundukkan Kiki dan merebut keperjakaannya.
Sambil membayangkan hal-hal cabul seperti itu, Kiki menambahkan satu jarinya lagi di dalam anusnya yang sudah mulai sangat becek, dia menambah kecepatan sodokan tangannya sambil sesekali menggerak-gerakkan pantat dengan gerakan menguleni. Rasanya sangat nikmat, meski pun mungkin akan lebih terasa nikmat jika penis Martin berada di dalam anusnya yang sudah seperti jalang ini-
"Kiki? Kamu lagi ngapain?"
Kiki membuka matanya lebar begitu mendengar suara Martin tepat di depan wajahnya. Kiki merasa sangat malu udah ketahuan basah begini, sialnya lidah Kiki kelu, kakinya tak mau turun dan masih saja terus mengangkang seperti ini.
Martin yang kini masih telanjang bulat memperhatikan tangan Kiki yang masuk ke dalam anusnya sendiri, terlihat cairan bening disekitar pergelangan tangan dan bokong remaja itu.
"Mas dengar, Kiki nyebut-nyebut nama Mas dari tadi sambil begituan."
Kiki gak tahu mau alasan apa, belum lagi tatapan matanya malah gak mau lepas dari penis Martin yang masih berdiri melengkungkan ke atas seperti pisang, dan Martin sadar, bahwa sejak tadi Kiki terus memperhatikan kejantanannya.
Martin berjongkok. "Kamu lagi nyebayangin diperkosa sama Mas sambil nontonin Mas seks sama Mbak mu, ya?"
Kiki menelan salivanya gugup. Karena udah ketangkap basah, akhirnya Kiki cuma bilang, "Ma-maaf Mas Martin aku-"
Tapi belum selesai kata-katanya, mulut Martin lebih dulu membungkam mulut Kiki dengan ciuman.
Kiki tahu ini adalah ciuman penuh nafsu, karena sudah sejak lama, dia begitu menginginkan dijamah oleh Martin. Jadi Kiki menyambut hangat ciuman Martin untuknya dan remaja itu sungguh kecewa tatkala Martin melepaskan ciuman mereka, dia lalu menampar pelan penisnya sendiri sambil tersenyum lebar.
"Kamu loh yang godain aku duluan dengan pose cabul kayak gini, jadi jangan marah kalau kontolku ini akhirnya mengobrak-abrik anusmu, Ki."
Kiki merinding mendengar kata-kata Martin, tapi disaat bersamaan, dia justru menyambut niat Martin dengan binar senang dimatanya. Seperti fantasi liarnya akan segera menjadi kenyataan sekarang.
"Mas Martin mau ngeseks sama aku?" Jantung Kiki berdebar-debar.
"Umur kamu berapa?"
"17 tahun."
Martin mengelus penis Kiki. "Masih muda banget, ya, kamu. Kok bisa sih udah secabul ini."
Martin mencabut tangan Kiki dari anusnya, dia mencium tangan yang berlumuran lendir itu lalu menjilatinya dengan penuh kenikmatan.
"Kiki udah pernah seks?" Martin membantu Kiki melepaskan seluruh pakaiannya.
Kiki menggeleng. "Belum pernah, Mas."
"Jadi, Mas bakalan jadi yang pertama buat kamu, dong."
Martin begitu menikmati tatapan polos sekaligus penasaran dari raut wajah Kiki. Tubuhnya yang lebih kecil darinya seakan memberi akses Martin yang sebesar-besarnya untuk mendominasi makhluk di depannya itu.
"Mbak Mel-"
"Melinda udah tidur," kata Martin lebih dulu, "main satu-dua ronde aja dia juga udah tepar." Terdapat intonasi kecewa dibalik kata-katanya.
Batin Kiki, apakah Martin kurang puas dengan permainan kakaknya?
Kiki agaknya terkejut ketika Martin secara tiba-tiba memeluk tubuhnya yang kini juga telah telanjang bulat. Sensasi kedua kulit mereka yang bertemu dan bergesekan benar-benar membuat Kiki merinding sekaligus berdesir.
"Jadi kamu bakal gantiin mbak mu buat ngepuasin Mas, ya, Ki."
"Mas aku-"
Belum selesai Kiki berdamai dengan keterkejutannya, Martin langsung meraup bibir remaja itu dengan kasar seperti seseorang yang kelaparan. Kedua tangan Martin memegang kepala Kiki, remaja itu dibuat mabuk dengan ciuman pertamanya dengan Martin yang seakan membuat tubuhnya melayang.
Kiki memposisikan kedua tangannya untuk merangkul leher Martin yang lebih tinggi darinya. Tanpa peduli bahwa mereka berdua masih di depan pintu kamar yang terbuka di mana Melinda sewaktu-waktu dapat melihat perbuatan terlarang mereka berdua, Martin mengangkat sebelah kaki Kiki agar bertumpu di dadanya. Lalu dia segera menelusup kan penisnya masuk tanpa melakukan pemanasan.
"Aaahkhh!"
Kiki hampir menjerit kesakitan. Dia tak menyangka bahwa jika diterobos paksa tanpa pelumas seperti ini, penis Martin yang memang besar itu akan terasa lebih menyakitkan. Tubuhnya rasanya seperti dibelah jadi dua dengan paksa, belum lagi rasa perih dan sakit yang secara bersamaan menerjang bokong Kiki.
"Mas sakit Mas sshh ahh."
Sambil memeluk Martin erat untuk menyalurkan rasa sakitnya ke tempat lain, Martin justru menikmati kesakitan Kiki yang kini mulai mendesah menikmati sentuhannya.
"Sshh, Mas bakalan pelan-pelan. Kiki yang sabar, ya." Martin mengangkat tubuh Kiki, dia memperdalam penisnya yang telah melesak masuk ke dalam anus Kiki yang terasa begitu sempit sampai awalnya kepala penisnya kesulitan untuk masuk.
Martin mengendong Kiki dengan posisi badan Kiki menghadap ke dadanya, Kiki yang tak mau terjatuh segera merangkul leher Martin dengan erat. Sementara kedua kakinya Martin diangkat lebar-lebar oleh pria itu.
"Mas, sakit," keluh Kiki.
Martin mencium bibirnya sekilas. "Tapi enak, kan?"
Martin mulai menyodomi Kiki. Awalnya pelan-pelan, tapi lama-lama gerakannya jadi semakin cepat sampai tubuh Kiki yang sedang digendongnya terhentak-hentak.
Kiki memalingkan wajahnya malu. Dengan malu-malu, dia mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hmm, rasanya hangat dan enak." Kiki tentu saja dia sangat menyukai perlakuan Martin terhadapnya ini, dia sudah sangat lama menantikan saat-saat seperti ini. "Lubangku suka disodok sama kontolnya Mas Martin kayak gini."
Martin tertawa sebelum akhirnya dia makin mempercepat sodokannya sambil meraup bibir tipis Kiki.
Kiki semakin memeluk Martin erat, kedua kakinya dia lingkarkan di pinggang Martin. Ketika sesuatu yang terasa asing dan aneh itu perlahan-lahan menarik seluruh otot-ototnya dan menjadi tenang, Kiki membusungkan dadanya sambil mendesah panjang.
Lalu perutnya seperti ditetesi sesuatu yang terasa hangat dan lengket, tapi itu belum apa-apa ketika di dalam anusnya, sperma Martin menyembur banyak sekali di dalam anus Kiki bahkan sampai membeludak keluar padahal dia belum mencabut kejantanannya itu.
Waktu itu, untuk pertama kalinya, Kiki merasakan kenikmatan duniawi yang orang-orang sebut sebagai seks, dan dia melakukannya pertama kali bersama laki-laki yang disukainya. Martin.
Sungguh, bukan cuma anusnya yang terasa sangat sesak gara-gara penis Martin. Tapi juga perutnya yang terasa dipenuhi kupu-kupu yang sangat banyak sampai Kiki terasa tergelitik, rasa geli yang ingin terus Kiki rasakan terus-menerus.
Martin pun sebenarnya belum pernah berpacaran dengan laki-laki, tapi bukan berarti dia tak pernah menonton film porno gay sambil mengocok penisnya sendiri.
Ini adalah malam pertamanya coba-coba menggagahi seorang pria, dan Martin rasa dia cukup puas, atau bahkan sangat puas? Gerakan Kiki yang polos membuatnya merasa sangat mendominasi permainan seks mereka hingga Martin merasa dia sedang di atas awan.
***
"Mas Martin ahh ah aku mau keluar ahh ahh!"
Martin kembali ke kenyataan setelah kelebatan singkat setahun lalu bagaimana dia dan Kiki memulai hubungan terlarang diantara mereka ini, tiba-tiba terlintas begitu saja ketika melihat Kiki kini sedang menggelinjang di bawah tubuhnya. Itu sama seperti dulu.
Martin memperhatikan dengan tatapan penuh nafsu bagaimana indahnya tubuh telanjang Kiki yang mengkilap akibat keringat dan dipenuhi cairan putih sperma itu menggeliat-liat di bawah kungkungannya, dengan kejantanan panjang Martin ya dijepit erat oleh anus Kiki yang tiap kali orgasme selalu semakin mengetat dan dipenuhi lendir.
Kedua tangan Kiki tak bisa bergerak bebas lantaran Martin menggenggam kedua tangan Kiki dengan satu tangannya dan diletakkannya tangan itu di atas kepala remaja tersebut.
Tatkala ranjang berseprei putih itu semakin berderit-derit akibat guncangan yang berasal dari sepasang anak Adam yang tengah bersenggama, dinding kamar Kiki terpaksa memperdengarkan desahan Kiki dan lolongan Martin yang seakan tiada habisnya tiap kali ejakulasi.
"Kikiiii~~ ah ahh kamu sempit banget sih, Ki." Bokong Martin masih terus menyodomi Kiki, tak peduli bahwa anus Kiki telah penuh dengan sperma miliknya. "Sempiiiit banget ahh sampai Mas ketagihan nyodok kamu ah ah, jangan salahin Mas kalau kamu sampai hamil anak Mas, ya, ahh ah."
Saking panasnya kegiatan seks mereka, Kiki bahkan sampai menangis gara-gara tubuhnya mulai terasa remuk, terutama area bohongnya, tapi tak munafik kalau remaja itu masih ingin terus disetubuhi oleh Martin seperti ini.
"Mas Martin ahh, ahh Maaasssh ah."
Kiki melihat ke bawah selangkangannya bagaimana penis Martin keluar-masuk menggagahinya hingga perut datar Kiki timbul-masuk gara-gara penis Martin menyodomi anusnya sangat dalam.
Martin meraup bibir Kiki, menciumnya. Kiki menerima ciuman itu dengan kaki yang terus mengangkang tak peduli bahwa kakinya mulai pegal-pegal terus berada diposisi itu.
"Kiki makasih ya udah mau Mas setubuhi," bisik Martin disela-sela ciuman mereka dengan masih terus menyodok anus Kiki.
Kiki membusungkan dadanya ketika dia mulai ejakulasi lagi entah sudah yang beberapa kali.
"Sssttt, jangan nangis, kan ada Mas di sini." Martin mengusap air mata Kiki dengan jempolnya. "Mas, bakalan selalu meluk Kiki kayak gini-"
Tiba-tiba telepon Martin berdering, Martin awalnya mengabaikannya dan fokus mencari kenikmatannya sendiri di dalam anus Kiki. Tapi telepon itu kembali berdering, dengan terpaksa, dengan masih menancapkan penisnya didubur Kiki, Martin mengangkat telepon yang ternyata dari Melinda tersebut.
"Ekhem, halo Sayang? Ada apa?" Dia mendekatkan layar ponselnya ke telinga.
~ "Kok, ada apa, sih? Katanya Mas kalau aku udah senggang, aku kamu suruh nelepon. Ya ini aku lagi makan siang." ~
Martin merasakan spermanya ada diujung kepala penisnya. "Oh, iya, aku lupa ahhh-maaf ya, aku dari tadi sibuk banget sampai lupa sama kamu."
Kiki membekap mulutnya sendiri dengan satu tangannya, sementara satu tangannya yang lain bergandengan erat dengan tangan Martin yang bebas dari telepon.
"Kamu lagi makan apa?"
Martin menggenggam tangan Kiki erat ketika penisnya menyemburkan sperma, sesaat tubuhnya menegang dan bergetar merasakan sensasi kenikmatan itu. Dia tetap mati-matian menahan lolongannya yang sejak tadi menggelegar gagah setiap kali berhasil orgasme, tapi kini Martin tak mungkin melakukannya sambil menelepon istrinya.
Setelah semua spermanya masuk ke dalam anus Kiki, Martin mencabut penisnya, seketika anus Kiki menyemburkan sperma milik Martin yang sangat banyak hingga membuat tubuh Kiki menggelinjang keenakan.
Sambil masih menempelkan telepon itu ditelinganya dan mendengarkan sang istri bercerita tentang kejadian pagi ini di butik, Martin memeluk tubuh berkeringat Kiki dan mencium bibir remaja itu singkat setelah persetubuhan panjang yang mereka lakukan.
Kiki tertidur kelelahan, disusul oleh Martin yang berkata seperti ini pada istrinya, "Yang aku capek, aku matiin telepon kamu, ya."
Lalu kedua anak Adam itu terlelap sambil berpelukan tanpa pakaian, sampai matahari hampir tenggelam.
313Please respect copyright.PENANAOY6iKDo8k2
313Please respect copyright.PENANAbz9dsUcuI9
313Please respect copyright.PENANAYx2iQ6wson
313Please respect copyright.PENANAhlVj9GzPZN
313Please respect copyright.PENANAxF9xuoEvm4
313Please respect copyright.PENANAe0mB1bfISH
313Please respect copyright.PENANAdkZuLsJt4s
313Please respect copyright.PENANAD0G95FW3Mw
313Please respect copyright.PENANA97t5T9W7ep
313Please respect copyright.PENANAnFRrUIOR5C
313Please respect copyright.PENANAnbwZfibpjv
313Please respect copyright.PENANAg5Mk8kewmP
313Please respect copyright.PENANAlV4uUL00wE
313Please respect copyright.PENANAR73KhmKuOL
313Please respect copyright.PENANAfzj5v5ZNX7
313Please respect copyright.PENANAI0duDNwDl2
313Please respect copyright.PENANAcqlKba5hvZ
313Please respect copyright.PENANA51fntyRbkQ
313Please respect copyright.PENANA0pVtckJTjC
313Please respect copyright.PENANAFUjYlLz1bU
313Please respect copyright.PENANA6fKR2j3yns
313Please respect copyright.PENANAyRkIRrHdbl
313Please respect copyright.PENANAYalDtE8zEP
313Please respect copyright.PENANA0yxUTo381H
313Please respect copyright.PENANAA5aC87LOpa
313Please respect copyright.PENANASVl6tzPbeR
313Please respect copyright.PENANATkVeJ5kI9s
313Please respect copyright.PENANA4nVppW7zzA
313Please respect copyright.PENANA05coEBDLXT
313Please respect copyright.PENANAjANxExzImc
313Please respect copyright.PENANArR3psHPBQe
313Please respect copyright.PENANAiw70K6HauJ
313Please respect copyright.PENANAY7I81k3med
313Please respect copyright.PENANALnX35XuTQU
313Please respect copyright.PENANAa7yLrjtJVA
313Please respect copyright.PENANA2bkWoKGQIw
313Please respect copyright.PENANAasJDXAl2jj
313Please respect copyright.PENANAF646J09T3f
313Please respect copyright.PENANASWxHfG0gzg
313Please respect copyright.PENANAoq6bw8SWkP
313Please respect copyright.PENANArpJd0iLZxA
313Please respect copyright.PENANAvdd4QeIOrT
313Please respect copyright.PENANAAcl6wQJx2R
313Please respect copyright.PENANAvngWwdVZ6R
313Please respect copyright.PENANA53aHTM8hj2
313Please respect copyright.PENANA45ytOyqLJE
313Please respect copyright.PENANATEYGezb1wb
313Please respect copyright.PENANADQYC6RqpV4
313Please respect copyright.PENANAjklSdv8opv
313Please respect copyright.PENANAIXTzW27f6E
313Please respect copyright.PENANAcArdSyiKb5
313Please respect copyright.PENANAcVU0uz1jSo
313Please respect copyright.PENANA4FWVB1Zs0S
313Please respect copyright.PENANAXMsWNXKUuc
313Please respect copyright.PENANA2DSp7X7DlZ
313Please respect copyright.PENANAcSBrROPAKP
313Please respect copyright.PENANAVGI8JC79PI
313Please respect copyright.PENANAMnEobsriAu
313Please respect copyright.PENANA93t9Lz1Ppu
313Please respect copyright.PENANAdu2z25w752
313Please respect copyright.PENANA04MoeqYi4w
313Please respect copyright.PENANAsylCVodBwO
313Please respect copyright.PENANAvixclZVTYE
313Please respect copyright.PENANAqr0iZVc1mh
313Please respect copyright.PENANALNmFGAXm1H
313Please respect copyright.PENANA4Cl46E07Yh
313Please respect copyright.PENANAYOx4KxfZvr
313Please respect copyright.PENANAuE9cU4pVzd
313Please respect copyright.PENANA3d1ixws1cB
313Please respect copyright.PENANAO5FOZbmuvl
313Please respect copyright.PENANAmwwad5HXjR
313Please respect copyright.PENANAMPMS1Wlvwe
313Please respect copyright.PENANAEpoqavmMW1
313Please respect copyright.PENANAjdpPlwK2nI
313Please respect copyright.PENANA75vdUxaxLq
313Please respect copyright.PENANAOtsgCQ6CfU
313Please respect copyright.PENANAPDxuQPa86i
313Please respect copyright.PENANAXbAslblYXP
313Please respect copyright.PENANAXJydzxZQ7V
313Please respect copyright.PENANA0ibA8VpuJA
313Please respect copyright.PENANALtA5UNe3Fj
313Please respect copyright.PENANAgmrNoVd9As
313Please respect copyright.PENANAd94VKDeuSH
313Please respect copyright.PENANAWjeWwaJvCq
313Please respect copyright.PENANAN2reqhjkUV
313Please respect copyright.PENANAxeEBbVgNIO
313Please respect copyright.PENANAP0AOUxxVsU
313Please respect copyright.PENANAP3Hnh3lsDd
313Please respect copyright.PENANATMdcjIjyrT
313Please respect copyright.PENANAJrb7IUdYqk
313Please respect copyright.PENANA7G4AM9Ue7N
313Please respect copyright.PENANAp9Ksjl1wCV
313Please respect copyright.PENANAbPHZiF6T9g
313Please respect copyright.PENANAMEAPKDs0Ic
313Please respect copyright.PENANAtaweWGn15v
313Please respect copyright.PENANA96UgTXiaWf
313Please respect copyright.PENANASE5HImrDUx
313Please respect copyright.PENANAipcMyVHeyI
313Please respect copyright.PENANASSiAtUpXaO
313Please respect copyright.PENANAq5OdzEaZGM
313Please respect copyright.PENANA7C2nLtgucu
313Please respect copyright.PENANAeaXZwdBwWV
313Please respect copyright.PENANAB3bUYbp5Dl
313Please respect copyright.PENANAwmoIIcIfl7
313Please respect copyright.PENANAbeInL3rXWz
313Please respect copyright.PENANA2QHpAVT4ZT
313Please respect copyright.PENANAWyE75nhXbJ
313Please respect copyright.PENANA6o1VsbWJj3
313Please respect copyright.PENANAdY39yhApaZ
313Please respect copyright.PENANA1OJ1ti1m3v
313Please respect copyright.PENANAEKs7bINzGS
313Please respect copyright.PENANAPSB5naQC1V
313Please respect copyright.PENANAtBM6YivvQs
313Please respect copyright.PENANAkXlPNRLr3c
313Please respect copyright.PENANAwWPgxwhNLM
313Please respect copyright.PENANAg6GCYkxeOq
313Please respect copyright.PENANAdvagl8hM2y
313Please respect copyright.PENANAS3DLhPzFcy
313Please respect copyright.PENANAN5qWPmWm1d
313Please respect copyright.PENANA8CPLWZnZq0
313Please respect copyright.PENANAC3P0QhEDrV
313Please respect copyright.PENANALIkdQiQL3s
313Please respect copyright.PENANAC3cU49Sn9m
313Please respect copyright.PENANAqubvP7Ig4t
313Please respect copyright.PENANAZKx4xeTd5b
313Please respect copyright.PENANARx1raDPJpE
313Please respect copyright.PENANAeJqcQUEI6r
313Please respect copyright.PENANAPla0ZtU80I
313Please respect copyright.PENANAN3dWbRV4Ls
313Please respect copyright.PENANADGJFLu5SI4
313Please respect copyright.PENANA1t2ojQ6J9j
313Please respect copyright.PENANAyQcwCagCDl
313Please respect copyright.PENANAAs8nt1dSBY
313Please respect copyright.PENANAJsfBcZwjFt
313Please respect copyright.PENANAw1Htd7CvpN
313Please respect copyright.PENANAb7wrJOT4X5
313Please respect copyright.PENANAmU9dQOZzfi
313Please respect copyright.PENANAvbdcIE9xwa
313Please respect copyright.PENANAja8qOPEmy8
313Please respect copyright.PENANAhjhhn5u89T
313Please respect copyright.PENANAXqD7xHr1dY
313Please respect copyright.PENANA9mNn2CiQLJ
313Please respect copyright.PENANAtXaFcSSlNe
313Please respect copyright.PENANA50FAAOesch
313Please respect copyright.PENANA1Y6ZvnMqYE
313Please respect copyright.PENANAeoBqn6E6w1
313Please respect copyright.PENANACDobG3oZCw
313Please respect copyright.PENANA1V5ZKjZ2Do
313Please respect copyright.PENANAY3vNLvaR4T
313Please respect copyright.PENANAV2uvPzXFNA
313Please respect copyright.PENANAdcTZtY2LQc
313Please respect copyright.PENANAVSoldN7hk7
313Please respect copyright.PENANAn7VICsFlcw
313Please respect copyright.PENANAhDsTd0JIDe
313Please respect copyright.PENANA9NdoQlzH9M
313Please respect copyright.PENANA5FgSzbLc9u
313Please respect copyright.PENANA6MiwB1MN5C
313Please respect copyright.PENANAom3GPcTgGV
313Please respect copyright.PENANAqMEg6dzGG5
313Please respect copyright.PENANAUvr0GZDkrn
313Please respect copyright.PENANA3ksjUCztru
313Please respect copyright.PENANAvyZhFSYaLh
313Please respect copyright.PENANAvOVGiaHhf2
313Please respect copyright.PENANA5C2ROCWHJ1
313Please respect copyright.PENANAGGTcVMObhR
313Please respect copyright.PENANAYm3UipfyCe
313Please respect copyright.PENANAz6PkIiyYhf
313Please respect copyright.PENANAQcctzjADAb
313Please respect copyright.PENANAqoecyzq47h
313Please respect copyright.PENANAaLH3vTZFMT
313Please respect copyright.PENANAqf7UfYi6BB
313Please respect copyright.PENANAJnUulFctyM
313Please respect copyright.PENANAhgjouxeL7C
313Please respect copyright.PENANAUb0AsgpQIN
313Please respect copyright.PENANAHsfGMDonVw
313Please respect copyright.PENANACY7eytCyHT
313Please respect copyright.PENANAuSEmT1BNwR
313Please respect copyright.PENANAmrc4917hR1
313Please respect copyright.PENANA7o5NWVRg5B
313Please respect copyright.PENANAhZ9KJ0cLMl
313Please respect copyright.PENANAqCf1xZJcwf
313Please respect copyright.PENANAuEoeFDlW7p
313Please respect copyright.PENANAbiRVOIdeg4
313Please respect copyright.PENANAPYIWaV6s48
313Please respect copyright.PENANAmQklgHNtQK
313Please respect copyright.PENANAHrlKnOFhKx
313Please respect copyright.PENANA1mYvjOVhal
313Please respect copyright.PENANAmQ3Izh5CrI
313Please respect copyright.PENANAc58rtV3jo5
313Please respect copyright.PENANAgDvK8R2AFB
313Please respect copyright.PENANA3kDBxPp6tZ
313Please respect copyright.PENANAju4cSgdHBM
313Please respect copyright.PENANAVWR21WEuUi
313Please respect copyright.PENANAo765waPLwN
313Please respect copyright.PENANAg9TqxcvnPm
313Please respect copyright.PENANAPcsk9lxABa
313Please respect copyright.PENANA01RnRKGlHc
313Please respect copyright.PENANAvLv5S74ldd
313Please respect copyright.PENANAWvaz3f2NEs
313Please respect copyright.PENANAdmHIscEUqq
313Please respect copyright.PENANAK1AIngXuPV
313Please respect copyright.PENANAyCf3IBU1x0
313Please respect copyright.PENANAqtYkFRUtgX
313Please respect copyright.PENANAWcr9MJ6QNq
313Please respect copyright.PENANAN2UGCDY6gP
313Please respect copyright.PENANAKJFOvZ26Sp
313Please respect copyright.PENANATzeyMRoEqJ
313Please respect copyright.PENANACAUTRmK0oo
313Please respect copyright.PENANAoUHu8mANhA
313Please respect copyright.PENANA0EsqTlNpxA
313Please respect copyright.PENANApaKkzH0E4c
313Please respect copyright.PENANAO83bRaDTZU
313Please respect copyright.PENANAbMPqeH9YHR
313Please respect copyright.PENANAAOIJjrVbsK
313Please respect copyright.PENANAIDK0HstOBL
313Please respect copyright.PENANA1l6sldlrlv
313Please respect copyright.PENANAZKzpTClhiA
313Please respect copyright.PENANAOye0anIMpA
313Please respect copyright.PENANAd9nMJCycL4
313Please respect copyright.PENANAa5fQMaBkjS
313Please respect copyright.PENANA6qXRqKWmwV
313Please respect copyright.PENANAqiQXToUVkK
313Please respect copyright.PENANAujvZ7pDf7R
313Please respect copyright.PENANAaY1Vo2kYDF
313Please respect copyright.PENANAUH3THCQwl3
313Please respect copyright.PENANAwSd1FJttPz
TAMAT!
ns216.73.216.231da2